Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan memamerkan harta karun kekayaan Indonesia yang belum diketahui dunia.
Dia menyebut, Indonesia memiliki cadangan mineral logam untuk pembuatan kendaraan listrik dalam jumlah besar. Seperti nikel, timah, bauksit, hingga tembaga.
Baca Juga
"Indonesia mempunyai sumber daya mineral penting yang melimpah yang penting bagi kehidupan transisi energi seperti nikel, timah, bauksit, tembaga dalam hal cadangan global," ujarnya saat membuka acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/8).
Advertisement
Selain itu, Indonesia juga menyimpan harta karun berupa potensi energi baru dan terbarukan (EBT) bagi pengembangan ekonomi hijau. Menko Luhut menaksir, potensi cadangan EBT di Tanah Air mencapai lebih dari 3.600 giga watt (GW).
"Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar dengan daya 3.600 GW lebih, dan kamiakan terus mengembangkan bauran energi hijau," bebernya.
Pemanfaatn SDA Indonesia
Melalui ISF 2023, Menko Luhut berharap dapat menjalin kemitraan strategis bersama investor dalam dan luar negeri dalam pemanfaatan SDA di Indonesia. Hal ini untuk mendukung upaya Pemerintah untuk meningkatkan ekonomi hijau melalui bisnis ramah lingkungan dan lebih berkelanjutan.
"Saya berharap melalui ISF, kita bisa membawa pulang wawasan dan benih yang luas kemitraan yang berdampak dalam mengejar pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif," tegas Menko Luhut.
Â
Â
Â
ISF 2023 Dihadiri Presiden Bank Dunia hingga Bos IMF
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) akan menggelar perhelatan Indonesia Sustainability Forum (ISF) pada tanggal 7-8 September 2023 di Jakarta. ISF merupakan komitmen Indonesia dalam mengimplementasikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin menyampaikan, ISF 2023 akan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dunia yang berkontribusi aktif dalam pengembangan ekonomi hijau. Antara lain mantan Perdana Menteri Inggris Sir Tony Blair, Presiden Bank Dunia Ajay Banga, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, hingga Presiden Jokowi yang dijadwalkan akan hadir dalam rangkaian Gala Dinner ISF 2023 bersama para pemimpin dunia lainnya.
"Acara ini akan menjadi konferensi sustainability paling akbar di Indonesia yang mempertemukan sekitar 700 pemangku kebijakan, pakar ahli, serta investor dari seluruh dunia untuk membangun kemitraan di bidang sustainability dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi hijau," ujar Rachmat di Kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (22/8).
Rachmat menyampaikan, dunia sedang membutuhkan dukungan dari negara berkembang maupun maju untuk memenuhi komitmen Net Zero serta menyukseskan agenda pembangunan berkesinambungan atau SDGs. Pemerintah Indonesia berharap ISF dapat menghadirkan wadah atau platform kolaborasi lintas negara yang baru dan adil.
Advertisement
ASEAN Rugi Rp 1.530 Triliun Tiap Tahun Gara-Gara Bencana Alam, Bakal Nambah Terus
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mewanti-wanti negara ASEAN atas kerugian ekonomi akibat bencana alam yang mencapai USD 100 miliar atau setara Rp 1.530 triliun (kurs Rp 15.300 per dolar AS) tiap tahunnya, dan potensi terus bertambah.Â
Kristalina mengatakan, suhu di kawasan terus meningkat dua kali lebih besar dari rata-rata global. Kondisi tersebut lantas menimbulkan cuaca ekstrem yang lebih sering dan lebih parah.Â
Terdapat 4 negara ASEAN dan Asia Timur yang masuk dalam 10 besar indeks risiko iklim global, yakni Myanmar, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Kristalina pun menghimbau Indonesia agar turut waspada.Â
"Dan, posisi Indonesia tidak jauh dari situ. Indonesia sangat terdampak bencana gara-gara kenaikan permukaan air laut," kata Kristalina dalam Indonesia Sustainibility Forum (ISF) di Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9/2023).
"Kita tahu satwa liar, kebakaran hutan merupakan ancaman yang semakin dramatis ketika suhu meningkat. Tentu saja, di samping kerugian fisik, kita juga menanggung kerugian yang menghancurkan penghidupan ratusan juta orang," ungkapnya.
Menurut estimasi IMF, kerugian uang yang timbul akibat bencana alam bisa mencapai USD 100 miliar. Itu lantas berdampak terhadap 190 juta populasi yang mendiami ASEAN.
"Kita menghitung kerugian ekonomi dari bencana alam di ASEAN sekitar USD 100 miliar secara rata-rata setiap tahun, dan bakal semakin signifikan lagi jika melihat ke masa depan," ujar Kristalina. Â
Â
Ada Harapan
"Negara-negara ASEAN punya 190 juta orang yang hidup di bawah batas tersebut. Sebagai perbandingan, ini berarti sama dengan populasi Jerman, Italia dan Spanyol semuanya hidup di bawah level yang sama. Ini juga merupakan 60 persen aro PDB negara-negara tersebut yang berisiko," jelasnya.Â
Namun, ia melihat adanya harapan baik dari negara-negara tersebut yang telah menempuh aksi. Dia telah melihat seluruh negara ASEAN berkomitmen terhadap Paris Agreement untuk mencapai karbon netral di 2050.
"Indonesia tahun lalu sudah melangkah lebih jauh dengan membuat komitmen, bahwa 50 persen pembangkit listrik akan melalui energi terbarukan di 2030. Bravo, bravo Indonesia," ucap Kristalina.Â
Â
Advertisement