Ombudsman Beberkan 3 Faktor Penyebab Harga Beras Melonjak

Ombudsman Republik Indonesia mengidentifikasi terdapat tiga faktor yang menyebabkan harga beras nasional semakin mahal.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Sep 2023, 17:44 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2023, 17:44 WIB
Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika memaparkan penyebab harga beras naik
Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika memaparkan penyebab harga beras naik (dok: Tira)

Liputan6.com, Jakarta Ombudsman Republik Indonesia mengidentifikasi terdapat tiga faktor yang menyebabkan harga beras nasional semakin mahal. Faktornya yakni permasalahan harga beras  iklim, permasalahan di hulu, dan permasalahan di hilir.

"Kalau kita lihat saat ini harga beras tinggi, penyebabnya apa? kita mengidentifikasi setidaknya ada 3 penyebab yang bisa berkontribusi," kata Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika dalam konferensi pers, di Kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Senin (18/9/2023).

Faktor pertama, yakni permasalahan iklim. Menurutnya, permasalahan iklim sebenarnya tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kenaikan harga beras. Pasalnya, meskipun disuatu daerah ada yang mengalami penurunan produksi padi akibat kekeringan, maka produksinya masih bisa dipasok dari daerah lain.

"Sejauh mana apakah permasalahan iklim ini bisa disimpulkan. Misalnya saat ini nasional terjadi penurunan produksi padi karena iklim? kami tidak bisa jawab itu, namun kalau kita berbicara spesifik lokasi maka pengaruh iklim itu ada di lokasi tertentu. Apakah berlaku general di semua wilayah? belum tentu," ujarnya.

Faktor kedua, yakni permasalahan di hulu yang meliputi luas lahan pertanian yang menurun, keterbatasan sarana produksi pertanian, permasalahan benih, hingga permasalahhan subisidi pupuk.

Yeka menyampaikan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per tahunnya terdapat 200 ribu hektar luas lahan pertanian di Indonesia mengalami penurunan.

 

Lahan Pertanian Terus Tergerus

FOTO: Panen Padi Rutin di Kawasan Ujung Menteng
Petani memanen padi dari Sawah Abadi di kawasan Ujung Menteng, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Padi hasil panen tersebut tidak dijadikan beras, tapi dijadikan benih untuk dibagikan kepada kelompok tani yang ada di wilayah Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Dengan demikian, apabila tidak terjadi percetakan lahan baru dan tidak dilakukan inovasi untuk meningkatkan intensitas tanaman, maka luas lahan pertanian di Indonesia akan terus tergerus dan produksi pertaniannya pun menurun.

"Ada keterbatasan sarana produksi pertanian, ada permasalahan benih. Nah benih ini menarik, siapa di republik ini yang menjamin benih ini brkualitas? tidak ada, belum lagi persoalan subsidi pupuk. Itu permasalahan di hulu," ujarnya.

Selanjutnya, faktor ketiga yaitu permasalahan di hilir yang meliputi komponen produki naik yang terdiri dari sewa lahan naik, pupuk naik, BBM naik.

 

Pasokan Gabah Berkurang

Panen Gabah Kering
Menurut para petani padi di kawasan tersebut harga gabah kering pada musim panen saat ini mengalami kenaikan harga. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian, permasalahan di hilir lainnya adalah berkurangnya pasokan gabah dari petani, penggilingan padi kecil mati, produksi beras menurun, ketidakpastian atua keterlambatan impor beras, sehingga pasokan beras menjadi tidak terantsipasi.

"Kalu permasalahan di hilirnya ada komponen produksi naik, sewa lahan naik, pupuk, BBM naik. Dari yang 2021 di luar sewa lahan Rp 8 juta sekarang naik Rp 12-16 juta per hektar per musik tanam di luar sewa lahan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya