Liputan6.com, Jakarta Ketua Ekonom PermataBank, Josua Pardede mengungkapkan bahwa tahun pemilu cenderung menurunkan laju investasi.
Josua mengutip data dari Badan Statistik Indonesia (BPS) dan PermataBank Economic Research pada musim pemilu 2004 hingga 2019, yang menunjukkanbahwa selama dan menjelang tahun pemilu pertumbuhan investasi cenderung melambat.
Baca Juga
“Pada tahun berikutnya, pertumbuhan investasi biasanya melonjak dan mulai normal,” papar Josua dalam Media Gathering Kementerian Keuangan pada Senin (25/9/2023).
Advertisement
“Tahun pemilu 2019 merupakan sebuah anomali karena pandemi mulai terjadi pada tahun 2020,” Josua mencatat.
Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pada pemilu tahun 2004 dan tahun 2009 menguat pada saat dan menjelang tahun pemilu, namun pada tahun 2014 dan 2019, penguatan tersebut sudah tidak terlihat lagi.
Menurutnya, dalam hal investasi asing, tahun politik merupakan tantangan daripada peluang. Hal itu dikarenakan investor cenderung menunggu dan melihat kestabilan situasi politik di tahun pemilu.
Yakinkan Pelaku Usaha
Maka dari itu, penting untuk pemerintah meyakinkan pelaku usaha dan investor, khususnya investor domestik untuk terus optimistis ke depannya.
UU Cipta Kerja
Josua merujuk, upaya itu salah satunya dari yang sudah dilakukan pemerintah dengan kebijakan reformasi struktural melalui Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) dan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
“Ke depan adalah bagaimana kita meyakinkan pelaku usaha (dan investor) domestik bahwa APBN disusun dengan sangat strategis dan memiliki dampak nyata terhadap perekonomian, tidak hanya pelaku usaha tetapi juga masyarakat,” jelasnya.
Josua mengungkapkan, investor domestik bisa diandalkan dalam menbantu mendorong perekomonian ketika laju investasi asing surut.
Ekonom di PertamaBank itu membeberkan contoh ketika pandemi mendorong penurunan pada investasi asing, namun investasi domestik ikut membantu menjaga kinerja di tengah krisis.
Advertisement