Liputan6.com, Jakarta Hingga 3 Oktober 2023, Perum Bulog melaporkan telah menyerap sebanyak 854.122 ton beras dari petani dalam negeri. Serapan tersebut diklaim semakin memperkuat stok beras nasional yang dimiliki Bulog.
Namun di sisi lain, harga beras di pasaran terpantau melonjak tajam. Melansir data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga beras medium naik dari Rp 12.400 per kg jadi Rp 13.400 per kg. Sementara harga beras premium meroket dari Rp 14.000 per kg jadi Rp 15.000 per kg.
Baca Juga
Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomi Wijaya menilai, harga beras tersebut bahkan bisa lebih tinggi lagi, jika tidak ada program operasi pasar. Oleh karenanya, ia mewajari kenaikan harga beras, lantaran banyak petani di Tanah Air kini memang sudah tidak menghadapi musim panen.
Advertisement
"Kalau melihat produksi sekarang kan memang sudah enggak ada panen. Hanya ada di beberapa tempat sedikit-sedikit," ujar Tomi kepada Liputan6.com, Rabu (4/10/2023).
Kenaikan Harga Beras
Kata Tomi, Perum Bulog tiap tahunnya sudah mempersiapkan skenario menindaki kenaikan harga beras di bulan-bulan ini. Seperti untuk tahun ini, dengan pemberian bantuan beras 630 ribu ton kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) untuk 3 bulan.
"Itu cukup lah membantu ketersediaan beras medium di tengah masyarakat, ditambah beberapa operasi pasar. Makanya SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar) juga digencarkan. Kalau enggak ada bantuan pangan sama SPHP mungkin lebih gila lagi," imbuhnya.
Kembali, Tomi menekankan program operasi pasar dan stabilisasi pasokan dan harga pasar berfungsi menjaga kenaikan harga beras di tengah situasi tidak panen raya.
"Ya memang tetap ada kenaikan karena posisinya kan tidak panen raya. Memang cenderung balik ke hukum ekonomi, kalau ketersediaan barang mulai berkurang, harga naik. Sebenarnya normal di bulan-bulan ini," tuturnya.
Terdampak El Nino, Produksi Beras Petani Merosot
Sebelumnya, Serikat Petani Indonesia (SPI) mengamini El Nino berdampak pada menurunnya jumlah produksi petani beras. Utamanya, karena sejumlah lahan yang tak mendapat suplai aliran irigasi.
Hal ini diungkap Sekretaris Umum DPP SPI Agus Ruli. Dia mencatat ada kenaikan dari produksi beras perhektarnya, tapi itu tidak bisa menutup perbandingan produksi beras dari lahan-lahan yang beralih.
"Kalau hasil produksi per hektarnya mengalami kenaikan dari 6 ton sampai 9 ton/ha. Tetapi secara luas hamparan berkurang karena jauh dari irigasi teknis banyak sawah yang di tanami selain padi," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (4/10/2023).
Keterangan ini didapar Ruli dari petani di daerah Tuban, Jawa Timur. Dia mengatakan, imbas dari badai kering El Nino membuat areal irigasi berkurang. Alhasil, ada sejumlah petak sawah yang gagal panen hingga dialihkan untuk ditanami jenis tanaman lain.
"Iya, karena banyak areal pertanian yang tidak terjangkau irigasi banyak yan gagal atau beralih tanam lain," ungkapnya.
Guna mengatasi hal ini, dia mengaku telah melapor kepada pemerintah seperti Kementerian Pertanian. Beberapa solusi yang diambilnya dengan mempercepat masa tanam di areal sawah yang mendapat suplai irigasi.
"Kita percepat masa tanamnya, biaya produksi di tekan dengan mengguna pupuk organik, sampai membuat embung sebagai sumber air," urai Ruli.
Advertisement
Erick Thohir-Bapanas Pastikan Pasokan Beras Terjaga
Menteri BUMN Erick Thohir dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) susun strategi agar pasokan beras di dalam negeri tetap bisa memenuhi kebutuhan. Termasuk untuk menjaga pasokan tetap aman ditengah ancaman kekeringan dan berkurangnya hasil panen.
Erick mengatakan, langkah pemenuhan stok itu bisa didapat dari impor dan serapan produksi lokal. Tapi, dia tetap mengedepannya penyerapan dari petani di dalam negeri.
"Kan tadi udah disampaikan sama Dirut Bulog. Sesuai dengan produksi yang ada di masyarakat. Ini kita jangan selalu, saya selalu bilang antara impor dan produksi harus terikat, tidak bisa impor jalan sendiri, produksi (lokal) jalan sendiri, gak bisa," kata dia di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, Rabu (4/10/2023).
Dahulukan Produksi Dalam Negeri
Senada, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menegaskan langkah impor tak akan diambil jika stok bisa dipenuhi dari produksi lokal. Terkait ancaman produksi menurun berkepanjangan, Arief terus memonitor hal tersebut.
"Pak erick sudah sampaikan, kalau produksinya cukup kita gak perlu impor. Kita harus itung sama-sama. Jadi neraca komoditas kita update selalu setiap sebulan sekali. Kemudian yang dengan menko perekonomian 3 bulan sekali. Disitu akan terluhat berapa kelebihan, berapa kekurangan seluruh produk yang ada," bebernya.
Arief turut mengambil ancang-ancang adanya prediksi penurunan produksi beras dalam negeri seperti temuan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dia pun mengambil langkah persiapan. Itu dilakukan dengan menggandeng Kementerian BUMN hingga perusahaan pelat merah di bidang pangan.
"Kan disiapin. Pak Erick ini Menteri BUMN, perintahin bulog perintahin RNI untuk jaga 9 komoditas yang ada di badan pangan. Jadi Bapanas uni utk menugaskan yang namanya RNI tentunya seizin pak Erick. Bulog ditugaskan Badan Pangan seizin dan sudah ada suratnya pak Erick," beber mantan Dirut ID Food itu.
Advertisement