Target Produksi Beras Buyar Imbas El Nino, Tahun Depan Bagaimana?

Imbas El Nino yang terus berlanjut dapat mengurangi intensitas pengairan untuk area persawahan padi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 04 Okt 2023, 20:50 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2023, 20:50 WIB
Panen Gabah Kering
Kementerian Pertanian (Kementan) tetap mematok kenaikan target produksi beras di tengah cuaca ekstrem imbas El Nino. Untuk 2023, Kementan target mencapai 54,5 juta ton produksi padi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) tetap mematok kenaikan target produksi beras di tengah cuaca ekstrem imbas El Nino. Untuk 2023, Kementan target mencapai 54,5 juta ton produksi padi.

Target angka produksi beras bertambah sekitar 920 ribu ton, atau mencapai 55,42 juta ton pada 2024.

Untuk mencapai target produksi tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, itu sesuai dengan Surat Bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor S-626/MK.02/2023 dan Nomor B.644/M.PPN/D.8/PP.04.02/07/2023 

Kementerian Pertanian mendapatkan tambahan pagu Rp 76,8 miliar karena ada kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN) atau PNS sebesar 8 persen. Sehingga pagu anggaran Kementan di 2024 menjadi Rp 14,73 triliun.

"Dari jumlah anggaran tersebut lebih lanjut dialokasikan untuk pelaksanaan empat program," ujar Mentan Syahrul Yasin Limpo, dikutip Rabu (4/10/2023).

Guna mensukseskan misi tersebut, Kementan berpatokan kepada empat program. Antara lain, program ketersediaan, akses dan konsumsi pangan berkualitas mendapat usulan pagu sebanyak Rp 8,19 triliun. Kemudian untuk program nilai tambah dan daya saing industri sebesar Rp 1,42 triliun, program pendidikan dan pelatihan vokasi Rp 641 miliar, serta dukungan manajemen sebanyak Rp 4,47 triliun.

Namun, kehendak alam tak bisa ditolak. Produksi beras terjadi penyusutan hingga 1,2 juta ton hingga akhir tahun. Penyebabnya, siklus cuaca kering El Nino atau pemanasan suhu muka laut yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi menjelaskan, imbas El Nino yang terus berlanjut dapat mengurangi intensitas pengairan untuk area persawahan padi. "Ketersediaan air ini sangat tergantung karena pertanian kita ini tadah hujan. Jadi ini berpengaruh sekali," kata Harvick di Istana Negara beberapa waktu lalu. 

El Nino lantas membuyarkan target produksi beras hingga akhir 2023. Harvick pun mengakui bahwa tingkat produksi beras tahun ini berada di angka yang cenderung konservatif dari biasanya. "Kami tidak terlalu berani optimistis karena melihat situasi El Nino dan lain-lain," imbuhnya.

Untuk memenuhi kebutuhan domestik, pemerintah melalui Perum Bulog pada akhirnya harus melakukan impor beras untuk mengisi cadangan beras pemerintah (CBP). Diharapkan program impor beras ini dapat menjaga stabilisasi stok dan harga beras di tengah merosotnya produksi beras. 

"Mungkin kalau untuk sampai akhir tahun ini terpaksa pemerintah lakukan impor karena ada penurunan produksi yang cukup signifikan," pungkas Harvick.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Terdampak El Nino, Produksi Beras Petani Merosot

Kementan Targetkan 8,2 Juta Hektare Sawah untuk 20 Juta Ton Beras
Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Serikat Petani Indonesia (SPI) mengamini El Nino berdampak pada menurunnya jumlah produksi petani beras. Utamanya, karena sejumlah lahan yang tak mendapat suplai aliran irigasi.

Hal ini diungkap Sekretaris Umum DPP SPI Agus Ruli. Dia mencatat ada kenaikan dari produksi beras perhektarnya, tapi itu tidak bisa menutup perbandingan produksi berasdari lahan-lahan yang beralih.

"Kalau hasil produksi per hektarnya mengalami kenaikan dari 6 ton sampai 9 ton/ha. Tetapi secara luas hamparan berkurang karena jauh dari irigasi teknis banyak sawah yang di tanami selain padi," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (4/10/2023).

Keterangan ini didapar Ruli dari petani di daerah Tuban, Jawa Timur. Dia mengatakan, imbas dari badai kering El Nino membuat areal irigasi berkurang. Alhasil, ada sejumlah petak sawah yang gagal panen hingga dialihkan untuk ditanami jenis tanaman lain.

"Iya, karena banyak areal pertanian yang tidak terjangkau irigasi banyak yan gagal atau beralih tanam lain," ungkapnya.

Guna mengatasi hal ini, dia mengaku telah melapor kepada pemerintah seperti Kementerian Pertanian. Beberapa solusi yang diambilnya dengan mempercepat masa tanam di areal sawah yang mendapat suplai irigasi.

"Kita percepat masa tanamnya, biaya produksi di tekan dengan mengguna pupuk organik, sampai membuat embung sebagai sumber air," urai Ruli.

Infografis Penimbun & Bahaya Diabetes di Balik Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi
Infografis Penimbun & Bahaya Diabetes di Balik Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya