Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 49 wilayah kerja minyak dan gas, atau WK migas eksplorasi yang sebagian lapangannya tak tergarap (sleeping area) statusnya dikembalikan ke negara, atau terminasi di sepanjang periode 2020 hingga semester pertama 2023.
Namun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai status terminasi 49 blok migas tersebut tidak akan mengganggu target produksi 1 juta minyak per hari (bopd) pada 2030 mendatang.
Baca Juga
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro berharap, kegiatan eksplorasi untuk WK migas terminasi itu bisa segera dilanjut dengan mencari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) baru.
Advertisement
"Kita kan selalu meng-update LTP (long term plan) kita. Jadi tetap kalau target secara umum enggak ada pengaruhnya untuk 2030. Tapi memang yang kita harapkan itu adalah yang sleeping area itu segera, segera bisa dilelang kembali supaya eksplorasinya bisa berjalan," ujarnya di Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (11/10/2023).
Pasalnya, Hudi menambahkan, target produksi minyak 1 juta bopd tidak bisa lepas dari penemuan eksplorasi. Oleh karenanya, SKK Migas berharap adanya giant discovery dari lapangan migas baru.
"Makanya salah satu yang kita gadang untuk 2024, bukan hanya kita bicara no decline, tapi juga investment for exploration juga," imbuh dia.
Harapannya, para KKKS kemudian bisa berpikir untuk mencari harta karun energi lain di Tanah Air, seperti dilakukan perusahaan migas asal Italia ENI di Blok North Ganal.
"Jadi mereka terpacu untuk bersaing juga sama Eni. Ini kebetulan saya sendiri sempat ngobrol lah sama KKKS, kelihatanya mereka pun cukup keen untuk finding the next North Ganal," ungkapnya.
"Itu juga it will fuel Indonesia, menaikan status Indonesia untuk investasi. Karena kan kembali lagi, potensinya jadi lebih besar dengan adanya penemuan tadi," kata Hudi.
Target Produksi 1 Juta Barel Minyak per Hari, Blok Migas Indonesia Butuh Bantuan Asing
Sebelumnya, pemerintah target menembus angka produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (BSCFD). Target itu salah satunya bisa tercapai jika Pertamina mau melepas sebagian hak partisipasi atau participation interest (PI) pada sejumlah blok migas yang tak produktif.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, blok migas RI dilimpahi banyak cadangan minyak dan gas bumi dalam jumlah besar, khususnya untuk produksi kondensat.
"Kan kita punya target 1 juta 2030. Ini kita harapkan bisa ada lagi yang bisa produksi kondensat. Kita masih ada lagi IDD. Itu kan ada kondensat juga setara minyak," ujar Arifin saat ditemui di Nusa Dua Bali Convention Center, Jumat (22/9/2023).
"Terus kemudian (Wilayah Kerja/WK) Andaman II juga lagi ngebor dua lagi. Tahun depan Agung I, Agung II ngebor lagi. Jadi banyak nih pengebor-pengebor sudah turun tangan," papar dia.
Oleh karenanya, Arifin meminta Pertamina untuk mau melepas sejumlah blok migas yang tak mampu dikelola secara optimal kepada International Oil Company (IOC). Ia lantas mencontohkan sejumlah wilayah kerja kecil yang kapasitas produksinya mampu terdongkrak pasca dilepas atau dikerjasamakan.
"Kalau enggak salah ya, beberapa yang sudah dilakukan pelepasan kerjasama itu bisa menghasilkan kurang lebih 3-4 ribu barel per hari. Lumayan, dan ini masa produksinya cuman 4 tahunan. Tapi lumayan kan bisa menyambung nafas," ungkapnya.
Advertisement
Pertamina Hulu Rokan
Tak hanya yang kecil, ia juga menyebut potensi sumur migas Blok Rokan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Anak usaha Pertamina tersebut telah melakukan pengeboran untuk dua sumur migas non konvensional (MNK) di wilayah kerja tersebut, dimana potensinya bisa terdongkrak bila dikerjasamakan dengan asing.
"Kalau tahap ini yang dua sumur ini kira-kira 80 juta (barel). Nanti kalau kerjasama dengan IOC, targetnya 300 juta (barel)," kata Arifin.
Selain Rokan, Arifin juga menyebut Blok Cepu yang punya potensi migas lebih besar dari perhitungan saat ini. "Sama lah kayak di Cepu. Perkiraan kan cuman 450 juta (barel). Jadinya sekarang kan 950 juta (barel), terus masih ada lagi," pungkasnya.