Liputan6.com, Jakarta Investor dan pedagang wajib mewaspadai kenaikan harga emas ke level USD 2.000 per ounce pada pekan ini, setelah pasar harga emas digantung ketidakpastian lebih lanjut sikap moneter The Fed.
Menurut CME FedWatch Tool, pasar melihat peluang hampir 100 persen bahwa bank sentral Amerika Serikat itu akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,25 persen dan 5,50 persen. Pada saat yang sama, The Fed diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang restriktif di masa mendatang.
Baca Juga
Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank mengatakan, sikap hawkish The Fed terus menjauhkan investor dari membeli produk-produk yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas, sebuah segmen pasar penting yang diperlukan untuk mendukung harga pada level saat ini.
Advertisement
Kecuali harga emas dapat menembus USD 2.000 per troy ons, Ole memperkirakan akan terjadi aksi ambil untung dan konsolidasi harga pada pekan depan.
"Emas diperdagangkan dalam saluran naik yang sangat tajam, yang menyoroti tidak hanya kekuatan reli saat ini, tapi juga perlunya konsolidasi. Penutupan di atas USD 2.000 mungkin menandakan pergerakan menuju dua rekor penutupan tertinggi sekitar USD 2.050 pada Maret 2022, dan Mei tahun ini," kata Ole dikutip Dari laman kitco.com, Senin (30/10/2023).
Tergantung The Fed
Namun, dia menambahkan, semua pertaruhan akan hilang jika The Fed tidak bereaksi terhadap kenaikan imbal hasil obligasi.
Para analis mencatat, di samping adanya sejumlah dampak berkepanjangan, kebijakan moneter The Fed punya dampak lebih kecil terhadap emas lantaran ketidakpastian geopolitik dan kekhawatiran utang mendukung permintaan aset safe-haven dalam waktu dekat
Bertahan Sementara
Prospek bullish untuk emas muncul karena harga tampaknya hanya menahan sementara kenaikan yang terjadi dalam dua pekan terakhir. Harga emas berjangka bukan Desember terakhir diperdagangkan USD 1.990 per ounce, turun hanya USD 4 dari harga penutupan pekan lalu.
Harga emas emas pekan ini diprediksi terkonsolidasi jika tidak mampu melampaui USD 2.000 per ounce. Sejumlah analis menilai, kemampuan emas untuk mempertahankan kenaikannya baru-baru ini terjadi karena imbal hasil obligasi 10 tahun tetap berada pada kisaran 5 persen. Sementara indeks dolar AS menguat di atas 106 poin.
Salah satu pendorong terbesar bagi harga emas adalah ketidakstabilan geopolitik imbas perang Israel dan Hamas yang terus memicu ketegangan di Timur Tengah. Masih belum pasti apakah atau kapan angkatan pertahanan Israel akan mengirimkan pasukannya ke Gaza.
Advertisement
Prediksi Selanjutnya
"Skenario seperti itu akan menjadi berita buruk bagi mereka yang mengharapkan peredaan konflik," kata Ricardo Evangelista, Analis Senior di ActivTrades.
"Sebaliknya, taruhannya semakin tinggi dan semakin besar kemungkinan pihak ketiga, seperti Hizbullah dan Iran akan terlibat. Dengan latar belakang ini, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah meningkat dan dolar AS menguat, harga emas tetap melonjak imbas kekhawatiran para investor yang mencari kepastian di ultimate haven," paparnya.