Sampaikan Hormat ke Jokowi, Pembantu Joe Biden Temui Luhut

John Kerry juga bercerita kepada Luhut Binsar Pandjaitan soal dana milik Pertamina sebesar USD 300 juta juga yang mengendap di Venezuela. Pemerintah AS pada akhirnya turun tangan bantu mencairkannya.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Nov 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2023, 20:00 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Special US Presidential Envoy for Climate, John Kerry yang menjenguknya di Singapura. (Dok Kemenko Marves)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Special US Presidential Envoy for Climate, John Kerry yang menjenguknya di Singapura. (Dok Kemenko Marves)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku didatangi sejumlah pembantu Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden untuk membawa pesan hormat ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Seperti beberapa waktu lalu, ketika Luhut Binsar Pandjaitan berbicara dengan pembantu dekat Joe Biden yakni Amos Hochstein dan Jack Sullivan. Luhut menekankan maksud Indonesia soal pelarangan ekspor bijih nikel sejak 1 Januari 2020.

Selain itu, ada juga utusan khusus Presiden AS untuk urusan iklim, John Kerry yang datang jauh-jauh dari Negeri Paman Sam untuk menemui Luhut yang tengah menjalani masa pengobatan di Singapura.

"Tiga hari yang lalu misalnya, John Kerry datang jenguk saya di Singapura. Saya juga terus terang, jujur, saya siapa sih, kok sampai John Kerry minta betul supaya bisa ketemu saya," ujar Luhut dikutip dari akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Minggu (19/11/2023).

"Tapi ujung-ujungnya adalah penghormatan mereka kepada Presiden Joko Widodo. Dari semua itu petinggi-petinggi yang datang jenguk saya, ujung-ujungnya membawa rasa hormat mereka pada Presiden Joko Widodo yang bisa bernavigasi di tengah-tengah keadaan ekonomi dunia yang tidak baik seperti sekarang ini," ungkapnya.

Dalam perjumpaannya dengan John Kerry, Luhut menjelaskan upaya Indonesia dalam memitigasi perubahan iklim (climate change), salah satunya dengan melakukan budidaya rumput laut.

"Kita punya yang alam ini memberikan ya, depleted reservoir. Kita punya saline aquifer yang jumlahnya tuh hampir atau lebih dari 400 giga ton. Itu yang bisa di-inject CO2 ke dalamnya," terang Luhut.

John Kerry juga bercerita kepada Luhut soal dana milik Pertamina sebesar USD 300 juta juga yang mengendap di Venezuela. Pemerintah AS pada akhirnya turun tangan bantu mencairkannya.

"Anda bisa bayangin, USD 300 juta duitnya Pertamina ditahan di Venezuela, itu dilepaskan oleh Amerika Serikat. Sehingga itu dapat kembali pada Pertamina, tanpa keluar satu peser pun," imbuh Luhut.

Dari hasil percakapannya dengan pejabat Amerika Serikat, Luhut menegaskan bahwa Indonesia tidak pernah anti dengan Negeri Paman Sam. Menurut dia, meskipun Pemerintah RI membuat kebijakan larangan ekspor bahan alam mentah, itu bukan berarti Indonesia ingin bermusuhan dengan negara lain.

"Kalau Anda memang berteman sama kami, ya buktikan dong perkawananmu itu. Kita gak pernah against kalian kok. Kita tuh hanya membela kepentingan nasional Indonesia, itu saja. Dan mereka menghargai sikap itu," kata Luhut Binsar Pandjaitan.

Menko Luhut Tetap Kerja di Tengah Masa Pemulihan, Bertemu John Kerry hingga Telepon Menlu China

Utusan Khusus Presiden untuk Iklim John Kerry mengunjungi Bali pada 30 Agustus hingga 2 September untuk berpartisipasi dalam Pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim negara-negara G20 (Kedubes AS).
Utusan Khusus Presiden untuk Iklim John Kerry mengunjungi Bali pada 30 Agustus hingga 2 September untuk berpartisipasi dalam Pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim negara-negara G20 (Kedubes AS).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan masih terus menjalankan pemulihan kesehatannya di Singapura.Namun di sela-sela masa pemulihan tersebut, Menko Luhut masih tetap bekerja. 

Menko Luhut telah melakukan serangkaian pertemuan dan dialog penting. Terbaru, Menko Luhut bertemu dengan Special US Presidential Envoy for Climate, John Kerry yang menjenguknya di Singapura hingga berkomunikasi via telepon dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi dan juga dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.

Dalam pertemuan dengan John Kerry, Menko Luhut membahas potensi besar Indonesia dalam pemanfaatan Carbon Capture Storage di depleted reservoir dan saline aquifer, yang memiliki potensi hingga 400 giga ton dan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi di sektor migas dan sektor lainnya.

Menko Luhut juga menyampaikan harapannya untuk diskusi lebih lanjut dan meminta John Kerry agar dapat menghubungi White House Senior Advisor to the President for Energy and Investment, Amos Hochstein, guna membahas kerja sama di bidang critical minerals.

“Inisiatif ini dapat menghasilkan dana miliaran dolar yang akan sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia, serta membantu memacu perkembangan teknologi negara kita, sejalan dengan komitmen kita terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,” ujar Menko Luhut dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/11/2023).

Pada kesempatan yang sama, Menko Luhut juga menyampaikan rasa terima kasih kepada AS atas pembebasan dana Pertamina sebesar 300 juta dolar AS yang sempat mengendap di Venezuela.

“Kita sebelumnya mengalami kendala karena permasalahan antara Amerika dan Venezuela, yang menyebabkan dana Pertamina tertahan selama hampir 3-4 tahun, dan Amerika telah membantu menyelesaikan hal tersebut,” ungkap Menko Luhut.

Menko Luhut menambahkan, bantuan ini menandakan hubungan baik dan kepercayaan yang kuat antara Indonesia dan Amerika, yang membuka jalan untuk kerja sama lebih lanjut di masa depan.

Kereta Cepat

Luhut
Hari-hari pertama Luhut menjalani perawatan kesehatan di Singapura hanya ditemani tim dokter, ajudan, istri dan anak. (Foto: Instagram/@luhut.pandjaitan)

Berikutnya, Menko Luhut juga menerima telepon dari Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dimana dirinya menyampaikan rasa apresiasi dan kebahagiaan Presiden Xi atas peresemian Kereta Cepat Jakarta Bandung yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo secara langsung beberapa waktu yang lalu. Selain itu juga Menko Luhut menyampaikan kegembiraannya atas peresmian Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang saat ini begitu ramai digandrungi masyarakat.

"Rata-rata penumpang harian Kereta Cepat Whoosh saat ini mencapai hingga 18 ribu, dengan peningkatan jadwal perjalanan sejalan dengan bertambahnya minat masyarakat menggunakan kereta cepat." terang Menko Luhut

Dukungan yang diterima Menko Luhut dari Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, selama pemulihannya juga semakin memperkuat hubungan Indonesia-Singapura. PM Lee membuka peluang kerja sama di bidang kesehatan antarkedua negara, termasuk rencana pembangunan ekosistem kesehatan di Bali yang serupa dengan Singapura.

Menindaklanjuti hal tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersama Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo akan bertemu dengan Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, untuk meninjau fasilitas kesehatan di Singapura yang akan dijadikan benchmark.

“Di Bali, kita punya RSUP Sanglah. Tugas kita adalah melatih SDM dan manajemennya. Ini membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 tahun, jadi kita harus segera memulainya. Kerja sama dengan Singapura dalam membangun ekosistem kesehatan yang berkualitas akan sangat bermanfaat,” pungkas Menko Luhut.

  

Infografis Jurus Menko Luhut Tangani Polusi Udara di Jabodetabek. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Menko Luhut Tangani Polusi Udara di Jabodetabek. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya