Pertamina Perkenalkan Tiga Program Pemberdayaan Masyarakat di COP28 Dubai

Pertamina bersinergi bersama masyarakat di sekitar wilayah operasi, untuk mendorong kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kemandirian energi.

oleh Gilar Ramdhani pada 04 Des 2023, 14:30 WIB
Diperbarui 04 Des 2023, 14:31 WIB
Pertamina Perkenalkan Tiga Program Pemberdayaan Masyarakat di COP28 Dubai
Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab.

Liputan6.com, Jakarta Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab, PT Pertamina (Persero) memaparkan sejumlah program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) sebagai upaya perseroan dalam memberikan manfaat sosial untuk masyarakat dan komitmen perusahaan mengusung keberlanjutan.

Corporate Secretary Pertamina Brahmantya S. Poerwadi menyampaikan PT Pertamina (Persero) bersinergi bersama masyarakat di sekitar wilayah operasi, untuk mendorong kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kemandirian energi. Tiga program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) Pertamina adalah Desa Energi Berdikari, Desa Wisata Pertamina dan Hutan Pertamina.

“Pertamina adalah badan usaha yang menyuplai minyak dan gas terbesar di Indonesia, sehingga kami ingin berperan ke masyarakat,” kata Brahmantya pada diskusi panel bertajuk “Community Empowerment for the National Energy Transition" di Paviliun Indonesia, Sabtu (2/12).

Desa Energi Berdikari

Tercatatm Pertamina memiliki 76 program komunitas untuk Desa Energi. Adapun 57 program merupakan program pembangkit listrik tenaga surya, 12 program pengelolaan sampah menghasilkan gas metana dan biogas, empat program energi mikrohidro, dua program konversi energi biodiesel dari limbah rumah tangga, serta satu program  pembangkit listrik tenaga campuran angin dan surya.

57 pembangkit listrik tenaga surya untuk menghasilkan energi listrik, 12 program yang menghasilkan gas methana dan biogas, 4 menggunakan energi mikrohidro, 2 program biodiesel yang dikonversi dari limbah rumah tangga, dan 1 program hybrid antara energi surya dan angin.

Program DEB menghasilkan total energi 287.519 Wp dari pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga hybrid (matahari dan angin), dan mikro hidro. Selain itu juga menghasilkan 609.000 m3 per tahun dari gas methane dan biogas, serta 6.500 liter biodiesel per tahun.

76 program Desa Energi Berdikari ini sudah memberikan keuntungan bagi 4.113 rumah tangga dengan total dampak ekonomi sebesar Rp1,93 miliar per tahun serta mengurangi emisi sebesar 714.859 ton CO2eq per tahunnya.

"Kami memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai solusi kebutuhan energi masyarakat yang semakin meningkat. Pertamina berkolaborasi dengan berbagai elemen pemangku kepentingan, karena Pertamina meyakini energi bersih dan mudah diakses, akan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian berkelanjutan," jelas Brahmantya.

 

Pengembangan Energi Tenaga Surya di Ubud - Bali

Pertamina Perkenalkan Tiga Program Pemberdayaan Masyarakat di COP28 Dubai
Program Desa Wisata.

Brahmantya mencontohkan, salah satu program Pertamina untuk komunitas adalah pengembangan energi tenaga surya di Desa Keliki, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Di desa ini, pengelolaan limbah, desa ramah lingkungan, dan agrikultur menjadi tiga poin utama. Desa Keliki memiliki kapasitas energi 28 kilowatt peak dengan total pengurangan emisi sebesar 36 ton CO2eq per tahun.

Keuntungan ini dirasakan sekitar 1.000 warga Desa Keliki dan sekitarnya. Mereka dapat mengurangi limbah organik hingga lebih dari 180 ton per tahun, menghemat biaya air, dan listrik lebih dari Rp60 juta per tahun. “Tenaga surya lah yang mengoperasikan fasilitas pengelolaan limbah dan tujuh irigasi atau subak di Desa Keliki,” ungkap Brahmantya.

Desa Wisata

Program kedua Pertamina yang dipaparkan untuk mewujudkan masyarakat mandiri berkelanjutan adalah Desa Wisata. Program ini mendukung pemerintah untuk menargetkan destinasi pariwisata super prioritas, dimana saat ini Pertamina mendukung pengelolaan 794 homestay yang merupakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Program ini memberikan dampak bagi 5.500 orang penerima manfaat, dengan peningkatan ekonomi masyarakat hingga Rp600 juta per tahun.

 

Hutan Pertamina

Program Pemberdayaan Masyarakat Pertamina Tampil di COP28 Dubai
Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab.

Program ketiga yakni Program Hutan Pertamina yang merupakan upaya konservasi dan reboisasi hutan dengan penanaman pohon mangrove dan pohon daratan, sebagai komitmen Pertamina dalam implementasi environment, social, governance (ESG) dan sustainable development goal (SDGs).

 Saat ini, Pertamina memiliki 267 program keanekaragaman flora, temasuk merawat 6 juta lebih tanaman bakau (mangrove) dan tanaman daratan lainnya. Program ini mengurangi emisi 120 ribu ton CO2eq per tahun. Selain mengurangi emisi, Hutan Pertamina mampu menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp1,8 miliar per tahun dan memiliki multiplier effect kepada 4.783 penerima manfaat.

Ada tiga aspek penting dalam pengembangan keamanan energi desa, yaitu akses ke energi bersih, program yang terintegrasi, juga kolaborasi dengan pemangku kepentingan.

Kolaborasi Pertamina dalam memberdayakan masyarakat misalnya terletak pada upaya pelestarian bambu. Ketua Environmental Bamboo Foundation Monica Tanuhandaru menceritakan pengalamannya berkolaborasi dengan Pertamina. Aktivitas ini dilakukan melalui pembuatan platform satu peta yang mendata seluruh vegetasi bambu, termasuk pemetaan ekologis dan keterlibatan masyarakat.

“Kami bisa melihat stok penyimpanan karbon dan potensi biodiversitasnya,” tutur Monica.

Ia menambahkan, bambu dapat digunakan menjadi biofuel, biomassa, dan bioenergi. Bersama Pertamina, Environmental Bamboo Foundation mengembangkan ekonomi restoratif, yaitu upaya menyeimbangkan ekonomi dengan perlindungan untuk keberlanjutan lingkungan.

 

Ketahanan Energi

Pada sesi diskusi yang sama, Program Officer International Renewable Energy Agency (IREA) Ilina Stevanova menambahkan ketahanan energi berbasis masyarakat adalah faktor krusial dalam transisi energi. Upaya transisi energi membutuhkan penerimaan dan dukungan publik. Sehingga, strategi yang memaksimalkan modal sosial dan memberdayakan masyarakat akan mendukung tercapainya target-target transisi.

Sementara, Direktur Geothermal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Harris Yahya pun sepakat bahwa keterlibatan masyarakat untuk pengembangan EBT sangat penting. Terlebih, Indonesia memiliki potensi EBT yang beragam.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya