Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyimpan cita-cita agar Indonesia bisa mandiri dalam hal pangan, salah satunya dengan tak lagi melakukan impor beras. Namun, ia mengakui itu sulit dilakukan saat ini, seiring pertambahan populasi baru dan angka produksi beras yang belum mencukupi.
"Yang kita harapkan adalah kita ini ingin tidak impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit karena produksinya enggak mencapai. Karena setiap tahun kita bertambah, yang harus diberikan makan 4-4,5 juta bayi yang baru lahir," ujarnya dalam acara pembinaan petani se-Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024).
"Semua butuh makan. Penduduk kita sudah hampir 280 juta jiwa. Semua butuh makan, semua butuh beras," ungkap Jokowi.
Baca Juga
Impor Jagung Turun
Di sisi lain, ia masih bersyukur angka impor bahan pokok lain yakni jagung menunjukan tren penurunan dari tahun ke tahun. Jokowi lantas membandingkan jumlah impor jagung per 2015 yang mencapai 3,7 juta ton, dan sekarang disebutnya tinggal 800 ribu ton.
Advertisement
"Artinya petani dalam produksi jagung sudah melompat, 3 jutanya enggak usah impor yang sudah dihasilkan para petani. Ini saya harus sampaikan acungan jempol petani yang tanam jagung. Sehingga padinya ini harus dikejar agar tidak impor," pintanya.
Â
Butuh Beras Impor
Kendati begitu, ia tak tutup mata bahwa Indonesia masih memerlukan stok beras impor dalam waktu dekat. Sayangnya, banyak negara-negara yang membatasi jumlah ekspor beras produksinya untuk kepentingan pangan masing-masing.
"Sekarang negara-negara yang miliki beras itu dibeli pada enggak mau, 22 negara stop dan mengurangi ekspor beras, enggak mau lagi ekspor, dipakai untuk cadangan strategis rakyatnya sendiri," tuturnya.
Oleh karenanya, Sang Kepala Negara meminta Babinsa TNI dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk mendampingi para petani melakukan penanaman dengan baik. Khususnya dalam pemakaian pupuk, guna menunjang hasil produksi beras yang lebih maksimal.
"Penggunaanya harus betul dihitung, karena pupuk carinya enggak gampang di dunia, jadi penggunaanya harus cermat. Di negara maju pemupukan paket tetes, pupuk ditetes sangking mereka menghemat. Sekarang itu pupuk mahal, harga di dunia sudah mahal," tandas Jokowi.
Advertisement