Liputan6.com, Jakarta Dunia diprediksi untuk segera memiliki triliuner pertama dalam dekade mendatang. Hal itu diungkapkan dalam laporan baru organisasi non-pemerintah Oxfam International, yang secara historis kritis terhadap para miliarder.
Laporan Oxfam menunjukkan kesenjangan antara kelompok terkaya dan negara-negara lain di dunia.
Baca Juga
Oxfam mencatat, bahwa kekayaan bersih 5 orang terkaya di dunia telah melonjak 114 persen sejak tahun 2020 menjadi USD 869 miliar atau setara Rp 13,5 kuadriliun, yang berarti upah per jam sebesar USD 14 juta per jam.
Advertisement
"1 persen orang terkaya memiliki 43 persen dari seluruh aset keuangan global,” tulis Oxfam dalam laporannya, dikutip dari Fortune, Kamis (18/1/2024).
"Jika korporasi memiliki struktur yang lebih demokratis, hal ini dapat mengurangi kesenjangan secara signifikan," jelasnya.
Misal, jika 10 persen dari setiap bisnis di Amerika Serikat adalah milik karyawan, hal ini dapat melipatgandakan porsi kekayaan kelompok 50 persen terbawah dan median kekayaan rumah tangga.
Saat ini, belum ada miliarder yang menjadi triliuner.
CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk, saat ini merupakan orang terkaya di dunia, dengan kekayaan bersih USD 206 miliar atau setara Rp. 3,2 kuadriliun sementara Jeff Bezos berada di posisi nomor dua dengan USD 179 miliar atau setara Rp. 2,8 kuadriliun, menurut Bloomberg.
Adapun pendiri Oracle Larry Ellison berjumlah USD 145,5 miliar (Rp 2,2 kuadriliun) atau naik 107 persen dan CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett naik 48 persen menjadi USD 119,2 miliar atau Rp. 1,8 kuadriliun.
Saat 5 Miliar Orang di Dunia Jatuh Miskin, Kekayaan 5 Miliarder Ini Justru Naik 114%
Lima orang terkaya di dunia menjadi jauh lebih kaya dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2020, kekayaan bersih para miliarder ini telah meroket 114% menjadi total USD 869 miliar, setelah memperhitungkan inflasi.
Mengutip CNN Business, Selasa (16/1/2024) laporan tahunan Oxfam mengungkapkan bahwa total gabungan kekayaan 5 miliarder terkaya di dunia telah meroket 114 persen menjadi USD 869 miliar atau setara Rp 13,5 kuadriliun.
Angka tersebut terhitung setelah memperhitungkan inflasi. Pada saat yang sama, hampir 5 miliar orang di seluruh dunia jatuh dalam kemiskinan karena mereka menghadapi inflasi, konflik, dan krisis iklim.
Dibutuhkan waktu hampir 230 tahun untuk mengentaskan kemiskinan berdasarkan kondisi saat ini, menurut Oxfam.
Meningkatnya kekayaan Elon Musk, yang memimpin Tesla dan SpaceX, menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Kekayaan Musk melonjak menjadi USD 245,5 miliar atau Rp 3,8 kuadriliun pada akhir November 2023, naik 737 persen dari Maret 2020, setelah memperhitungkan inflasi.
Kemudian ada Bernard Arnault, pemilik raksasa barang mewah asal Prancis LVMH, dan keluarganya memiliki kekayaan bersih USD 191,3 miliar (Rp 2,9 kuadriliun) atau naik 111 persen.
Adapun pendiri Amazon Jeff Bezos, dengan kekayaannya yang naik 24 persen menjadi total USD 167,4 miliar (Rp 2,6 kuadriliun).
Sementara kekayaan pendiri Oracle Larry Ellison berjumlah USD 145,5 miliar (Rp 2,2 kuadriliun) atau naik 107 persen.
Yang melengkapi daftar lima orang terkaya adalah CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett, yang kekayaan bersihnya naik 48 persen menjadi USD 119,2 miliar atau Rp. 1,8 kuadriliun.
Secara keseluruhan, kekayaan para miliarder telah meningkat sebesar USD 3,3 triliun atau 34 persen sejak tahun 2020, dengan kekayaan mereka meningkat tiga kali lebih cepat dibandingkan tingkat inflasi.
Advertisement
Kekayaan Miliarder AS
Miliarder AS, yang sebagian besar memperoleh kekayaannya dari ekuitas perusahaan yang mereka pimpin, memiliki kekayaan yang melebihi USD 1,6 triliun.
Laporan tersebut, yang mengacu pada data yang dikumpulkan oleh Forbes, bertepatan dengan dimulainya pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, sebuah pertemuan elit yang dihadiri oleh beberapa orang terkaya dan pemimpin dunia.
Meskipun kesenjangan meningkat, ada beberapa titik terang, ungkap Nabil Ahmed, direktur keadilan ekonomi dan ras Oxfam Amerika.
"Kita berada di Era Emas yang baru, namun para pekerja, regulator, serikat pekerja, dan pengorganisir komunitas mulai membuat terobosan di dalamnya," ujar Ahmed.