Jelang Debat Cawapres, Aktivis Wanti-Wanti Program Sampah Jadi Energi Bukan Solusi

Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) bakal menyoroti tema terkait beberapa sektor, seperti lingkungan hidup hingga energi.

oleh Arief Rahman H diperbarui 20 Jan 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2024, 18:00 WIB
Momen Hangat Gibran Gandeng Cak Imin dan Mahfud MD Usai Debat Cawapres
Momen Hangat Gibran Gandeng Cak Imin dan Mahfud MD Usai Debat Cawapres

Liputan6.com, Jakarta Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) bakal menyoroti tema terkait beberapa sektor, seperti lingkungan hidup hingga energi. Salah satu aspek yang masuk ke ranah tersebut dalam Debat Cawapres besok adalah tata kelola sampah nasional.

Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) menyoroti soal upaya mengubah sampah menjadi sumber energi atau waste to energy (WtE). Country Director Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak menilak Indonesia seharusnya memberhentikan kebijakan pembangunan Waste to Energy (WtE) untuk mendorong pengurangan emisi karbon dan polusi bahan berbahaya beracun karena kebijakan ini merupakan salah satu bentuk solusi semu.

Dalam penilaiannya, WtE hanya mengalihkan masalah sampah menjadi polusi beracun dan meningkatkan emisi karbon. WtE juga menjadi disinsentif transformasi menuju sistem yang sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu pemilahan dan pengurangan sampah.

“Pengelolaan sampah menjadi energi listrik melalui pembangunan PLTSa dan juga penggunaan RDF untuk cofiring di PLTU yang semakin gencar di tahun-tahun terakhir ini adalah pendekatan yang menyesatkan," ujar dia dalam keterangannya, Sabtu (20/1/2024).

Tak Bisa Gantikan Batu Bara

Leonard juga memandang opsi penggunaan sampah ini tidak bisa serta merta mengurangi dominasi dari batu bara sebagai pembangkit listrik. Maka, topik ini diharapkan bisa dibahas dalam Debat Cawapres 2024 nanti.

"Dari sisi transisi energi, opsi ini tidak signifikan dalam mengakhiri dominasi batu bara. Sedangkan dari sisi pengelolaan kualitas udara, berpotensi meningkatkan dampak buruk terhadap kesehatan lingkungan, dan dari sisi pengelolaan sampahnya sendiri merupakan solusi semu. Jadi harus diakhiri,” tegasnya.

 

 

Penelitian

Pengelolaan Sampah dengan 3R
Ilustrasi Daur Ulang Sampah Plastik Credit: pexels.com/mali

Sementara itu, Senior Advisor Nexus3 Foundation, Yuyun Ismawati, melihat dampak dari pembangunan dan praktik-praktik semu telah dialami masyarakat sekitar lokasi proyek dan terekam dalam berbagai hasil penelitian.

Dengan solusi semu, persoalan sampah yang kasat mata menjadi lebih berbahaya bagi kesehatan warga, pemulung, dan lingkungan.

“Konversi sampah padat menjadi bahan bakar menimbulkan bahaya baru karena kimia-kimia berbahaya dan beracun yang digunakan dalam berbagai produk, terlepas ke lingkungan dan tersebar lebih luas. Saat ini, promosi penggunaan teknologi canggih untuk menyelesaikan masalah sampah tidak dibarengi dengan studi kelayakan teknis, kelayakan lingkungan, dan kelayakan finansial,” sambung dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya