Bansos-Gaji ASN Jadi Sorotan di Debat Capres, Bisa Raup Suara Masyarakat?

Topik bantuan sosial (bansos), Tenaga Kerja Indonesia (TKI), hingga gaji dan status honorer menjadi sorotan di Debat Calon Presiden (Capres) terakhir.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 05 Feb 2024, 19:16 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2024, 19:16 WIB
Momen Akhir Capres-Cawapres Usai Debat Pamungkas Pemilu 2024
Para Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo-Mahfud Md (kiri ke kanan) usai Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Topik bantuan sosial (bansos), Tenaga Kerja Indonesia (TKI), hingga gaji dan status honorer menjadi sorotan di Debat Calon Presiden (Capres) terakhir. Lantas, gagasan mana di Debat Capres yang bisa menarik minat masyarakat?

Ekonom dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita mengamini jalan Debat Capres pamungkas itu tidak berbicara detail teknis program para pasangan calon. Namun, mulai terlihat arah strategis dan berusaha meyakini para calon pemilih nantinya.

"Tentu banyak yang luput dari debat Pilpres, karena debat capres sebenarnya pelengkap saja dari rentetan demokrasi yang ada. Pun bagi para kandidat, dengan keterbatasan waktu dan kompleksitas persoalan yang ada, momen debat akan dipakai untuk memunculkan "keyword-keyword" penting saja, tanpa menjelaskan lebih lanjut," tutur Ronny kepada Liputan6.com, Senin (5/2/2024).

Misalnya, Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan yang cenderung mendorong pemerintah sebagai regulator. Sementara, Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto mendorong pemerintah ikut aktif dan terlibat.

Ronny bilang, ini jadi corak pemerintahan kedepannya jika salah satunya memenangkan kontestasi politik. Yang menjadi pemenang debat bukanlah yang menjelaskan masalah secara detail. Tapi yang berbicara hal-hal yang paling mudah dimengerti dan sejalan dengan pemilih, terlepas apakqh hal tersebut dianggap terlalu sederhana.

"Misalnya soal bansos. Tentu secara ideal dan teoritik, anggaran bansos dalam bentuk program-program pemberdayaan dan investasi sosial produktif adalah tawaran yang paling bagus. Tapi belum tentu demikian menurut pemilih," ungkapnya.

"Boleh jadi dalam kondisi ekonomi saat ini, cash transfer dan segala macam turunannya adalah yang paling beresonansi dengan pemilih karena dianggap singkron dengan kebutuhan jangka pendek pemilih saat ini," sambung Ronny.

Soal penyalurannya, seperti yang disoroti Anies, publik dinilai sudah menyadari kalau itu menjadi domain pemerintah. Satu hal yang perlu dipastikan adalah bansos bisa menyasar orang-orang yang betul-betul membutuhkan.

 


Gaji ASN dan TKI

Ingat, Pengajuan Kredit ASN di Gorontalo Maksimal Hanya 50 Persen Gaji
ASN. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Ronny juga memandang hal yang sama pada konteks gaji ASN dan status kepegawaian dari tenaga honorer. Janji yang dilontarkan para Capres dinilai jadi jurus menarik atensi pemilih.

"Para ASN dan tenaga honor tentu senang. Tak mungkin tak senang toh. Perkara dari mana anggaranya atau apakah fiskal kita kuat atau tidak, itu bukan urusan pemilih, tapi urusan yang menjanjikan. Jadi secara elektoral, akan menguntungkan pihak yang menjanjikannya, terlepas diwujudkan atau tidak nantinya setelah terpilih," bebernya.

Kemudian, soal TKI di luar negeri. Menurutnya, pada aspek jumlah pemilih, baik TKI di dalam negeri maupun di luar negeri, bisa menjadi keuntungan sendiri bagi para kontestan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Maka jadi hal yang wajar jika ada sorotan di aspek ini.

"Secara elektoral, segmen tenaga kerja ini sangat besar. Jadi wajar para paslon fokus di sana," tegasnya.

 


Bukan Bicara Detail

Para Capres Dapat Tambahan Waktu di Sesi Penutup
Foto kolase ketiga Calon Presiden pada Pemilu 2024 Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo (kiri ke kanan) saat Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ronny menyimpulkan kalau Debat Capres yang digelar ini bukan untuk berbicara secara detail dan mendalam. Pada sisi ini, yang diambil adalah strategi memenangkan perhatian masyarakat.

"Jadi pendeknya, debat capres memang bukan untuk berbicara detail, sehingga jangan terlalu banyak berharap akan mendapatkan penjelasan jelas dan komprehensif. Tapi setidaknya, secara strategis para kandidat sudah cukup memberikan arahan strategis kemana negara ini akan mereka bawa kalau mereka berkuasa," urainya.

"Dan berkemungkinan besar sebagian janji tersebut akan mereka ulang lagi di lima tahun mendatang, karena di tataran realitas, akan menghadapi banyak benturan dan halangan," imbuhnya.

Dia menilai, inti dari Debat Capres adalah siapapun kandidat yang bisa menyederhanakan masalah ke dalam bahasa-bahasa yang satu frekuensi dengan bahasa rakyat, sejalan dengan kepentingan pemilih saat ini, maka dialah pemenangnya di dalam debat tersebut.

"Terlepas para pakar mengatakan calon yang pintar dan pandailah yang menang. Jadi bukan perkara apa yang luput atau tidak," pungkas Ronny P Sasmita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya