Liputan6.com, Jakarta - Editor in Chief Merdeka.com, Darojatun membagikan tips dalam membuat rilis yang dapat menarik pembaca berita.
Kesalahan yang mendasar dari seorang pegiat Public Relations (PR) yang seringkali terjadi adalah tidak memperhatikan unsur berita yang dapat dikembangkan lebih lanjut agar bisa lebih menarik bagi pembaca.
“Seseorang berpikir bahwa mengirimkan sebuah rilis dilengkapi foto atau video sudah cukup ya, misal salah satu contoh judul “Apresiasi Perolehan Nilai Kompetisi Tertinggi Kabid Humas Raih Beasiswa 5 Bintara”. ini sebetulnya udah cukup bahasanya pun sudah sudah bagus, tapi apakah ini akan dibaca? Jawabannya tidak, karena ini adalah sebuah pengumuman bukan berita ,” papar Darojatun, dalam kegiatan What’s Up yang digelar Kemenkumhan di Double Tree by Hilton di Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Advertisement
Darojatun mengungkapkan, jika ingin membuat berita yang bagus, penulis dapat memutar angle yang lebih menarik. Sebagai contoh, dengan mengambil satu atau dua sosok dari kelima Bintara penerima beasiswa yang memiliki kisah menarik untuk diulas.
“(Bisa) fokusnya di situ, kemudian baru pesan yang mau disampaikan sebagai berita dari pihak kepolisian itu bisa disampaikan di belakang. Contohnya; ‘Sosok Dua Perwira Muda Polri Ber-Otak Encer Raih beasiswa S2 di Inggris, Kini Sudah Menjadi Master,’ bebernya.
“Jenis berita seperti ini akan dapat lebih diterima oleh user,” sambil menunjukkan salah satu artikel maverick Merdeka.com terkait artikel tersebut.
Darojatun menyebut, artikel tersebut dimuat pada Desember 2023 lalu, dan dalam kurun waktu satu pekan berhasil menarik 200.000 pembaca.
“Jadi coba pikirkan cara efektif untuk membuat rilis yang sifatnya berita, bukan pengumuman. Penting juga untuk mengetahui Anda membuat rilis untuk dibaca publik atau (kelompok lain),” tambahnya.
‘Waktunya Humas Meet Up’, Kemenkumham Bagi-bagi Ilmu Kehumasan di Era Digital
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menggelar kegiatan ‘What’s Up’ atau ‘Waktunya Humas Meet Up’ mulai Selasa hari ini, 27 Februari hingga Jumat 1 Maret mendatang.
Kegiatan tersebut diselenggarakan dengan koordinasi dan penguatan kehumasan Kemenkumham yang melibatkan pranata humas dan pemangku kehumasan unit utama maupun kantor wilayah, sebagai salah satu upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi insan humas Kemenkumham.
Dalam pidatonya di acara tersebut, Kepala Biro Humas, Hukum dan Kerja Sama Kemenkumham, Hantor Situmorang menyoroti zaman modern saat ini di mana hampir semua kegiatan manusia melibatkan komputerisasi.
“Salah satu bidang yang harus juga beradaptasi dengan perkembangan digitalisasi ini adalah insan kehumasan yang memiliki tantangan di era digitalisasi,” ujar Hantor di Double Tree by Hilton Hotel, Jakarta, pada Selasa (27/2/2024).
“Pekerjaan (kehumasan) ini tentu tidak bisa dikatakan mudah, karena praktisi humas harus memiliki banyak kemampuan. Baik itu soft skills maupun hard skills,” katanya.
Advertisement
Makin Canggih dan Praktis
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) menyebut jika peran kehumasan tidak bisa diganti begitu saja karena kecanggihan teknologi. Hal itu karena kompetensi kehumasan membutuhkan kombinasi yang unik antara nalar, intuisi, empati, emosi, juga kreativitas.
“Namun teknologi terus berkembang, dan para praktisi humas harus siap dengan perkembangan itu sendiri.
Kehumasan di era digital semakin canggih, cepat dan praktis. Perkembangan ini melahirkan berbagai tantangan, antara lain media sosial yang semakin beragam, perubahan perilaku audiens yang cepat, kehadiran reputasi media sosial juga terlait dengan provasi dan keamanan data,” katanya.
“Menyikapi perkembangan tersebut, Biro Humas Hukum dan Kerja Sama Kemenkumham memandang perlu menyelenggarakan pertemuan ini dan benerapa hari ke depan untuk meningkatkan kompetensi bagi pemangku kehumasan di seluruh jajaran Kementerian Hukum dan Ham melalui kegiatan What’s Up: Waktunya Humas Meet Up,” tuturnya.
Hantor melanjutkan, kegiatan What’s Up diharapkan dapat meningkatkan keahlian teknis kehumasan, kemampuan berkoordinasi dan kerja sama antara pemangku kehumasan sehingga meningkatkan kinerja dan membangun citra positif di Kementerian Hukum dan Ham.