Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah berjangka melemah pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena janji Tiongkok untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pengurangan produksinya tidak disetujui oleh para pedagang.
Dikutip dari CNBC, Rabu (6/3/2024), harga minyak dunia West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan April turun 59 sen atau 0,75% menjadi USD 78,15 per barel. Sementara harga minyak Brent berjangka turun 76 sen atau 0,92% menjadi USD 82,04 per barel.
Baca Juga
Pemerintah Beijing pada hari Selasa menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% untuk tahun 2024 dan mengumumkan penerbitan obligasi negara khusus “ultra-panjang” senilai USD 138,9 miliar untuk mendanai proyek-proyek besar.
Advertisement
OPEC dan sekutunya, OPEC+, pada hari Minggu sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak mentah sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal kedua.
Ahli Strategi Energi Macquarie, Walter Chancellor, mengatakan perpanjangan pengurangan produksi OPEC+, yang diperkirakan secara luas, mungkin sudah diperhitungkan oleh pasar.
Para pedagang telah khawatir selama berbulan-bulan bahwa melemahnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan melimpahnya produksi minyak mentah di Amerika, terutama Amerika Serikat, akan memberikan tekanan pada harga.
Harga Minyak Dunia Anjlok Usai OPEC+ Kembali Pangkas Produksi
Sebelumnya, harga minyak dunia turun pada perdagangan hari Senin setelah OPEC+ yang merupakan organisasi negara-negara eksportir minyak setuju untuk memperpanjang pemangkasan produksi secara sukarela hingga kuartal kedua 2024. Langkah yang dilakukan oleh OPEC+ memangkas produksi minyak ini dalam upaya mendukung stabilitas pasar minyak mentah jangka pendek.
Mengutip CNBC, Selasa (5/3/2024), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia turun 75 sen atau 0,9% menjadi USD 82,80 per barel pada perdagangan Senin. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS kehilangan USD 1,23 atau 1,54% menjadi USD 78,74 per barel.
OPEC+ mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka akan mengurangi produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang direncanakan untuk kuartal pertama tahun ini akan berlanjut hingga kuartal berikutnya.
“Seiring dengan semakin jelasnya ekspektasi pasar terhadap rollover baru-baru ini, kami yakin perpanjangan tersebut mungkin sudah diperhitungkan,” kata analis energi Macquarie Walt Chancellor, dalam sebuah catatan pada hari Minggu.
Pemimpin OPEC+ dan pemimpin de facto Arab Saudi mengatakan akan memperpanjang pengurangan sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir kuartal kedua, kata Saudi Press Agency (SPA) milik negara pada Minggu. Produksi minyak mentah Riyadh akan mencapai sekitar 9 juta barel per hari hingga akhir Juni.
“Dengan pemuatan OPEC yang tampak stabil dan pasokan agregat OPEC berpotensi menunjukkan sedikit dampak dari pengurangan sukarela yang dilaksanakan pada kuartal pertama, kami tidak melihat perluasan dari kelompok yang lebih luas sebagai hal yang berdampak besar,” tulis Chancellor.
Advertisement
Keputusan Rusia
Rusia, salah satu negara kelas berat di OPEC+, akan memangkas produksi dan pasokan ekspornya sebanyak 471.000 barel per hari hingga akhir Juni. Moskow secara sukarela mengurangi pasokannya sebesar 500.000 barel per hari pada kuartal pertama.
Produsen utama lainnya, Irak dan UEA, juga akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela masing-masing sebesar 220.000 barel per hari dan 163.000 barel per hari, hingga akhir kuartal kedua.
“Langkah baru OPEC+ ini jelas menunjukkan persatuan yang kuat di dalam kelompok tersebut, sesuatu yang dipertanyakan setelah pertemuan tingkat menteri di bulan November, yang menunjukkan Angola meninggalkan OPEC,” kataWakil Presiden Senior Jorge Leon Rystad Energy.
Perpanjangan pemangkasan produksi ini menandakan tekad yang kuat untuk mempertahankan harga dasar di atas USD 80 per barel pada kuartal kedua.