Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah berjangka melemah pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta). Harga minyak dunia turun karena para pedagang mempertimbangkan data inflasi AS terbaru dan prospek permintaan OPEC untuk tahun ini.
Dikutip dari CNBC, Rabu (13/3/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April turun 37 sen atau 0,47% menjadi USD 77,56 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak Mei turun 29 sen atau 0,35% menjadi USD 81,92 per barel.
Baca Juga
Menurut laporan terbarunya, OPEC mempertahankan perkiraannya untuk tahun 2024, dengan permintaan minyak diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,2 juta barel per hari. Pasokan minyak mentah di luar OPEC diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,1 juta barel per hari pada tahun ini.
Advertisement
Perkiraan OPEC menyiratkan defisit pasar minyak tahun ini kecuali kartel dan sekutunya mengurangi pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari. Pemotongan tersebut akan tetap terjadi setidaknya hingga kuartal kedua.
Sementara itu, inflasi di AS meningkat 0,4% pada bulan Februari dan 3,2% dari tahun lalu. Meskipun kenaikan bulanan sesuai dengan ekspektasi, tingkat tahunan sedikit lebih tinggi dari perkiraan 3,1%.
Para pedagang memantau dengan cermat inflasi di AS untuk mencari tanda-tanda kapan Federal Reserve akan berada dalam posisi untuk menurunkan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi, yang mendorong permintaan minyak mentah.
Data Inflasi AS
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada Kongres pekan lalu bahwa bank sentral sedang menunggu lebih banyak data untuk menunjukkan bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan sebesar 2% sebelum menurunkan suku bunga. Pasar memperkirakan bank sentral akan menerapkan penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni.
Harga minyak WTI telah naik lebih tinggi menjadi USD 80 per barel pada awal bulan, namun sejak itu mundur karena adanya kekhawatiran baru mengenai permintaan di Tiongkok dan produksi di Amerika, khususnya Amerika Serikat.
Harga BBM di SPBU telah meningkat 9% sejak awal tahun dengan galon bahan bakar reguler rata-rata USD 3,39 per galon pada hari Selasa. Harga bahan bakar biasanya naik seiring semakin dekatnya musim berkendara di musim semi dan musim panas.
Harga Minyak Dunia Naik Tipis ke USD 82,21 per Barel
Sebelumnya, harga minyak dunia bergerak bervariasi pasa perdagangan Senin karena pelaku pasar tengah menunggu data inflasi bulan Februari Amerika Serikat (AS).
Selain itu, gerak harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh laporan prospek permintaan minyak mentah global yang dikeluarkan oleh OPEC dan International Energy Agency pada pekan ini.
Mengutip CNBC, Selasa (12/3/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate ((WTI) AS untuk kontrak bulan April turun 8 sen atau 0,10% menjadi USD 77,93 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent untuk kontrak Mei yang menjadi patokan harga minyak dunia bertambah 13 sen atau 0,16% menjadi USD 82,21 per barel.
Harga minyak mentah AS dan minyak mentah acuan global masing-masing turun 2,45% dan 1,76%, pada minggu lalu karena lemahnya permintaan di China dan komentar dari International Energy Agency bahwa pasar seharusnya mendapat pasokan yang baik tahun ini.
“Harga minyak WTI tak mampu menuju USD 80 per barel membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah langkah ini sudah berakhir,” jelas analis Price Futures Group Phil Flynn dalam catatannya pada hari Senin.
Pelaku pasar sedang menunggu indeks harga konsumen dan produsen, yang akan dirilis pada hari Selasa dan Kamis, untuk mengetahui tanda-tanda tambahan kapan Federal Reserve mungkin dapat menurunkan suku bunganya.
Sebagian besar investor memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan biaya pinjaman pada bulan Juni. Suku bunga yang lebih rendah biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi, yang kemudian merangsang permintaan energi.
OPEC dan International Energy Agency juga akan merilis laporan pasar minyak bulanan mereka pada hari Selasa dan Kamis minggu ini.
Advertisement
Perdagangan Sebelumnya
Harga minyak dunia mencatatkan penurunan secara mingguan karena lesunya permintaan dari China. Padahal, International Energy Agency melihat bahwa pasokan minyak dunia cukup.
Mengutip CNBC, Sabtu (9/3/2024), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia untuk kontrak bulan Mei turun 88 sen atau 1,06% menjadi USD 82,08 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak bulan April turun 92 sen atau 1,17% menjadi USD 78,01 per barel.
Harga minyak mentah AS dan harga minyak Brent masing-masing kehilangan 2,45% dan 1,76% sepanjang pekan ini.
S&P Global Commodity Insights melaporkan, impor minyak mentah China turun sekitar 5,7% menjadi 10,8 juta barel per hari dalam dua bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan 11,44 juta barel per hari pada bulan Desember.
“Ledakan besar pemulihan permintaan Tiongkok tidak akan berjalan dengan baik dan tanpanya akan sulit bagi harga minyak untuk bertahan dan pulih lebih jauh serta membuat WTI kembali di atas USD 80,” pendiri Again Capital John Kilduff kepada CNBC.
Sementara itu, seorang pejabat senior di International Energy Agency (IEA) mengatakan pekan ini bahwa pasar minyak akan memiliki pasokan yang relatif baik tahun ini.
Pelaku pasar juga tengah mempelajari data nonfarm payroll terbaru untuk bulan Februari bersama dengan kesaksian Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres minggu ini untuk menilai ke mana arah suku bunga akan mempengaruhi permintaan minyak mentah.
Keputusan The Fed
AS menambahkan 275.000 pekerjaan pada bulan Februari, dibandingkan dengan perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebesar 198.000. Namun tingkat pengangguran naik menjadi 3,9%.
Powell mengatakan kepada Kongres pada hari Kamis bahwa bank sentral tidak jauh lagi dari rencana pemotongan suku bunga. Powell mengatakan kepada Komite Perbankan Senat bahwa The Fed menginginkan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan sebesar 2%.
“Ketika kita benar-benar mendapatkan kepercayaan diri tersebut, dan kita tidak jauh dari itu, maka akan tepat jika kita mulai mengurangi tingkat pembatasan,” kata Powell.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi, yang mendukung permintaan minyak mentah.
Kilduff mengatakan reaksi perusahaan perminyakan terhadap prospek suku bunga hampir seperti skizofrenia.
"Meskipun suku bunga yang lebih rendah mendukung permintaan, The Fed juga hanya akan menurunkan suku bunga karena kelesuan perekonomian dan tanda-tanda pelemahan, kata Kilduff.
Advertisement