The Fed Pede AS Tak Jatuh Resesi di 2024 dan Tahun Depan

Meskipun suku bunga The Fed berada pada tingkat tertinggi dalam dua dekade, perekonomian AS terus menunjukkan ketahanan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Mar 2024, 10:45 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2024, 10:45 WIB
Ilustrasi resesi, ekonomi
Pejabat The Fed kini memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2024 secara keseluruhan akan mencapai 2,1%, kemudian 2% dalam dua tahun berikutnya. Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat tidak melihat adanya tanda-tanda resesi di tahun 2024 dan tahun berikutnya.

Melansir CNN Business, Senin (25/3/2024) Komite pembuat kebijakan Federal Reserve yang terdiri dari 19 pejabat merilis serangkaian proyeksi ekonomi baru pekan lalu, yang menunjukkan bahwa mereka kini memperkirakan ekonomi AS di tahun 2024, 2025, dan 2026 akan lebih kuat dari yang mereka perkirakan sebelumnya.

"Ekonomi kuat, pasar tenaga kerja kuat, dan inflasi turun drastis," kata Ketua Fed Jerome Powell dalam pernyataan pada Rabu (20/3).

Powell juga mencatat, pendapatan perusahaan-perusahaan di AS menguat, pasar saham terus memecahkan rekor demi rekor, dan perekonomian mungkin sedang mengalami lonjakan produktivitas yang dapat mendorong pertumbuhan tanpa memicu inflasi.

Meskipun suku bunga The Fed berada pada tingkat tertinggi dalam dua dekade, perekonomian AS terus menunjukkan ketahanan. Para ekonom mengatakan kekuatan tersebut dapat bertahan hingga tahun-tahun mendatang.

Para pejabat Fed terus mengharapkan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, namun masa penerapan suku bunga sangat rendah sudah lama berlalu.

Suku bunga pada akhirnya akan ditetapkan pada tingkat yang jauh di atas suku bunga mendekati nol yang terlihat sebelum The Fed mulai menaikkan suku bunga pada tahun 2022.

Namun para ekonom mengatakan hal itu tidak akan menimbulkan masalah apa pun bagi kekuatan perekonomian AS.

"Banyak rekan saya yang menyebutnya lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, namun sebenarnya akan lebih kuat untuk jangka waktu yang lebih lama," ungkap Mike Skordeles, kepala ekonom AS di Truist Advisory Services.

Produk domestik bruto AS, yang merupakan ukuran output ekonomi terluas, tumbuh pada tingkat tahunan yang kuat sebesar 3,2% pada kuartal keempat 2023.

Pejabat The Fed kini memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2024 secara keseluruhan akan mencapai 2,1%, kemudian 2% dalam dua tahun berikutnya.


Ekonom: Ekonomi AS Akan Tetap Solid, Didukung Oleh Produktivitas yang Membaik

Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Pejalan kaki melewati papan nama yang menawarkan uang tunai untuk barang berharga di luar toko gadai di Los Angeles, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi AS pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

Skordeles mengatakan perekonomian diperkirakan akan tetap solid karena produktivitas yang lebih baik dibandingkan sebelum pandemi dan perubahan struktural dalam angkatan kerja.

Meskipun prospeknya bagus, Skordeles mengingatkan, guncangan ekonomi apa pun yang tidak terduga dapat menggagalkan pertumbuhan dan menyebabkan penurunan.

Salah satu risikonya adalah kemungkinan bahwa penurunan inflasi akan terhenti.


Ekonom Peringatkan Masih Ada Risiko

Perjalanan Liburan AS
Wisatawan melewati Stasiun 30th Street di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), Rabu (22/11/2023). Terlepas dari inflasi dan kenangan akan krisis perjalanan selama musim liburan tahun lalu, warga AS diperkirakan akan melakukan perjalanan lewat udara dan jalan raya dalam jumlah besar selama liburan Thanksgiving Day. (AP Photo/Matt Rourke)

"Kami yakin risiko resesi telah berkurang," kata Stephanie Lang, kepala investasi di Homrich Berg.

"Tetapi dampak terbesarnya, tentu saja, adalah jika kita mendapat kejutan dari data inflasi yang tidak diperkirakan oleh The Fed dan pasar," jelasnya.

Jika hal ini terjadi, Lang menyebut, maka The Fed akan lebih condong ke arah menekan inflasi, sehingga mereka mungkin berada dalam situasi terlalu lama mempertahankan tingkat suku bunga yang ketat, sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun terlalu jauh dan berujung pada resesi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya