Banyak Orang di Indonesia Tak Siap Rencanakan Keuangan Masa Depan, Kenapa?

Banyak orang di Indonesia kurang siap dan mengabaikan tingkat pengeluaran mereka atau manfaat menyisihkan pengeluaran sebagai bagian dari rencana keuangan jangka panjang.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Mar 2024, 19:30 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2024, 19:30 WIB
Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Banyak orang di Indonesia kurang siap dan mengabaikan tingkat pengeluaran mereka atau manfaat menyisihkan pengeluaran sebagai bagian dari rencana keuangan jangka panjang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan hasil survei Ketahanan Finansial Sun Life terhadap 8.000 responden di Indonesia, Filipina, Tiongkok, Hong Kong, India, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, menunjukkan bahwa di kalangan responden dengan pendapatan tinggi sekalipun, banyak orang di Indonesia kurang siap dan mengabaikan tingkat pengeluaran mereka atau manfaat menyisihkan pengeluaran sebagai bagian dari rencana keuangan jangka panjang.

Hanya 54% dari responden berpendapatan tinggi yang telah melakukan perencanaan untuk 1 tahun ke depan dan hanya 28% yang telah menyiapkan perencanaan untuk 5 tahun ke depan.

Selain itu, 15% responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan dan 35% responden mengaku tidak menyisihkan uang untuk tujuan jangka panjang saat menanggung pengeluaran jangka pendek.

Berkaca dari hal tersebut, PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life Indonesia) meluncurkan produk terbaru, yakni X-Tra Proteksi Optima Legacy yang merupakan produk asuransi tradisional yang dirancang untuk membantu perencanaan warisan eksklusif bagi nasabah CIMB Niaga.

Solusi pelindungan terbaru ini hadir dengan kelebihan berupa masa pembayaran premi fleksibel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan beserta serangkaian fitur unggulan lainnya yang menjadikannya solusi pelindungan dan perencanaan warisan lengkap dalam satu produk asuransi tradisional.

Pengelolaan Keuangan

Kehadiran X-Tra Proteksi Optima Legacy diharapkan dapat menjawab kebutuhan pengelolaan keuangan masyarakat yang membutuhkan solusi perencanaan keuangan jangka panjang, khususnya dalam perencanaan warisan.

“X-Tra Proteksi Optima Legacy bukan sekadar produk asuransi, tetapi juga instrumen perencanaan warisan yang memungkinkan nasabah untuk mewariskan kekayaan mereka dengan aman dan terencana," kata Chief Distribution Officer & Sharia Director Sun Life Indonesia, Danning Wikanti dikutip Selasa (26/3/2024).

"Kehadiran produk ini merupakan komitmen Sun Life Indonesia untuk menghadirkan inovasi produk bagi nasabah CIMB Niaga. Produk ini juga hadir dengan 2 tipe plan berbeda karena kami mengerti setiap nasabah mempunyai tujuan finansial dan aset yang beragam, sehingga penting bagi nasabah untuk meninjau ulang tujuan finansial dan aset yang dimiliki saat ini dalam memulai perencanaan warisan," lanjut dia.

 

 

Jaminan Mutlak

Ilustrasi asuransi
Ilustrasi asuransi. (Foto By AI)

Adapun beragam keunggulan X-Tra Proteksi Optima Legacy di antaranya menawarkan jaminan mutlak dengan pembayaran 100% Uang Pertanggungan (UP) pada saat tertanggung tutup usia atau mencapai usia 100 tahun, hal ini mencerminkan pemahaman mendalam atas kebutuhan nasabah dalam perjalanan hidup yang panjang.

Dengan manfaat terminal bonus atau nilai tunai yang tidak dijamin, produk ini juga memberikan nilai tambah yang dapat diperoleh nasabah, tidak hanya menghadirkan pelindungan finansial saat ini, tetapi juga memberikan kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau memperkuat perencanaan keuangan jangka panjang.

Dengan fitur-fitur ini, X-Tra Proteksi Optima Legacy menjadi solusi yang andal dalam merencanakan masa depan finansial, khususnya perencanaan waris, secara menyeluruh tanpa khawatir tentang ketidakpastian di masa depan.

BI Dukung Target Peningkatan Inklusi Keuangan Indonesia 90%

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa pihaknya mendukung peningkatan inklusi keuangan di Indonesia, dalam upaya mencapai target 90 persen tahun ini.

“BI mendukung komitmen untuk mendorong inklusi keuangan dengan target tahun ini sebesar 90 persen,” kata Deputi Gubernur BI Juda Agung, dalam konferensi pers Rapat Koordinasi Dewan Nasional Keuangan Inklusif di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Jumat (22/3/2024).

Juda mengungkapkan, BI memiliki empat program untuk mendorong inklusi keuangan.

Program pertama, adalah pemberdayaan ekonomi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), salah satunya melalui upaya digitalisasi seperti QRIS dan sebagainya. 

“(Kemudian) pembiayaan UMKM yang terus meningkat dan saat ini telah mencapai 33 persen,” jelas Juda.

Ketiga, adalah program perluasan edukasi dan literasi keuangan, terutama terkait keuangan digital.

Terakhir adalah upaya perlindungan konsumen, khususnya terkait konsumen yang diawasi bank sentral dalam sistem pembayaran.

Dalam kesempatan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan, Airlangga  tingkat inklusi keuangan Indonesia telah mencapai 88,7% pada 2023 lalu, lebih tinggi dari tahun sebelumnya  sebesar 85,1%.

Pada tahun 2020, tingkat inklusi keuangan mencapai 81,4%, berlanjut meningkat pada 2021 menjadi 83,6%, dan pada 2022 meningkat ke 85,1%, hingga 88,7% di 2023. 

BI Dukung Target Peningkatan Inklusi Keuangan RI ke Target 90%

BI Siapkan Uang Tunai Rp197,6 Triliun
Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang tunai selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024 sebanyak Rp197,6 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah melalui OJK dan juga Bank Indonesia terus meningkatkan literasi keuangan dan inklusi keuangan di Indonesia. Pasalnya, misi Indonesia Emas 2045 akan sulit terwujud jika literasi keuangan Indonesia masih rendah. 

Saat ini, Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen dan inklusi keuangan sebesar 85,10 persen.

Hal ini berarti masih banyak masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam pengetahuan dan pemahaman mengenai produk dan layanan jasa keuangan. Alhasil tidak sedikit masyarakat yang terjebak dalam berbagai masalah keuangan seperti pinjol dan investasi ilegal.

Gubernur Provinsi Bengkulu, Rohidin Mersyah mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menghambat perekonomian adalah rendahnya literasi keuangan.

Menurutnya, literasi keuangan adalah upaya mengenal, memahami, dan mengambil keputusan dalam mengelola keuangan. Kalau literasi keuangan seseorang bagus mreka bisa mengenal dan memahami lembaga keuangan termasuk pelaku usaha keuangan.

"Setelah kenal dia pahami, oh ternyata produknya ini, asuransi ini, lembaga pembiayaan ini dan sebagainya. Tinggal ujungnya ini kalau masih ragu tinggal konsultasikan ke OJK, benar tidak lembaga ini, legal tidak. Setelah itu ujungnya ambil keputusan, owh kalau nabung harus ke bank, investasi harus ke sini, dengan begitu tidak mungkin kita tertipu dengan pinjol, janji-janji investasi. Dan sikap pruden (hati-hati) menjadi sebuah kunci," kata Rohidin dalam acara Desaku Cakap Keuangan, Senin (26/2/2024).

Oleh sebab itu, Ia mengapresiasi kegiatan Desaku Cakap Keuangan ini yang bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Bengkulu.

Berdasarkan SNLIK, indeks literasi keuangan Provinsi Bengkulu tercatat mencapai 30,39%, masih berada di bawah rata-rata Nasional yang berada di angka 49,68%.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya