Rupiah Melemah, Zulkifli Hasan: Tak Perlu Khawatir Cadangan Devisa Kuat

Mendag meminta masyarakat untuk tenang dan mempercayai upaya kementerian dan lembaga yang menangani pelemahan rupiah.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Apr 2024, 15:45 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2024, 15:45 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam acara Halal Bihalal di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta pada Kamis (25/4/2024). (Tasha/Liputan6.com)
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam acara Halal Bihalal di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta pada Kamis (25/4/2024). (Tasha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah sejak Idul Fitri 2024. Posisi rupiah saat ini berada di kisaran 16.200 per dolar AS.  

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, masyarakat tidak perlu panik dengan pelamahan rupiah ini. Dijelaskannya, Indonesia masih memiliki cadangan devisa yang kuat.

"Kita percaya kebijakan yang akan dikeluarkan BI (Bank Indonesia) ya, dan kita akan kuat. Cadangan devisa kita kan kuat, jadi tidak perlu terlalu khawatir," ujar Zulkifli Hasan kepada media di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta pada Kamis (25/4/2024). 

Mendag meminta masyarakat untuk tenang dan mempercayai upaya kementerian dan lembaga yang menangani pelemahan rupiah.

"Kita percayakan pada yang punya otoritas untuk mengatasi perubahan itu. Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dan Gubernur BI (Perry Warjiyo) sudah menyampaikan ya, kita tidak perlu khawatir," tegasnya.

Tak Seburuk Mata Uang Lain

Diwartakan sebelumnya, BI telah menegaskan bahwa pelemahan nilai tukar mata uang tidak hanya dialami oleh Rupiah, tetapi juga di negara-negara lainnya di Asia.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, indeks nilai tukar USD terhadap mata uang utama (DXY) menguat tajam mencapai level tertinggi 106,25 pada tanggal 16 April 2024 atau mengalami apresiasi 4,86% dibandingkan dengan level akhir tahun 2023.

"Perkembangan ini memberikan tekanan depresiasi ke hampir seluruh mata uang dunia termasuk nilai tukar Yen Jepang dan Dolar New Zealand masing-masing lemah 8,91% dan 6,12% (year to date/ytd)," kata Perry, dalam konferensi pers Hasil RDG Bulan April 2024, Rabu (24/4/2024).

Pelemahan juga terjadi pada Baht Thailand sebesar 7,88% dan Won Korea Selatan menurun 6,55% (ytd).

"Sementara itu, pelemahan Rupiah sampai 23 April 2024 atau lebih rendah yaitu 5,07% (ytd)," bebernya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI Kerek Suku Bunga Acuan, Bagaimana Laju Rupiah Hari Ini 25 April 2024?

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Menguat
Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis, 25 April 2024. Namun, ekonom prediksi rupiah stabil terhadap dolar AS menyusul pelaku pasar merespons positif kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Mengutip Antara, Kamis (25/4/2024), pada awal perdagangan Kamis pagi, rupiah dibuka merosot 60 poin atau 0,37 persen menjadi Rp 16.215 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.155 per dolar AS. Berdasarkan data RTI, posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.208.

Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menuturkan, Rupiah  akan cenderung bergerak stabil di kisaran Rp16.105-Rp16.175.

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen.

Hal itu dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan mencegah pertumbuhan ekonomi dari dampak rambatan risiko global.

 


Respons Positif

BI juga meningkatkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen.

"Pasar merespons positif langkah forward looking Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga untuk mengantisipasi pelemahan rupah lebih lanjut," ujar Rully kepada Antara.

Sementara dari global, pasar masih menunggu rilis data inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) inti Amerika Serikat (AS). Ia prediksi inflasi PCE inti AS akan berada di sekitar 2,8 persen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya