Anak Muda Lampung Terima Rp 200 Juta dari Jepang Berkat Promosikan Sanitasi

Penghargaan senilai 2 juta Yen atau setara Rp 200 juta ini diberikan dalam acara Closing Ceremony World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 25 Mei 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2024, 08:30 WIB
Koordinator Youth Sanitation Concern Iffah Rachmi menerima penghargaan Kyoto World Water Grand Prize 2024. (Foto: Istimewa)
Koordinator Youth Sanitation Concern Iffah Rachmi menerima penghargaan Kyoto World Water Grand Prize 2024. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Koordinator Youth Sanitation Concern Iffah Rachmi menerima penghargaan Kyoto World Water Grand Prize 2024 yang diselenggarakan oleh Japan Water Forum, bekerja sama dengan Kota Kyoto dan Dewan Air Dunia. 

Penghargaan senilai 2 juta Yen atau setara Rp 200 juta ini diberikan dalam acara Closing Ceremony World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Jumat, 24 Mei 2024.

Iffah mendirikan Youth Sanitation Concern (YSC) di Lampung sejak 2018. Secara aktif mempromosikan isu-isu sanitasi, cuci tangan pakai sabun, dan pemeliharaan fasilitas sanitasi. YSC menghadirkan sanitasi dengan cara yang kreatif untuk menarik perhatian masyarakat, khususnya generasi muda. 

"Inisiatif ini menjadi langkah awal bagi kami untuk terus berupaya sehingga sanitasi air menjadi arus utama dalam kehidupan masyarakat," kata Iffah ketika menerima penghargaan, dikutip Sabtu (25/5/2024).

Kyoto World Water Grand Prize merupakan penghargaan kepada organisasi-organisasi akar rumput yang memberikan kontribusi signifikan dalam memecahkan masalah air di negara-negara berkembang. Lembaga ini memberikan hadiah sebesar 2 juta Yen.

"Penghargaan ini menjadi sebuah kebanggaan sekaligus menjadi bukti bahwa generasi muda dapat berkontribusi untuk mengubah kebiasaan di masyarakat. Kita harus lebih percaya dan memberikan kepercayaan kepada generasi muda," tutur Iffah.

Acara Closing Ceremony menandai berakhirnya World Water Forum ke-10 di Nusa Dua Bali. Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10 menyerahkan tonggak penyelenggaraan World Water Forum ke-11  kepada Arab Saudi.

World Water Forum ke-10 merupakan rangkaian acara yang telah dimulai sejak dua tahun lalu, dimulai dari Acara National Stakeholder Forum sampai dengan Puncak Acara World Water Forum ke-10 yang dilaksanakan di Bali, 18-25 Mei 2024. 

Acara Puncak di Bali dihadiri oleh 19.686 peserta dari 160 negara. Pengunjung Expo and Fair pada 20--24 Mei 2024 sebanyak 23.718. termasuk peserta. Total kehadiran peserta dan visitor selama lima hari pada 20--24 Mei 2024, yakni sekitar 64 ribu orang. Selanjutnya, World Water Forum ke-11 akan digelar di Arab Saudi  pada 2027. 

 

World Water Forum Bali Hasilkan 113 Kesepakatan, Menteri Basuki: Jangan Cuma Rumusan Saja Tapi Harus Ada Aksi Nyata

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono saat penutupan World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center, Jumat (24/5/2024). (Maul/Liputan6.com)
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono saat penutupan World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center, Jumat (24/5/2024). (Maul/Liputan6.com)

Sebelumnya, World Water Forum ke-10 Bali sukses menghasilkan Compendium of Concrete Deliverables and Actions berupa 113 proyek kesepakatan proyek dan sanitasi senilai USD 9,4 miliar.

Namun begitu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono melihat masih tiga beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terkait pengelolaan air.

"Kerja kita di sini belum selesai. Banyak hal masih perlu ditingkatkan. Saya akan garisbawahi beberapa hal penting yang harus diperhatikan di masa depan," ujar Basuki saat penutupan World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center, Jumat (24/5/2024).

Pertama, ia mementingkan agar rumusan itu dilanjutkan lewat aksi nyata. Menurutnya, berbagai komitmen dalam forum harus dilanjutkan melalui aksi nyata dengan rasa kepemilikan yang kuat.

"Dengan catatan, compendium diluncirkan dalam ministerial meeting harus direalidasikan demi memberikan manfaat bagi masyarakat," tegas Basuki.

Masukan kedua, ia melanjutkan, meningkatkan sinergi antar pemangku kepentingan. Pasalnya, tantangan air dan sanitasi ke depan semakin terikat dengan perubahan iklim. "Ini penting untuk mengembangkan pendekatan holistik dan lintas sektoral," imbuhnya.

Ketiga, berkontribusi sesuai dengan kemampuan masing-masing negara. "Dalam agenda air dunia, tiap negara harus turut serta memberikan solusi lewat kolaborasi, bukan kompetisi," tekan Basuki.

 

Presiden WWC: Penyelesaian Isu Air Harus Diiringi Solusi untuk Krisis Pangan

Tantangan Pengelolaan Air Secara Global dalam Kick off Meeting 10th WWF
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (keenam kiri), Presiden World Water Council Loic Fauchon beserta peserta dari Dewan Gubernur World Water Council foto bersama usai pembukaan Kick off Meeting 10th World Water Forum di Jakarta, Rabu (15/2/2023). (Liputan6.com/HO)

Sebelumnya, dalam mencari solusi untuk masalah terkait air dan sanitasi, upaya menemukan penyelesaian terkait solusi pangan juga harus dijalankan bersamaan. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden World Water Council (WWC) Loic Fauchon pada High Level Panel World Water Forum ke-10 yang berlangsung di Bali, 18-25 Mei 2024.

"Solusi untuk air harus dilihat bersamaan dengan solusi, seperti yang saya katakan, energi, pangan, kesehatan dan pendidikan," kata Loic dalam dalam forum Climate-Water-Energy-Food-Ecology System of System, World Water Forum 2024 di Bali International Convention Center (BICC), Kamis (24/5/2024).

 Fauchon menyebut bahwa air tidak hanya melingkupi atu sektor saja, melainkan menjadi penghubng. Maka dari itu, ia menilai bahwa koordinasi dengan sektor terkait penting untuk dilakukan.

Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa air merupakan alat politik. Maka dari itu, sistem tata kelolanya harus dipastikan berjalan baik secara adil dan berkelanjutan, terlebih mengingat peningkatan persaingan permintaan antar sektor.

"Jadi, hanya tindakan kolektif yang akan membantu menghilangkan kesenjangan akses terhadap air, baik di perkotaan maupun di pedesaan, serta memastikan bahwa kelompok yang terpinggirkan dan rentan memiliki akses terhadap sumber daya penting ini," lanjut dia.

 

Pentingnya Koordinasi Antar Sektor

Loic juga menekankan soal pentingnya koordinasi oleh para pemangku kebijakan antar sector, mulai dari pemerintah hingga masyarakat sipil.

"Saya ingin menekankan perlunya berdiskusi dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan dari semua sektor, semua sektor seperti pemerintah, operator swasta dan publik, serta masyarakat sipil," katanya. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya