Uang Beredar Tembus Rp 9.026 Triliun di Juni 2024

Bank Indonesia mencatat Uang Beredar (M2) tumbuh lebih tinggi pada Juni 2024. Posisi M2 pada Juni 2024 tercatat sebesar Rp9.026,2 triliun, atau tumbuh sebesar 7,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,6% (yoy).

oleh Tira Santia diperbarui 22 Jul 2024, 16:20 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 16:20 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia mencatat Uang Beredar (M2) tumbuh lebih tinggi pada Juni 2024. Posisi M2 pada Juni 2024 tercatat sebesar Rp9.026,2 triliun, atau tumbuh sebesar 7,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,6% (yoy).

“Perkembangan M2 terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,0% (yoy) dan uang kuasi sebesar 7,7% (yoy),” kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Senin (22/7/2024).

Erwin menyebut, komponen M1 dengan pangsa 55,5% dari M2, pada Juni 2024 sebesar Rp5.008,5 triliun atau tumbuh sebesar 7,0% (yoy), setelah tumbuh 6,3% (yoy) pada bulan sebelumnya.

"Perkembangan M1 disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan pada seluruh komponennya, terutama giro rupiah dan uang kartal di luar bank umum dan BPR," ujarnya.

Sementara, uang kartal yang beredar di masyarakat pada Juni 2024 sebesar Rp958,6 triliun, atau tumbuh 9,0% (yoy), setelah tumbuh 8,7% (yoy) pada Mei 2024.

Lalu untuk Giro rupiah tercatat Rp 1.733,8 triliun, atau tumbuh sebesar 9,3% (yoy), setelah tumbuh sebesar 8,1% (yoy) pada bulan sebelumnya. Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 46,2% terhadap M1, tercatat Rp2.316,0 triliun pada Juni 2024, atau tumbuh 4,5% (yoy), setelah tumbuh sebesar 4,1% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Lebih lanjut, pada Juni 2024, uang kuasi dengan pangsa 43,7% dari M2, tercatat sebesar Rp3.948,1 triliun atau tumbuh 7,7% (yoy), setelah tumbuh 8,8% (yoy) pada Mei 2024.

"Perkembangan uang kuasi dikontribusikan oleh giro valas (16,0%, yoy), simpanan berjangka (6,4%, yoy), dan tabungan lainnya (1,2%, yoy)," ujarnya.

 

Surat Berharga

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, surat berharga selain saham tercatat sebesar Rp69,7 triliun didorong oleh kepemilikan swasta domestik terhadap surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Adapun berdasarkan faktor yang memengaruhinya, perkembangan M2 pada Juni 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.

Penyaluran kredit pada Juni 2024 tumbuh sebesar 11,5% (yoy), relatif stabil dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,4%, yoy.

Aktiva luar negeri bersih pada Juni 2024 tumbuh sebesar 3,1% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan Mei 2024 sebesar 0,6% (yoy). Sementara itu, tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat tumbuh sebesar 14,0% yoy pada Juni 2024, setelah tumbuh sebesar 22,7% yoy pada Mei 2024.

Rupiah Tertekan Sentimen dari China, Ini Prediksi ke Depannya

Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022
Ilustrasi Rupiah kertas pecahan Rp 100.000. (Sumber foto: Pexels.com).

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan di awal pekan ini. Gerak rupiah ini masih berkonsolidasi seiring keputusan bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman.

Pada Senin (22/7/2024), nilai tukar rupiah dibuka turun 44 poin atau 0,27 persen menjadi 16.235 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.191 per dolar AS.

"Melihat pergerakan rupiah versus dolar AS yang masih konsolidasi, rupiah kelihatannya masih akan sulit menguat terhadap dolar AS pekan ini kecuali data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini menunjukkan penurunan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Ariston menuturkan keputusan bank sentral China untuk memangkas suku bunga pinjamannya sebesar 10 basis poin, bisa memberikan sentimen positif untuk aset berisiko termasuk rupiah hari ini.

China berusaha mendorong kembali pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan belanja masyarakatnya dengan memangkas biaya kredit. Hal itu bisa berimbas positif ke perekonomian negara-negara di kawasan.

Di sisi lain, berita pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan Presiden Amerika Serikat (AS) bisa mendorong penguatan dolar AS lagi, karena peluang kemenangan Trump makin besar. Kebijakan Trump yang pro AS akan mendorong penguatan dolar AS ke depannya.

Ariston mengatakan potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah 16.220 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar 16.150 per dolar AS.

 

BI Ramal Rupiah Terus Menguat, Ini Alasannya

Hari Ini Rupiah Kembali Melemah Tembus Rp16.413 per Dolar AS
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali menguat dalam beberapa waktu ke depan. Penguatan rupiah ini didukung oleh rendahnya inflasi dan ekonomi yang kuat.

Seperti diketahui, posisi rupiah saat ini berada di kisaran 16.100 per dolar Amerika Serikat (USD).

"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah yang kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam pengumuman Hasil RDG Juli 2024, disiarkan Rabu (17/7/2024).

Perry membeberkan, nilai tukar rupiah hingga 16 Juli 2024 menguat 1,21% dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024.

Ia menyebut, penguatan ini dipengaruhi oleh komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat.

"Nilai tukar Rupiah melemah 4,84% (ytd) dari level akhir Desember 2023, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea masing-masing sebesar 5,14%, 5,44%, dan 7,03%," kata Perry.

 

Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS
Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya