Panen Raya Selesai, Beras Alami Inflasi 0,94% diJuli 2024

Produksi beras mengalami peningkatan pada Maret 2024 menjadi sebanyak 3,38 juta ton. Kemudian mencapai puncaknya pada April 2024 sebanyak 5,31 juta ton.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 01 Agu 2024, 14:15 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2024, 14:15 WIB
harga beras di tingkat penggilingan
Beras mengalami deflasi pada April-Mei 2024. Baru kali ini beras kembali mengalami inflasi. Deflasi terjadi karena panen raya beberapa wilayah sudah selesai. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada inflasi pada komoditas beras di Juli 2024 ini. Angka inflasi beras mencapai 0,94 persen. Sedangkan secara keseluruhan, BPS mencatat adanya deflasi secara bulanan dari Juni 2024 ke Juli 2024 sebesar 0,18 persen.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, beras mengalami deflasi pada April-Mei 2024. Baru kali ini beras kembali mengalami inflasi.

"Setelah mengalami deflasi yang cukup dalam pada bulan April dan Mei 2024 komoditas beras perlahan mengalami inflasi pada 2 bulan terakhir," ungkap Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Menurutnya ini sejalan dengan berkurangnya produksi beras setelah melalui panen raya beberapa waktu lalu.

"Hal ini juga sejalan dengan jumlah produksi beras yang berkurang setelah masa puncak raya panen padi," ucapnya.

Tercatat, produksi beras mengalami peningkatan pada Maret 2024 menjadi sebanyak 3,38 juta ton. Kemudian mencapai puncaknya pada April 2024 sebanyak 5,31 juta ton. Serta, turun ke 2,18 juta ton di Juli 2024.

 

 

"Tingkat inflasi beras pada Juli 2024 tercatat sebesar 0,94 persen andil inflasi beras terhadap keseluruhan inflasi adalah 0,04 persen," kata dia.

 

Amalia mengatakan inflasi beras terjadi di 25 provinsi di Indonedia. 12 provinsi lainnya mengalami deflasi dam 1 provinsi terpantau stabil.

Dalam catatannya, inflasi beras tertinggi di Provinsi Lampung sebesar 2,99 persen. Sementara itu, deflasi terdalam di provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

"Pada Juli 2024 inflasi beras terjadi pada 25 provinsi, ini menunjukkan bahwa inflasi beras tidaktrrbatas terhadi pada satu wilayah tetapi juga terjadi pada berbagai wilayah Indinesia," paparnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BPS: Indonesia Deflasi 0,18 Persen di Juli 2024

September 2018, BPS Catat Deflasi 0,18 Persen
Pedagang telur melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (1/10). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan September 2018 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi secara bulanan dari Juni 2024 ke Juli 2024. Besaran deflasi tercatat sebesar 0,18 persen di Juli 2024.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan deflasi ini diakibatkan oleh penurunan indeks harga konsumen dari bulan sebelumnya.

 "Pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024," kata Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Dia juga mencatat, angka deflasi ini lebih dalam ketimbang deflasi pada Mei dan Juni 2024 lalu. Ini menjadikan deflasi ketiga selama 2024 ini.

"Deflasi bulan Juli 2024 ini lebih dalam dibandingkan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024," ungkapnya.

Sementara itu, jika dilihat secara tahunan, Juli 2024 ini mengalami inflasi 2,13 persen dari Juli 2023 lalu.

"Sementara itu secaya year on year terjadi inflasi 2,13 persen dan secara tahun kalender year to date terjadi inflasi sebesar 0,89 persen," paparnya.


Kelompok Pengeluaran Penyumbang Deflasi

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
BPS merilis dari kelompok pengeluaran, bagan makanan mengalami deflasi sebesar 0,07% dengan andil dalam inflasi September 2016 sebesar -0,01%, Jakarta, Senin (3/10). Harga beras dan telur ayam terkoreksi turun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,97 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,28 persen.

Namun, dicatatkan juga ada komoditas yang memberikan andil inflasi secara bulanan. Antara lain cabai rawit dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen.

"Emas perhiasan, kopi bubuk, kentang, sigaret kretek mesin dan sigaret krekek tangan dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen. Catatan lainnya adalah kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,04 persen atau mengalami inflasi sebesar 0,69 persen," sambung Amalia.

  

Infografis 20 Negara Ekonomi Terbesar Dunia 2023 Versi IMF. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 20 Negara Ekonomi Terbesar Dunia 2023 Versi IMF. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya