Ampuh Tekan Konsumsi Batu Bara, Program Cofiring Bikin Ekonomi Lokal Bergeliat

PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) turut meningkatkan gairah perekonomian lokal atas pemanfaatan biomassa untuk mengurangi penggunaan batu bara.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Agu 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 20:30 WIB
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Liputan6.com, Jakarta PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) turut meningkatkan gairah perekonomian lokal atas pemanfaatan biomassa untuk mengurangi penggunaan batu bara, hal ini sebagai pelaksanaan program cofiring dalam rangka mengurangi emisi karbon guna mendukung transisi energi bersih.

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara mengatakan, program cofiring biomassa penting dalam mendukung keberlanjutan energi dan ekonomi Indonesia. Dengan memanfaatkan biomassa lokal, PLN EPU tidak hanya mampu menurunkan emisi karbon hingga 11 juta ton CO2 per tahun, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui penyediaan bahan bakar biomassa.

"Program co-firing yang kami terapkan di PLN merupakan bagian dari transformasi menuju energi yang lebih hijau dan ramah lingkungan," kata Iwan, Selasa (27/8/2024).

Iwan mengungkapkan, program cofiring PLN EPI melibatkan penggunaan biomassa dari berbagai sumber, termasuk limbah pertanian dan perkebunan seperti sekam padi, bonggol jagung, serbuk gergaji, serta cangkang sawit dan bukan berasal dari deforestasi. Biomassa ini digunakan sebagai bahan bakar tambahan yang disubstitusi dengan batubara dalam pembakaran PLTU.

Hingga akhir tahun 2023, sebanyak 46 dari 52 PLTU yang dikelola oleh PLN Grup telah berhasil mengimplementasikan program ini.

Menurut Iwan, Implementasi cofiring ini memberikan dampak nyata bagi ekonomi lokal. Melalui kemitraan dengan petani dan industri kecil, PLN EPI telah menciptakan ekosistem yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat setempat.

"Kami melibatkan lebih dari 1,25 juta masyarakat dalam rantai pasok biomassa yang mencakup pengumpulan limbah, produksi, hingga distribusi rantai pasok, serta penanaman dan pengembangan ekosistem biomassa di 52 PLTU yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air dan sirkular ekonomi ini memiliki skala ekonomi Rp 9,43 triliun," kata Iwan Agung.

 

Cofiring Biomassa

Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.
Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.

Iwan Agung juga menyampaikan bahwa PLN EPI akan terus memperluas program cofiring biomassa dengan target pemanfaatan hingga 10,2 juta ton biomassa per tahun pada 2031. Hal ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.

Lebih lanjut, Iwan Agung menyampaikan pada tahun 2021 PLN EPI sudah melakukan subtitusi batu bara dengan biomassa sebanyak 250 ribu ton, meningkat menjadi 500 ribu ton pada 2022, selanjutnya naik kembali menjadi 1 juta ton pada tahun 2023. "Dan pada tahun ini kita mempunyai target 2 juta ton lebih untuk pembakaran biomassa," kata dia.

"Kami optimis bahwa dengan kolaborasi dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, PLN EPI dapat terus berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Indonesia, khususnya dalam aspek lingkungan dan ekonomi," tambahnya.

Dengan penerapan cofiring ini, PLN EPI tidak hanya memperkuat posisinya sebagai penyedia energi primer, tetapi juga sebagai penggerak utama dalam upaya transformasi energi nasional yang berkelanjutan.

Pertamina Ajak AS Kembangkan Energi Terbarukan di Indonesia

Pertamina New and Renewable Energy menjajaki peluang kerja sama dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Serikat yang berlangsung di The Mayflower Hotel, Washington DC, Amerika Serikat (AS). (Dok Pertamina)
Pertamina New and Renewable Energy menjajaki peluang kerja sama dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Serikat yang berlangsung di The Mayflower Hotel, Washington DC, Amerika Serikat (AS). (Dok Pertamina)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) melalui subholding Pertamina New and Renewable Energy sedang mengeksplorasi peluang kerja sama strategis dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Serikat. Forum ini diadakan di The Mayflower Hotel, Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada Senin, 26 Agustus 2024.

Forum bisnis ini diselenggarakan untuk memperingati 75 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan AS.

Acara penting ini dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Under Secretary of Commerce for International Trade Amerika Serikat Marisa Lago, serta berbagai perwakilan pemerintah dari Indonesia dan Amerika Serikat, bersama dengan pelaku usaha dari kedua negara.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan, sebagai perusahaan milik negara (BUMN), Pertamina aktif berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amerika Serikat. Menurut Fadjar, forum ini berperan penting dalam membuka peluang dan mendorong Pertamina untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia.

“Pertamina menggunakan momen penting ini untuk menyampaikan kebijakan keberlanjutan perusahaan serta membuka peluang investasi dan kerja sama dengan mitra global, khususnya di sektor pengembangan energi baru terbarukan,” kata Fadjar dalam keterangan tertulis, Selasa (27/8/2024).

Ia juga menambahkan bahwa kebijakan keberlanjutan Pertamina sangat terbuka untuk dijalankan melalui kerja sama yang kuat, baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Indonesia memiliki potensi sumber daya energi bersih yang besar sehingga mampu menarik minat investor internasional. Pertamina terus berupaya meyakinkan dunia internasional untuk mendukung program transisi energi demi mempercepat pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060,” tambah Fadjar.

 

Target Pengurangan Emisi

Pertamina New and Renewable Energy menjajaki peluang kerja sama dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Serikat yang berlangsung di The Mayflower Hotel, Washington DC, Amerika Serikat (AS). (Dok Pertamina)
Pertamina New and Renewable Energy menjajaki peluang kerja sama dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Serikat yang berlangsung di The Mayflower Hotel, Washington DC, Amerika Serikat (AS). (Dok Pertamina)

CEO Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), John Anis, yang juga menjadi panelis dalam forum tersebut, menjelaskan bahwa PNRE memiliki mandat untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai target penurunan emisi.

Selain itu, PNRE bertujuan untuk menyiapkan bisnis masa depan bagi Pertamina dan memiliki aspirasi untuk menjadi pemimpin dalam membangun ekosistem NZE di Indonesia.

“PNRE telah mengalokasikan belanja modal (Capex) yang besar untuk pengembangan energi baru terbarukan. Hingga tahun 2029, Capex PNRE diproyeksikan mencapai USD 6,2 miliar,” ungkap John Anis.

Ia melanjutkan bahwa 63 persen dari Capex tersebut dialokasikan untuk pengembangan tenaga surya, angin, dan panas bumi. Sisanya, 18 persen digunakan untuk pengembangan solusi rendah karbon, termasuk dekarbonisasi, sementara 11 persen dialokasikan untuk biomassa dan bioetanol, dan 6 persen untuk pengembangan bisnis masa depan.

“PNRE berkomitmen untuk mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu, kami membuka peluang kerja sama dengan mitra domestik maupun internasional, termasuk dari Amerika Serikat,” jelas John Anis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya