Jared Isaacman Pimpin Misi Pecahkan Rekor Spacewalk Swasta Pertama di Dunia, Berhasil?

Miliarder Jared Isaacman memimpin misi bersejarah Polaris Dawn dengan SpaceX, yang bertujuan untuk melakukan spacewalk swasta pertama di dunia.

oleh Elyza Binta Chabibillah diperbarui 16 Sep 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2024, 21:00 WIB
Jared Isaacman, Hayley Arceneaux, Sian Proctor, Chris Sembroski anggota Inspiration4 (Netflix/John Kraus)
Jared Isaacman, Hayley Arceneaux, Sian Proctor, Chris Sembroski anggota Inspiration4 (Netflix/John Kraus)

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Jared Isaacman telah meluncur menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dalam misi yang diharapkan menjadi kegiatan luar kendaraan di luar angkasa (Extravehicular activity) atau biasa disebut spacewalk pertama yang didanai secara pribadi.

Misi jalan-jalan ke luar angkasa ini bernama Polaris Dawn, merupakan yang pertama dari tiga misi yang didanai oleh pendiri perusahaan pemrosesan pembayaran Shift4 ini.

Jared Isaacman berperan sebagai komandan dalam misi ini, bersama sahabatnya Scott 'Kidd' Poteet, seorang pensiunan pilot Angkatan Udara, dan dua insinyur SpaceX, Anna Menon serta Sarah Gillis.

Pesawat luar angkasa mereka, Resilience, mengorbit hingga ketinggian 1.400 km (870 mil) di atas Bumi. Tidak ada manusia yang pernah mencapai jarak sejauh itu sejak program Apollo NASA berakhir pada 1970-an.

Para astronot akan melewati wilayah ruang angkasa yang dikenal sebagai sabuk Van Allen, yang memiliki tingkat radiasi tinggi. Namun, mereka akan dilindungi oleh pesawat luar angkasa serta baju antariksa yang telah diperbarui.

Beberapa lintasan di sabuk tersebut akan memberi mereka paparan radiasi setara dengan tiga bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang masih dalam batas aman. Misi ini juga bertujuan mempelajari efek paparan radiasi singkat namun aman terhadap tubuh manusia.

Pada hari kedua di luar angkasa, para kru mencapai ketinggian maksimum mereka dan melakukan hingga 40 eksperimen, termasuk komunikasi laser antar satelit antara pesawat Dragon dan konstelasi satelit Starlink milik SpaceX.

Jika semua berjalan sesuai rencana, pada hari ketiga, Jared Isaacman dan Sarah Gillis akan melakukan spacewalk swasta pertama yang dijadwalkan berlangsung selama dua jam pada ketinggian 700 km di orbit.

Mereka akan menguji baju antariksa extravehicular activity (EVA), yang telah ditingkatkan dari baju intravehicular activity (IVA) untuk bekerja di luar pesawat luar angkasa.

Baju EVA dilengkapi dengan tampilan heads-up di helmnya, yang memberikan informasi tentang baju antariksa selama digunakan. Baju EVA ini diklaim cukup nyaman dan fleksibel untuk digunakan selama peluncuran dan pendaratan, sehingga menghilangkan kebutuhan baju IVA terpisah.

SpaceX Rancang Baju EVA untuk Menjadi Spesies Antarplanet

SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). Perusahaan penerbangan luar angkasa SpaceX meluncurkan 60 satelit Starlink ke orbit rendah Bumi. (Malcolm Denemark/Florida Today via AP)

Dalam wawancara selama pelatihannya, Sarah Gillis menyatakan bahwa uji spacewalk ini merupakan bagian penting dari rencana SpaceX untuk mengirim manusia ke planet lain.

"Hingga saat ini, hanya negara yang bisa melakukan spacewalk. SpaceX memiliki ambisi besar untuk mencapai Mars dan membuat kehidupan di berbagai planet menjadi kenyataan. Untuk sampai ke sana, kita perlu memulai dari suatu tempat. Langkah pertama adalah menguji iterasi pertama dari baju EVA agar spacewalk dan desain baju di masa depan bisa semakin baik," ungkapnya.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Isaacman, yang mengatakan bahwa SpaceX memahami pentingnya kemampuan EVA jika mereka ingin mewujudkan impian jangka panjang mereka untuk menjadikan manusia sebagai spesies antarplanet.

Misi ini juga bertujuan membuat baju antariksa lebih fleksibel untuk berbagai ukuran dan bentuk tubuh astronot komersial, guna mengurangi biaya dan memudahkan penerbangan antariksa manusia menjadi lebih umum.

Risiko Misi

SpaceX Falcon 9 Kirim Awak Baru ke Stasiun Luar Angkasa Internasional
Anggota Crew-8 itu akan bergabung dengan tujuh orang yang sudah berada di ISS. (CHANDAN KHANNA/AFP)

Meski memiliki banyak "perdana" untuk dicapai, para kru merupakan pendatang baru dalam dunia penerbangan luar angkasa. Jared Isaacman hanya pernah ke luar angkasa satu kali sebelumnya, sementara tiga kru lainnya belum pernah terbang ke luar angkasa.

“Terasa bahwa ada banyak risiko dalam misi ini,” menurut Dr Adam Baker, spesialis propulsi roket di Universitas Cranfield.

"Mereka telah menetapkan banyak tujuan ambisius dan memiliki pengalaman terbatas dalam penerbangan luar angkasa,” tambahnya. "Namun, sebagai langkah antisipasi, mereka telah menghabiskan ribuan jam untuk simulasi misi. Jadi, mereka melakukan yang terbaik untuk mengurangi risiko."

Jika misi ini sukses, beberapa analis percaya bahwa ini bisa menjadi awal dari lonjakan misi-misi sektor swasta yang semakin besar dan lebih murah, membawa lebih banyak orang lebih jauh dari yang pernah dicapai oleh badan antariksa pemerintah.Namun, Dr Baker mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati.

"Rekor sejauh ini menunjukkan bahwa sektor swasta telah menghabiskan banyak uang, dengan banyak publikasi sporadis, tetapi tambahan astronot yang bepergian ke luar angkasa masih jauh di bawah 100 orang dibandingkan dengan sekitar 500 astronot yang didanai oleh pemerintah, dan banyak dari mereka hanya dalam misi singkat."

“Penerbangan luar angkasa itu sulit, mahal, dan berbahaya, jadi mengharapkan jumlah besar dari orang kaya, apalagi orang biasa, untuk terbang ke luar angkasa dalam waktu dekat masih tampaknya tidak mungkin,” tambahnya.

Keterlibatan Miliarder dalam Eksplorasi Luar Angkasa

SpaceX Falcon 9 Kirim Awak Baru ke Stasiun Luar Angkasa Internasional
NASA dan badan antariksa Rusia, Roscosmos, bersama-sama mengoperasikan ISS. Mereka telah menyiapkan program pertukaran astronaut dan masing-masing secara bergiliran mengangkut anggota awak dari negara lain. (CHANDAN KHANNA/AFP)

Beberapa pihak merasa tidak nyaman dengan ide miliarder membayar diri mereka sendiri untuk pergi ke luar angkasa, terutama ketika orang yang membiayai misi ini juga menjadi komandannya. Namun, menurut Dr Simeon Barber, seorang ilmuwan antariksa dari Open University yang mengembangkan instrumen ilmiah untuk pesawat luar angkasa (sebagian besar untuk proyek yang didanai pemerintah), ini tidak bisa dianggap sebagai proyek egois semata.

"Isaacman sebenarnya adalah astronot paling berpengalaman dalam kru – dia adalah satu-satunya yang pernah ke luar angkasa sebelumnya, dalam misi yang juga didanai sendiri bersama SpaceX, di mana dia juga menjabat sebagai Komandan. Dalam konteks misi ini, dia adalah pilihan alami," katanya kepada BBC News.

"Lebih jauh lagi, hasil dari penjualan tiket luar biasa ini tetap akan berada di Bumi – uang tersebut akan digunakan untuk membeli bahan dan layanan, membayar gaji, dan pada gilirannya menghasilkan pajak. Belum lagi dana amal yang akan dikumpulkan dari misi ini."

Menurutnya, banyak pihak di sektor antariksa percaya bahwa keterlibatan individu kaya sebenarnya adalah hal yang baik.

"Jika mereka ingin menjelajah di luar planet, dan suatu hari ke Bulan atau bahkan Mars, maka itu akan menciptakan peluang untuk melakukan sains di sepanjang jalan. Dan semakin beragam alasan untuk menjelajahi luar angkasa, semakin tangguh program tersebut," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya