Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) tak ingin meninggalkan legasi bumi yang rusak kepada anak cucu.
Dikutip dari video publikasi Jumat (13/9/2024), PT IMIP berpegang teguh kepada pepatah bahwa kita yang hidup di bumi saat ini tidak mewarisi kelestarian lingkungan melainkan meminjamnya dari generasi yang akan datang.
Baca Juga
Untuk itu, Indonesia Morowali Industrial Park telah dan terus mengembangkan kawasan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu bentuknya adalah dengan menghadirkan ruang terbuka hijau seluas 508,61 hektare di dalam kawasan.
Advertisement
Di kawasan terbuka hijau ini telah tumbuh subur 14.800 tanaman yang bervariasi dari berbagai jenis seperti Sengilu, Kolaka, Makademia, Damar, Kayu Hitam hingga Lara.
Sedangkan di luar kawasan, PT IMIP telah melakukan berbagai penghijauan. Hingga saat ini telah ditanam kurang lebih 7.000 pohon pelindung yang tersebar di Desa Labota, Desa Makarti dan Desa lele.
Tak hanya itu, PT IMIP juga aktif dalam menjaga ekosistem pesisir. Telah ditanam 35.417 bibit mangrove di pesisir desa Fatufia, Padabaho dan Bete-bete. Tingkat kelangsungan hidup dari bibit yang ditanam tersebut mencapai 70%.
Mangrove yang ditanam ini diharapkan bisa melindungi pantai atau setidaknya mengurangi pengikisan pantai dan mengurangi risiko tercanpirnya air asin dengan air tawar di dalam tanah. Selain itu juga ekosistem yang akan menjadi habitat berbagai spesies.
Di luar itu, PT IMIP juga telah menciptakan kawasan konservasi ekosistem mangrove di Desa Padabaho yang dilengkapi dengan jalur traking mangrove untuk memberikan wisata edukasi untuk memberikan wawasan pentingnya menjaga keberlangsungan ekosistem pesisir.
PT IMIP menyadari bahwa langkah pelestarian ekosistem adalah tanggung jawab bersama.
PT IMIP Ajak Generasi Muda Peduli Sampah
Masih mengenakan seragam berwarna putih biru, Fakhri dan Kenzo memunguti gelas-gelas kemasan sisa minuman yang berserak acak di halaman sekolahnya. Di bawah sinar matahari sore, kedua siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bahodopi ini, penuh semangat mencari botol kemasan plastik hingga ke parit depan ruang kelas mereka.
Setelah terkumpul banyak, wadah plastik sisa minuman kemasan itu mereka masukkan dalam satu karung putih besar. Fakhri menceritakan, nantinya sampah botol dan gelas plastik wadah minuman diserahkan kepada guru mereka setiap hari Sabtu sebagai tambahan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia.
“Pengin dapat uang dan ditabung,” kata Fakhri, saat dijumpai di halaman belakang sekolahnya beberapa waktu lalu dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (21/3/2024).
Aktivitas yang dilakukan Fakhri dan Kenzo ini, merupakan bagian dari keterlibatan pihak sekolah di Kecamatan Bahodopi untuk memberantas sampah di wilayah itu. Timbulan sampah yang berserakan di jalan permukiman warga masih menjadi problem sosial di Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah.
Kondisi ini kemudian mencetuskan ide bagi Wayan Srianiawantini, seorang guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 4 Bahodopi. Perempuan kelahiran Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini membuat program pengumpulan sampah khususnya berbahan plastik dengan melibatkan para siswa didiknya.
“Para siswa yang terlibat dalam program pengumpulan sampah plastik ini akan mendapat tambahan nilai di rapornya nanti semacam ekstra kurikuler,” kata Wayan.
Wayan bercerita, ide awal membuat program ini adalah ketika pihaknya banyak terlibat diskusi dengan tim CSR PT IMIP terkait timbulan sampah di Kecamatan Bahodopi yang semakin banyak seiring terus bertambahnya warga pendatang di daerah itu. Dari diskusi itu, lalu tercetus ide bagaimana membangun kesadaran warga Bahodopi akan pentingnya menjaga dan mengendalikan sampah.
Didukung pimpinan di sekolah tempatnya mengajar serta sejumlah guru, Wayan lalu membuat program Gerakan Peduli Sampah Sejak Dini untuk membentuk kebiasaan baru masyarakat. Gerakan ini, menyasar para siswa didik di sekolahnya sebagai percontohannya.
Advertisement
Tak Cuma Teori Tapi Langsung Praktik
Dalam program itu, siswa kelas VII SMPN 4 Bahodopi diminta menerapkan pungut dan pilah sampah secara mandiri. Wayan mantap mewajibkan anak didiknya mulai menerapkan kebiasaan keterampilan memungut sampah plastik sebagai poin pembelajaran.
Bahkan, Wayan memasukkan aktivitas memungut dan memilah sampah sebagai poin penilaian keterampilan mengacu standar Kurikulum Merdeka. Dua di antaranya ialah “Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa” dan “Berakhlak mulia”.
Wayan menuturkan, selama ini siswa cenderung tak peduli. Kesadaran untuk memungut sampah dan membuang pada tempatnya masih rendah. Alih-alih membersihkan sampah yang berserakan di sekitar ruang kelasnya, mereka kerap membiarkan sampah hingga bertumpuk di sudut-sudut sekolah. Wayan pun merasa susah payah berulang kali mengingatkan murid-muridnya itu.
Lewat program edukasi dan sosialisasi dari tim CSR PT IMIP, pemahaman itu dapat tersampaikan kepada para siswa secara jelas dan menarik. Kegiatan edukasi ini difasilitasi oleh tim CSR PT IMIP bersama Pegiat Lingkungan Bahodopi, Gondrong Morowali, dan Solidaritas Anak Rantau Morowali.
Siswa tak hanya menerima penjelasan tentang bank sampah, tapi juga diajari dan praktik cara memungut serta memilah hingga penimbangan sampah. Wayan ingin mendorong bertumbuhnya kesadaran baru para siswa untuk aktif mengelola sampah.
“Dengan kegiatan ini kita berharap akan membentuk kebiasaan positif baru para siswa akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempatnya tumbuh dan beraktivitas,” kata Wayan.
Selain mendapat tambahan nilai eskul di raportnya nanti, para siswa yang terlibat dalam kegiatan pemilahan sampah tersebut, kata Wayan, juga akan mendapat bonus berupa uang dalam bentuk tabungan. Uang tersebut merupakan hasil penjualan sampah plastik yang dilakukan pihak sekolah.
Produk Bernilai Ekonomi
Untuk menjual sampah plastik hasil pilah yang dilakukan para siswa, pihak SMP Negeri 4 Bahodopi menggandeng Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Berlian Makmur yang memiliki program sekaligus pengelola Bank Sampah. KSM Berlian Makmur sendiri adalah wadah pemberdayaan warga Kecamatan Bahodopi dalam memilah dan mendaur ulang sampah.
Melalui konsep kerjasama inilah, bermacam sampah dapat dimaksimalkan potensi pemanfaatannya menjadi produk bernilai ekonomi melalui bank sampah. Dalam praktiknya, KSM Berlian Makmur berbagi ilmu tentang tata cara menerapkan bank sampah kepada para siswa SMPN 4 Bahodopi.
Ruslan, Ketua KSM Berlian Makmur, memandang penting menanamkan rasa peduli lingkungan terhadap sampah bagi anak sejak usia sekolah. Pihaknya bahkan berencana menyiapkan hadiah bagi setiap siswa yang berhasil mengumpulkan sampah terbanyak setiap minggunya.
“Hadiah berupa bantuan peralatan sekolah ini jangan dilihat dari kacamata negatif tapi ini merupakan sebuah upaya untuk mendorong tumbuhnya semangat mencintai lingkungan di diri setiap siswa,” kata Ruslan.
Advertisement