PLN Jamin Pasokan Biomassa untuk Cofiring PLTU Cukup

PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) memastikan ketersediaan biomassa sebagai bahan baku cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

oleh Septian Deny diperbarui 03 Okt 2024, 22:30 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2024, 22:30 WIB
Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.
Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) memastikan ketersediaan biomassa sebagai bahan baku cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Masyarakat pun dilibatkan dengan memanfaatkan lahan kritis untuk ditanami tanaman energi.

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menjelaskan bahwa pihaknya telah menargetkan pemanfaatan biomassa untuk co-firing sebesar 2,2 juta ton pada tahun 2024. Jumlah ini direncanakan akan meningkat menjadi 10,2 juta ton pada tahun 2025 guna memenuhi kebutuhan biomassa di 52 PLTU yang dimiliki oleh PLN.

"Biomassa yang selama ini digunakan oleh PLN EPI sebagian besar berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Karena kebutuhannya terus meningkat, kami melihat adanya peluang bagi masyarakat untuk memanfaatkan potensi ini guna mendongkrak pendapatan ekonomi lokal," kata Iwan, Kamis (3/10/2024).

Iwan Agung menambahkan, pengembangan biomassa tidak hanya penting untuk menyediakan energi bersih, tetapi juga berpotensi menciptakan efek ganda dalam menggerakkan ekonomi masyarakat melalui program Pertanian Terpadu yang memanfaatkan lahan kritis.

Tanaman Indigofera

"Kami akan mengembangkan tanaman Indigofera, atau dikenal juga sebagai Tarum, yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku biomassa. Dengan sistem tumpang sari, tanaman ini juga berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah," jelas Iwan.

Iwan menekankan bahwa melalui program ini, PLN berharap dapat membangun ekosistem biomassa yang berkelanjutan sekaligus mendukung upaya pengurangan emisi karbon.

Selain itu, program ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. "Batang dan ranting dari tanaman akan digunakan sebagai bahan baku biomassa, sementara daunnya dapat dimanfaatkan oleh peternakan lokal," tutup Iwan.

Pengembangan Ekosistem Biomassa di Tasikmalaya Berpotensi Hasilkan Rp 30 Miliar

PT PLN (Persero) melalui sub holding PT PLN Energi Primer Indonesia
PT PLN (Persero) melalui sub holding PT PLN Energi Primer Indonesia akan menyulap 1,7 juta hektare dari 14 juta hektare lahan kritis yang tersebar di seluruh tanah air menjadi lebih hijau dan produktif. Ini merupakan upaya pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu.

Sebelumnya, upaya PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia dalam mengembangkan ekosistem biomassa yang berbasis ekonomi kerakyatan. Program ini tidak hanya mendukung penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) tetapi juga meningkatkan pendapatan masyarakat, di antaranya di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, pengembangan biomassa ini merupakan wujud nyata kolaborasi dalam mengakselerasi transisi energi.

"Transisi energi merupakan tantangan sekaligus peluang bagi kita semua. Oleh karena itu, upaya ini membutuhkan lebih banyak pihak untuk bersatu melalui kolaborasi sehingga dapat diduplikasi secara nasional di wilayah-wilayah lainnya," kata Darmawan, Selasa (1/10/2024).

Dirinya merinci, melalui program di Tasikmalaya, pihaknya mampu memberdayakan lebih dari 400 masyarakat setempat dengan potensi nilai ekonomi sebesar Rp30 miliar per tahun.

"Ke depan, kami menargetkan program ini akan melibatkan 1,25 juta masyarakat di seluruh Tanah Air sehingga mampu mencapai nilai ekonomi hingga Rp9,5 triliun per tahun," tuturny.

Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Tasikmalaya, Yedi Rahmat optimistis program yang dilakukan PLN ini akan mendukung kemajuan wilayahnya khususnya dalam bidang pertanian yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat.

"Program ini merupakan dukungan yang luar biasa bagi daerah kami. Program hari ini merupakan langkah strategis dan menjadi momentum bagi Kabupaten Tasikmalaya dalam mengembangkan sumber daya lokal," kata Yedi.

Tidak hanya itu, dirinya menambahkan bahwa program ini juga turut menjaga kelestarian lingkungan karena mampu mengubah lahan yang sebelumnya kiritis menjadi lebih hijau dan produktif.

"Ini sejalan dengan upaya kami untuk terus mendorong ekonomi kerakyatan, meningkatkan kesejahteraan petani dan menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan biomassa yang berkelanjutan," tambah Yedi.

 

Tanaman Indigofera

PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Senada dengan hal tersebut, salah seorang anggota Gabungan Kelompok Tani Jaga Lembur Tani Makmur, Rismayadi (40) yang terlibat aktif dalam program ini menjelaskan dengan memanfaatkan tanaman indigofera, lahan yang sebelumnya tandus dan sulit ditanami kini menjadi subur karena tanaman tersebut mampu menyimpan air dengan baik.

Tak hanya itu, dari tanaman ini masyarakat dapat memanfaatkan daunnya sebagai pakan ternak dan rantingnya dapat dijual ke PLN sebagai bahan bakar co-firing biomassa.

"Dulu lahan di sini tandus dan gersang. Setelah ditanami indigofera, manfaatnya tanah jadi subur, daunnya bisa jadi pakan ternak kambing atau domba. Kalau rantingnya nanti digunakan buat tenaga pembangkit biomassa," terangnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya