Rupiah Terpuruk Lagi Hari Ini, Kenapa?

Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan Jumat dibuka melemah di tengah menguatnya pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

oleh Septian Deny diperbarui 25 Okt 2024, 10:41 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2024, 10:41 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan Jumat dibuka melemah. Rupiah amblas di tengah menguatnya pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

Pada awal perdagangan Jumat, kurs rupiah turun 31 poin atau 0,20 persen menjadi 15.615 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.584 per dolar AS.

“Data Klaim Pengangguran juga menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang kuat. Klaim Pengangguran Awal AS untuk pekan yang berakhir pada 18 Oktober 2024 secara tak terduga turun menjadi 227 ribu dari 242 ribu,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara, Jumat (25/10/2024).

Selain itu, data advanced untuk S&P Global US Manufacturing PMI naik menjadi 47,8 pada Oktober 2024, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebesar 47,5 dan melampaui periode sebelumnya sebesar 47,3. S&P Global US Services PMI juga secara mengejutkan naik menjadi 55,3 dari 55,2.

Josua menuturkan Beige Book meredakan kekhawatiran dari investor mengenai kemungkinan jeda pemotongan suku bunga kebijakan.

"Sentimen dari Beige Book juga melampaui sentimen dari beberapa indikator ekonomi AS, yang tercatat lebih kuat dari yang diperkirakan," tuturnya.​​​

Beige Book merupakan laporan reguler bank sentral AS tentang kondisi ekonomi terkini di 12 Distrik Federal Reserve, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk laporan penelitian dan wawancara dengan kontak bisnis.

Ia memprediksi kurs rupiah berada di kisaran 15.500 per USD sampai dengan 15.625 per USD pada perdagangan hari ini.

Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp19,20 triliun pada Kamis, lebih rendah dibandingkan volume perdagangan Rabu yang sebesar Rp24,84 triliun.

Rupiah Makin Lesu ke Level 15.600 per Dolar AS, Ada Apa?

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rupiah kembali melemah pada Rabu, 23 Oktober 2024. Rupiah ditutup melemah 59,5 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu sore, 23 Oktober 2024 setelah melemah 80 poin di level Rp15.626,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.567.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.15.610 - Rp.15.720," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (23/10/2024).

Pelemahan Rupiah terjadi ketika Amerika Serikat (AS) mencatat imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, arus masuk aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik, dan ekonomi AS yang relatif tangguh.

Namun, Ibrahim menuturkan, faktor-faktor ini diperkirakan segera berakhir, sehingga menghambat pergerakan dolar AS.

"Tanda-tanda ketahanan terkini dalam ekonomi AS memicu peningkatan taruhan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November, lebih kecil dari pemangkasan 50 bps yang terlihat pada bulan September. Pedagang juga terlihat memperkirakan suku bunga terminal yang lebih tinggi," bebernya.

Saat ini, para pedagang telah bersiap untuk melihat hasil pemilihan presiden di AS. Sejauh ini, calon presiden dari Partai Republik Donald Trump terlihat mengungguli calon dari Partai Demokrat Kamala Harris, menurut beberapa jajak pendapat terbaru dan pasar prediksi daring.

"Namun para analis masih melihat persaingan terlalu ketat untuk diprediksi, dengan sekitar dua minggu tersisa hingga pemungutan suara," ungkap Ibrahim.

 

Ketegangan Timur Tengah hingga Prediksi IMF

Adapun ketegangan di Timur Tengah, yang juga menjadi salah satu kekhawatiran lainnya. Selain itu, Ibrahim juga menyoroti laporan terbaru International Monetary Fund atau IMF yang memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sebesar 5,1% pada 2029. S

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 diperkirakan tetap 5,0% atau stagnan dari tahun lalu.

Dalam laporan tersebut, IMF memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan mencapai 5,0%. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap berada di tren 5%.

Namun, perkiraan terbaru IMF pada ekonomi Indonesia kali ini tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan. Untuk tahun 2025, misalnya, laju ekonomi diperkirakan hanya mencapai 5,1%.

"Bahkan, IMF memproyeksikan bahwa pada 2029 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap di 5,1%. Seperti diketahui, 2029 merupakan akhir masa jabatan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan wakil presidennya, Gibran Rakabuming Raka," Ibrahim menyoroti.

"Proyeksi IMF itu seolah menunjukkan bahwa ambisi Prabowo masih cenderung sulit tercapai. Adapun, indikator lainnya yang diproyeksikan oleh IMF adalah inflasi Indonesia akan stabil di 2,3% pada 2024. Lalu, neraca transaksi berjalan 2024 diperkirakan -1,0%, dan tingkat pengangguran pada 2024 sebesar 5,2%," paparnya.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

Pembukaan Rupiah

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menguat menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (23/10/2024).

Mengutip Antara, nilai tukar rupiah turun 38 poin atau 0,24 persen ke posisi 15.605 per dolar AS pada awal perdagangan Rabu pekan ini. Sebelumnya rupiah bergerak di posisi 15.567 per dolar AS.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan penguatan dan imbal hasil obligasi AS yang naik oleh menurunnya ekspektasi pada pemangkasan suku bunga oleh The Fed,” tutur analis mata uang Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu pekan ini.

Lukman mengatakan, imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke level 4,222 persen. Penguatan dolar AS didukung oleh pelemahan pada Euro oleh prospek pemangkasan suku bunga European Central Bank (ECB) yang lebih cepat setelah pernyataan Laggard mengenai inflasi di Eurozone yang turun lebih cepat dari harapan.

Selain itu, dolar AS juga masih didukung oleh situasi di Timur Tengah dan ketidakpastian menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.

Lukman prediksi Rupiah hari ini, Rabu, 23 Oktober 2024 bergerak di rentang 15.550 per dolar AS hingga 15.650 per dolar AS.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya