Ekonomi AS Tumbuh 2,8% di Kuartal III 2024

Belanja konsumen AS merupakan pendorong kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS). Belanja konsumen AS terus meningkat dari awal tahun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 01 Nov 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 14:00 WIB
Hiruk Pikuk Perjalanan Warga AS Sambut Libur Natal dan Tahun Baru
Wisatawan berjalan melalui Terminal 3 di Bandara Internasional O'Hare, Chicago, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Nam Y. Huh)

Liputan6.com, Jakarta - Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) merilis data mengenai perkembangan ekonomi AS. Ekonomi negara adi kuasa ini mengalami pertumbuhan sebesar 2,8% di Kuartal III 2024. Angka ini sedikit melambat dari 3% yang dicetak pada kuartal sebelumnya.

Angka yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS ini menunjukkan ekonomi negara itu berada di jalur yang tepat untuk salah satu kinerja terkuat dari semua negara ekonomi utama tahun ini.

Belanja konsumen AS merupakan pendorong kinerja ekonomi terbesar, meningkat dari awal tahun.

Laporan tersebut tiba beberapa hari sebelum pemungutan suara ditutup dalam pemilihan presiden AS yang sengit, di mana survei secara konsisten menunjukkan ekonomi menjadi perhatian utama warga Amerika.

Namun, tidak diketahui secara jelas apakah angka-angka terbaru akan banyak membantu meredakan kekhawatiran masyarakat.

Sentimen ekonomi, yang tiba-tiba suram selama pandemi, tetap suram, karena lonjakan inflasi sekitar 21% selama empat tahun terakhir membayangi berita ekonomi lainnya.

Bulan ini, 62% warga Amerika memandang kondisi ekonomi negara mereka and secara keseluruhan masih "buruk", menurut jajak pendapat oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research.

Optimisme Partai Republik

Samuel Tombs, kepala ekonom AS di Pantheon Macroeconomics, mengatakan ia berpikir peningkatan sentimen kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya optimisme di kalangan Partai Republik, karena mereka semakin yakin bahwa Trump dapat memenangkan pemilihan.

Namun Dana Peterson, kepala ekonom untuk The Conference Board, mengatakan ia berpikir hal itu mencerminkan semakin sadarnya realitas ekonomi.

"Data adalah data. Yang kami lihat adalah PDB kuartal ketiga kuat, pasar kerja sehat, dan inflasi melambat," katanya.

"Setelah beberapa tahun bergejolak, konsumen mengatakan kami pikir inflasi tidak sekuat sebelumnya, kami tidak berada di tempat kami sebelumnya... dan kami tidak terlalu khawatir,” bebernya.

Kamala Harris Janji Bakal Layani Warga AS Jika Terpilih Jadi Presiden

Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris.
Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. (Dok. AFP)

Sebelumnya, Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Kamala Harris menyatakan pada Rabu (30/10/2024) bahwa ia akan melayani seluruh warganya jika terpilih menjadi presiden.

"Ketika terpilih sebagai presiden, saya akan mewakili semua warga Amerika, termasuk mereka yang tidak memilih saya," katanya kepada wartawan sebelum menuju kampanye di North Carolina, salah satu dari tujuh negara bagian medan pertempuran yang akan menentukan hasil pemilu pada tanggal 5 November.

Rivalnya, Donald Trump, juga mengadakan kampanye di sana pada Rabu.

Di waktu-waktu terakhirnya melakukan kampanye, Harris menekankan kepada para pemilih bahwa ia akan menghormati kelompok-kelompok yang tidak setuju dengannya.

Hal ini diungkapkannya ketika Presiden AS Joe Biden justru membuat komentar anti-persatuan dengan menyebut para pendukung Trump sebagai "sampah".

"Satu-satunya sampah yang saya lihat beredar di luar sana adalah pendukungnya - dia (Trump) - penghujatannya terhadap orang Latin tidak dapat diterima," tutur Biden, seperti dilansir CNA, Kamis (31/10/2024).

Harris juga menggambarkan Trump sebagai ancaman bagi demokrasi. 

Dukungan bagi Trump dan Harris

Trump dan Harris
Kombinasi foto ini menunjukkan calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, dalam debat capres ABC News di National Constitution Center, Selasa, 10 September 2024, di Philadelphia. (AP Photo/Alex Brandon)

Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada hari Selasa menunjukkan Harris mengungguli Trump dengan 44 persen berbanding 43 persen di antara pemilih yang terdaftar secara nasional, dalam batas kesalahan.

Jajak pendapat lainnya menunjukkan margin yang ketat di tujuh negara bagian medan pertempuran pemilihan.

Kerusakan akibat badai bulan lalu telah membuat hasil North Carolina sangat sulit diprediksi.

Trump memenangkan North Carolina dengan selisih kurang dari 1,5 poin persentase pada tahun 2020. Kandidat Demokrat terakhir yang memenangkan negara bagian itu adalah Barack Obama pada tahun 2008.

Menurut rata-rata jajak pendapat oleh FiveThirtyEight, Trump saat ini hanya unggul satu poin persentase atas Harris di negara bagian itu.

Beda Pandangan

Trump dan Harris
Wakil Presiden AS dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris (kanan) berjabat tangan dengan mantan presiden AS dan kandidat dari Partai Republik Donald Trump pada awal debat mereka di Philadelphia, Pennsylvania pada 10 September 2024 (AFP/SAUL LOEB)

Trump dan sekutunya telah berusaha menggambarkan pemungutan suara oleh orang-orang yang bukan warga negara merupakan risiko potensial bagi pemilu. Meskipun, tinjauan pribadi dan negara telah berulang kali menunjukkan bahwa praktik ilegal itu sangat jarang terjadi.

Hasil pemilu pada 5 November nanti akan menentukan siapa yang akan memimpin negara terkaya dan terkuat di dunia.

Harris dan Trump berbeda pendapat tentang dukungan untuk Ukraina dan NATO, hak aborsi, pajak, prinsip-prinsip dasar demokrasi, dan tarif yang dapat memicu perang dagang.

  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya