Harga Minyak Mentah Diprediksi Masih Terus Merosot

Harga minyak mentah mengalami penurunan tajam pada perdagangan pekan terakhir Januari 2025 dengan minyak mentah berjangka AS (WTI) sempat turun ke level USD 72,62 per barel.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 03 Feb 2025, 07:30 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2025, 07:30 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini. Harga minyak mentah mengalami penurunan tajam pada perdagangan pekan terakhir Januari 2025 dengan minyak mentah berjangka AS (WTI) sempat turun ke level USD 72,62 per barel. (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah mengalami penurunan tajam pada perdagangan pekan terakhir Januari 2025 dengan minyak mentah berjangka AS (WTI) sempat turun ke level USD 72,62 per barel. 

Ini menjadi harga penyelesaian terendah sepanjang tahun ini, setelah data stok minyak mentah AS menunjukkan peningkatan lebih besar dari perkiraan, yang memberikan tekanan tambahan pada harga.

Berdasarkan analisis dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha tren bearish masih dominan pada WTI. Tekanan jual yang kuat dapat membawa harga minyak turun lebih dalam, dengan potensi mencapai level USD 71. 

“Namun, jika terjadi rebound, harga WTI diperkirakan dapat mengalami kenaikan hingga ke level USD 75 sebagai target terdekatnya,” kata Andy dalam keterangan resmi, dikutip Senin (2/2/2025).

Kenaikan Minyak Mentah AS

Andy menjelaskan faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga minyak adalah kenaikan stok minyak mentah di AS sebesar 3,46 juta barel minggu lalu. Peningkatan ini terjadi karena merosotnya aktivitas penyulingan untuk minggu ketiga berturut-turut, seperti yang dilaporkan oleh Badan Informasi Energi AS (EIA). 

Lonjakan stok ini menandakan berkurangnya permintaan minyak mentah, yang berkontribusi pada pelemahan harga. Selain itu, kebijakan ekonomi global juga menjadi faktor yang memicu volatilitas pasar minyak. 

Gedung Putih pada Selasa kembali menegaskan rencana Presiden Donald Trump untuk menerapkan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari. Langkah ini berpotensi meningkatkan ketidakpastian perdagangan dan memperlambat permintaan minyak global. 

Analis UBS, Giovanni Staunovo, memperingatkan perdagangan minyak jangka pendek akan tetap bergejolak karena investor mempertimbangkan dampak tarif tersebut, sanksi terhadap energi Rusia, serta kekhawatiran perlambatan ekonomi di negara-negara konsumen utama.

 

Kebijakan Moneter

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Dari sisi kebijakan moneter, Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan hari Rabu. Namun, The Fed tidak memberikan sinyal jelas mengenai kapan mereka akan mulai menurunkan biaya pinjaman. Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak ke depannya.

Para pelaku pasar juga menantikan pertemuan menteri OPEC+ yang dijadwalkan pada 3 Februari. Fokus utama pertemuan ini adalah keputusan mengenai rencana peningkatan pasokan mulai April. 

Pekan lalu, Presiden Trump sempat meminta OPEC+ untuk menurunkan harga minyak, tetapi hingga kini belum ada respons resmi dari kelompok tersebut. Para delegasi menyatakan bahwa kemungkinan perubahan kebijakan pada pertemuan Februari masih kecil.

 

Kekhawatiran Pasokan Global

Ilustrasi harga minyak dunia
Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)... Selengkapnya

Sementara itu, kekhawatiran terhadap pasokan global sedikit mereda setelah National Oil Corp Libya melaporkan bahwa aktivitas ekspor berjalan normal. Hal ini terjadi setelah negosiasi dengan para pengunjuk rasa yang sebelumnya mengancam akan menghentikan pemuatan di salah satu pelabuhan minyak utama Libya. 

“Meski demikian, risiko gangguan pasokan dari Libya tetap ada mengingat kondisi geopolitik negara tersebut yang masih bergejolak,” ujar Andy.

Dalam menghadapi ketidakpastian pasar minyak, pelaku pasar perlu mencermati pergerakan harga dengan strategi yang fleksibel. Dengan tekanan jual yang masih dominan, peluang koreksi harga tetap terbuka, namun potensi rebound juga bisa dimanfaatkan sebagai peluang trading. 

Dinamika kebijakan global, keputusan OPEC+, serta perkembangan ekonomi utama akan menjadi faktor penentu arah pergerakan minyak ke depan.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya