Rupiah Menguat di Awal Perdagangan, Terdorong Sentimen Pidato The Fed

Penguatan rupiah ini terjadi di tengah pelemahan dolar AS pasca pidato Gubernur Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Feb 2025, 10:53 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2025, 10:50 WIB
Tertekan, Rupiah Terjun ke Level Rp16.283 per Dolar AS
Aktivitas karyawan saat menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (13/1/2025). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan Rabu (12/2), mencatat kenaikan 25 poin atau 0,15 persen ke level 16.359 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi rupiah sebelumnya di 16.384 per dolar AS.

Penguatan rupiah ini terjadi di tengah pelemahan dolar AS pasca pidato Gubernur Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan bahwa rupiah mendapat dorongan positif setelah Powell tidak memberikan kejutan baru terkait kebijakan suku bunga The Fed.

“Pidato Powell semalam memang tetap bernada hawkish, namun tidak mengubah prospek suku bunga The Fed. Pasar masih memperkirakan pemangkasan suku bunga sekitar 35 basis poin (bps) hingga akhir tahun,” ujar Lukman dikutip dari ANTARA, Rabu (12/2/2025).

Pidato The Fed

Powell dalam pidatonya mengulangi pandangannya terkait kondisi ekonomi AS yang tetap kuat, pasar tenaga kerja yang solid, serta kebijakan tarif yang diberlakukan pemerintahan AS.

Meski demikian, pernyataan tersebut tidak memberikan tekanan lebih lanjut pada rupiah, yang justru memanfaatkan momentum pelemahan dolar AS.

 

Prediksi Rupiah

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Sebelumnya, pada perdagangan Selasa (11/2), dolar AS sempat menguat di tengah antisipasi pidato Powell. Pasar memperkirakan pernyataan bernada hawkish akan muncul, seiring kekhawatiran inflasi akibat kebijakan tarif dari pemerintahan AS.

Namun, menurut Lukman, dampak dari pidato Powell terhadap rupiah masih terbatas. Ia menambahkan bahwa kebijakan tarif terbaru dari pemerintahan Trump, seperti tarif 25 persen pada baja dan aluminium, bisa memicu aksi balasan dari negara mitra dagang, yang berpotensi mengguncang pasar keuangan global.

Dengan rupiah yang terus bergerak dinamis terhadap dolar AS, pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan kebijakan moneter AS dan dinamika perdagangan global yang bisa mempengaruhi arah pergerakan mata uang dalam waktu dekat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya