[VIDEO] Usaha Sampingan yang Cocok Buat Karyawan

Pendapatan karyawan kadang dirasa tidak cukup. Sehingga banyak karyawan yang berinisiatif untuk mencari penghasilan sampingan.

oleh Irna Gustiawati diperbarui 28 Jul 2013, 19:30 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2013, 19:30 WIB
sampingan-karyawan130726a.jpg

Pendapatan karyawan kadang dirasa tidak cukup. Sehingga banyak karyawan yang berinisiatif untuk mencari penghasilan sampingan.

Perencana Keuangan Mike Rini Sutikno CFP (Certified Financial Planner) memberikan tips-tips penghasilan sampingan yang sesuai untuk karyawan.

Berikut wawancara khusus Mike Rini Sutikno dengan Liputan6.com seperti ditulis Minggu (28/7/2013):

Kalau karyawan ingin punya sampingan pendapatan, usaha apa yang cocok?

Karyawan ingin pendapatan sampingan, terlebih dahulu dia harus pahami bahwa sebenarnya waktunya itu kan harusnya didedikasikan untuk pekerjaannya jadi memang sudah kontrak nih sama perusahaan. Senin sampai Jumat dia dengan perusahaannya, kecuali sudah ada kesepakatan. Sabtu juga kadang-kadang harus masuk.

Tapi di luar itu, itu waktunya dia di luar jam kerja ya. Setelah jam kerja atau Sabtu Minggu, dia tidak dalam waktu kerja, nah itu dia bisa menggunakan waktu itu untuk melakukan apapun yang dia suka. Lebih bagus kalau yang dia suka ini bukan sesuatu yang konsumtif. Kadang-kadang kan orang stres ya, sudah bekerja sepanjang hari dari Senin sampai Jumat, macet lagi di jalan, bawaannya, kalau weekend, maunya belanja gitu ya makan-makan.

Nah, menurut saya, bagus sekali untuk diarahkan lebih produktif. Produktifnya apalagi yang menghasilkan uang. Produktif ini tidak selalu harus langsung menghasilkan uang, tapi bisa juga pemberdayaan diri sendiri.  Contohnya yang produktif itu baca buku, ikut kursus, kemudian juga punya kegiatan sosial.

Kalau ternyata dari kegiatan produktifnya ini menghasilkan uang, bisa dikomersialisasikan, itu kan bagus. Si karyawan ini pada suatu saat siap untuk pensiunnya.

Problema karyawan adalah ketika dia bekerja dia tidak sadar bahwa soon or later, cepat atau lambat, dia pasti akan kehilangan pekerjaannnya tersebut. Kadang dia dipaksa kehilangan pekerjaan karena downsizing (pemutusan hubungan kerja/PHK). Tapi cara yang normal pada usia 55 tahun dia pasti akan kehilangan pekerjaannya karena harus pensiun.

Kuncinya adalah karyawan tahu betul kondisi ini dengan menyiapkan hari pensiun sejak pertama kerja dengan cara merintis diri selagi dia bekerja tapi caranya harus profesional

Apa tantangannya kalau karyawan punya usaha sampingan?

Waktu ya kemudian tenaga, juga banyak tantangan lain yang juga dihadapi orang yang baru berbisnis. Tapi terutama karyawan lebih spesifik memang problemnya, terutama masalah waktu tadi. Maklumlah dari Senin sampai Jumat kan waktunya sudah diberikan sama perusahaan, kemudian kadang-kadang Sabtu, kadang-kadang Minggu malah disuruh masuk walaupun dibayar lemburnya.

Cuma kalau perusahaan meminta, kita mau nggak mau kan harus bekerja juga di weekend. Tetapi kita kan punya waktu setelah kita tidak bekerja yaitu setelah pulang kantor. Kemudian ketika Sabtu Minggu kita ada di rumah, nah pada waktu itulah sebenarnya kita bisa mengerjakan apapun yang kita mau.

Namun masalahnya karyawan mengerjakan apapun yang dia mau, kadang-kadang sifatnya malah konsumtif, buang-buang duit. Alangkah bagusnya jika waktu luang kita setelah tidak bekerja baiknya produktif, tidak mesti menghasilkan uang kadang-kadang membaca buku, ikut kursus, masak, bahasa, kursus tari yang membuat kita mengasah kompetensi di bidang lain selain di bidang yang sudah biasa kita kerjakan.

Itu akan membuat diri kita merasa lebih menjadi bahagia karena kita mengerjakan sesuatu yang membuat kita rileks. Apalagi kalau sudah produktif, menghasilkan uang pula, lebih komersil, itu kenikmatannya menjadi dua kali atau tiga kali lebih besar.

Nah kita melakukan sesuatu yang kita sukai, kemudian kita menghasilkan uang lagi dari situ. Masalahnya memang kondisi seperti ini harus diusahakan dan rata-rata tidak bisa instan. Apalagi Anda sudah bekerja, Anda harus melakukannya tahapan demi tahapan dan yang pasti tidak boleh bertentangan dengan peraturan-peraturan perusahaan.

Anda terlebih dahulu memang harus lihat bagaimana sebenarnya perusahaan mengatur masalah. Apa yang perusahaan katakan mengenai kegiatan karyawan di luar jam kerja? Apakah dikontrak kekaryawaanan ada menyebutkan hal itu? Kalau tidak, sebenarnya Anda bisa melakukan hal yang Anda sukai tanpa harus khawatir nanti ada penalti atau peringatan dari perusahaan.

Haruskah karyawan bilang ke atasannya kalau dia punya usaha sampingan?

Sebenarnya tidak ada kewajiban buat karyawan untuk memberitahukan perusahaan apalagi atasannya. Itu kan kegiatan di luar jam kerja. Hanya saja karyawan harus betul-betul memperhatikan, apakah kegiatannya ini nantinya termasuk hal-hal yang sebenarnya menjadi batasan buat dia untuk tidak dilakukan dengan baik dengan kebijakan dari perusahaan.

Coba Anda lihat dulu kontrak kekaryawanan Anda dengan perusahaan, apakah disitu ada menyebutkan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan terkait dengan kompetisi usaha. Jangan sampai kita membuka usaha yang sama dengan perusahaan dan menggunakan klien, fasilitas perusahaan, demi kepentingan kita pribadi.

Secara etika itu tidak dibenarkan apalagi secara hukum. Dan itu kalau tercantum dalam kontrak kekaryawanan Anda dan Anda melanggar, Anda bisa dapat peringatan. Karena itu pastikan apa yang Anda lakukan  tidak menentang atau melanggar aturan perusahaan. Dan yang kedua pastikan bahwa aktivitas di luar pekerjaan Anda sebenarnya menunjang kegiatan dan karir Anda dalam perusahaan.

Kalau atasannya memberikan respons negatif, lebih baik fokus di pekerjaan atau keluar saja dan cari kerjaan baru?

Respons negatif ini harus Anda evaluasi terlebih dahulu harus ditelaah dulu. Respons negatifnya ini apakah satu, Anda melanggar peraturan perusahaan seperti tadi mau buka usaha yang sama, Anda menggunakan fasilitas perusahaan, Anda sering bolos.

Komentar negatif wajar jadinya karena Anda melanggar peraturan. Tetapi selama Anda bekerja secara profesional tidak melanggar peraturan perusahaan. Komentar negatif ini bisa jadi mungkin karena cara Anda menyampaikan, cara Anda berpromosi dimana saja Anda ada diskusi di kalangan teman-teman kantor, yang Anda katakan,  yang Anda bicarakan hanya bisnis Anda  saja. Sehingga  tidak hanya atasan Anda yang kemudian merespons secara negatif tapi teman-teman Anda juga akan jadi merasa antipati.

Itu harus Anda evaluasi lagi. Kemudian juga misalnya Anda membawa barang dagangan ke kantor, Anda display secara tidak elegan kemudian jadi cara-cara bagaimana Anda mempromosikan bisnis anda itu jangan sampai membuat teman-teman Anda di kantor bos Anda merasa menjadi korban. Korban disuruh membeli produk dan servis Anda.

Bisnis yang benar adalah yang memberikan solusi bukan menjadi bagian dari problem. Kalau orang merasakan manfaat dari bisnis Anda, orang akan bereaksi secara positif dan bahkan mempromosikan bisnis Anda pada orang lain, karena merasakan manfaatnya.

Masih bereaksi negatif juga, berarti sudah saatnya Anda betul-betul mempertimbangkan (keluar). Itupun dengan catatan kalau bisnisnya itu memang sudah memberikan keyakinan pada Anda terkait dengan  berapa sih cash flow yang didapat dari bisnis itu apakah sudah bisa mengganti gaji Anda atau belum.

Kapan karyawan harus memutuskan harus berhenti kerja dan fokus ke bisnis yang dijalankan?

Tiap orang itu momennya beda-beda. Kalau secara keuangan sebenarnya tidak sulit untuk mendeteksi, ketika bisnis Anda sudah menghasilkan penghasilan lebih besar dari gaji Anda, itu memang sudah saatnya. Jika dikerjakan dengan serius itu akan menghasilkan berkali lipat.

Tapi ada juga bisnis yang seperti ini, bisnis yang bisa dijalankan secara mobile dan Anda bisa sambil kerja dan bahkan dari pekerjaan, Anda bisa membuat bisnis Anda lebih berkembang banyak lagi karena Anda punya banyak network dari pekerjaan Anda. Misalnya bisnis yang dikerjakan suami istri. Bisnisnya sehari-hari, operasionalnya sama istri Anda, sedang kewajiban Anda di areal tertentu misalnya konsepnya, marketingnya jadi bagi tugas seperti itu dan Anda masih bisa bekerja sementara bisnis tetap berjalan dengan baik. Karena sehari-hari dikerjakan dengan istri.

Sebenarnya tidak ada urgency untuk pindah pekerjaan apalagi Anda menyukai pekerjaan tersebut. Anda boleh berdiri di dua kaki begitu. Jadi tiap orang itu tidak ada keharusan berhenti bekerja dan menjadi pebisnis dan tidak ada keharusan juga dia harus terus menerus menjadi karyawan.

Tiap orang punya alasan sendiri-sendiri namun yang terbaik menurut saya adalah sebenarnya cita-cita Anda apa, Anda ingin berdiri di jalur yang mana jadi mau jadi pebisnisnya, karyawannya atau mau berkarir di bidang apa. Tapi cita-cita Anda sendiri Anda ingin bergerak di bidang apa. (Sis/Igw)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya