Tidak semua masyarakat yang berdatangan ke tempat penukaran uang karena memanfaatkan momen pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk melakukan aksi untung dengan menjual kepemilikan dolarnya.
Pantauan Liputan6.com di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung daerah Kwitang, Jakarta, Kamis (22/8/2013), terlihat bebrapa orang sedang menunggu giliran panggilan untuk transaksi penukaran uang.
Putra (25) mengatakan kedatangan ke tempat penukaran uang untuk keperluan saudaranya yang hendak keluar negeri dan bukan sebagai aksi mengejar untung.
"Jual beli antar valas, untuk keperluan, saudara mau keluar, US$ ke euro," kata Putra saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Pelanggan lain, Anisa, juga membantah dirinya melakukan aksi untung dengan menukar uang dolar ke rupiah. Dia mengaku rutin menukar uang dolar karena merupakan gaji sang suami yang bekerja di luar negeri.
"Mau jual, nggak juga saya nggak ikut begitu (aksi kejar untung), kalau ikut gitu kalau uangnya banyak kali. Ini sudah rutin karena suami saya pelaut karena gajinya juga US$," tutur dia.
Sedangkan seorang pekerja di perusahaan minyak asal Perancis yang bekerja di Saudi Arabia, Agus, mengaku kaget ketika kurs dolar berada di level Rp 11.000. Dia menukar dolar karena ingin menukarkan gajinya.
"Saya juga kaget pas kesini waktunya nukar, gaji baru turun. Kaget aja sampai Rp 11 ribu, waktu kemarin kalah sama Australia," jelasnya.
Agus mengaku untung pelemahan rupiah tersebut. Dirinya bisa mendapatkan rupiah lebih banyak. "Kalau pas begini ya untung juga, harusnya Rp 10 ribu jadinya Rp 11 ribu. Sebenarnya gaji tetap karena dibawa pulang ke sini, kalau di Saudi stabil," pungkas dia. (Pew/Nur)
Pantauan Liputan6.com di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung daerah Kwitang, Jakarta, Kamis (22/8/2013), terlihat bebrapa orang sedang menunggu giliran panggilan untuk transaksi penukaran uang.
Putra (25) mengatakan kedatangan ke tempat penukaran uang untuk keperluan saudaranya yang hendak keluar negeri dan bukan sebagai aksi mengejar untung.
"Jual beli antar valas, untuk keperluan, saudara mau keluar, US$ ke euro," kata Putra saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Pelanggan lain, Anisa, juga membantah dirinya melakukan aksi untung dengan menukar uang dolar ke rupiah. Dia mengaku rutin menukar uang dolar karena merupakan gaji sang suami yang bekerja di luar negeri.
"Mau jual, nggak juga saya nggak ikut begitu (aksi kejar untung), kalau ikut gitu kalau uangnya banyak kali. Ini sudah rutin karena suami saya pelaut karena gajinya juga US$," tutur dia.
Sedangkan seorang pekerja di perusahaan minyak asal Perancis yang bekerja di Saudi Arabia, Agus, mengaku kaget ketika kurs dolar berada di level Rp 11.000. Dia menukar dolar karena ingin menukarkan gajinya.
"Saya juga kaget pas kesini waktunya nukar, gaji baru turun. Kaget aja sampai Rp 11 ribu, waktu kemarin kalah sama Australia," jelasnya.
Agus mengaku untung pelemahan rupiah tersebut. Dirinya bisa mendapatkan rupiah lebih banyak. "Kalau pas begini ya untung juga, harusnya Rp 10 ribu jadinya Rp 11 ribu. Sebenarnya gaji tetap karena dibawa pulang ke sini, kalau di Saudi stabil," pungkas dia. (Pew/Nur)