Bisnis Restoran Menjamur, Permintaan Lada Melonjak

Pemerintah khawatir meningkatnya kebutuhan lada takkan tercukupi dengan produksinya.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Sep 2013, 14:29 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2013, 14:29 WIB
lada-130911-b.jpg
Direktur Jenderal Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Imam Pambagyo mengungkapkan harga rempah-rempah jenis lada terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Peningkatan harga rempat yang sempat jadi rebutan bangsa penjajah di dunia ini sudah terlihat dari periode Januari 2012 sampai Agustus 2013. Sepanjang rentang waktu itu, lada hitam diperdagangkan antara Rp 50 ribu-60 ribu per kilogram (Kg). Sementara lada putih dijual di harga Rp 75 ribu-85 ribu per Kg.

"Untuk minggu pertama pada September harga lada hitam Rp 69 ribu per kilo sedangkan lada putih Rp 92 ribu per Kg," kata Agus, di Kantor Perwakilan Internasional Pepper Community (IPC) Jakarta, Rabu (11/9/2013).

Agus mengungkapkan, produksi lada internasional saat ini terus mengalami penurunan. Jika pada 2012, produksi lada mencapai 355 ribu ton, pada tahu ini diperkirakan turun menjadi 345 ribu ton. "Diestimasikan terjadi penurunan 13 ribu ton, pada produksi tahun ini," ungkap Agus.

Seiring menjamurnya bisnis restoran di tanah air, Agus khawatir, konsumsi lada yang terus meningkat tak bisa dipenuhi dari produksi lokal. "Paper di Indonesia meningkat semakin banyak restoran, lada hitam, jamu obat dipakai, kenaikan konsumsi lebih cepat dari produksi," tuturnya.

Untuk memenuhi kebutuhan lada kedepan, pemerintah berharap adanya dukungan semua pihak seperti petani dan eksportir lada. (Pew/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya