Dewan Syariah Nasional (DSN) berpesan agar pelaksanaan perdagangan bebas ASEAN pada tahun depan tidak lantas membuat Indonesia menanggung kerugian. Dengan jumlah penduduk 248 juta orang, Indonesia seharusnya bisa mendorong ekonomi menjadi lebih kuat agar dapat menjalani kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Ketua Harian Dewan Syariah Nasioanl (DSN) Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin mengaku khawatir pelaksanaan MEA 2015 justru menempatkan Indonesia sebagai pihak yang dikalahkan.
"Malaysia sudah tidak memiliki pasar lagi, karena jumlah penduduk disana sedikit jika dibanding disini. Karena itu kita banyak rugi daripada keuntungan yang didapatkan. Meskipun kita bisa menjalani MEA 2015," ujar Ma'ruf ketika ditemui dalam acara gialog keuangan syariah di Menara Anugrah, Jakarta, Kamis (19/9/2013).
Dengan kenyataan pahit yang sudah diprediksikan tersebut, DSN berharap agar Indonesia bisa lebih kuat dalam menghadapi MEA 2015. Tak hanya dari industri skala besar, kekuatan juga harus ditanamkan pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Indonesia pasar yang paling potensial. Maka dari itu perlu ada dorongan yang kuat bagi Industri dan UMKM," tegasnya.
Sebagai informasi, jumlah penduduk Indonesia memang jauh lebih banyak dibandingkan negara tetangga di kawasan ASEAN. Brunei Darussalam saat ini tercatat hanya memiliki penduduk 407 ribu jiwa, Laos mencapai 6,6 juta jiwa, Kamboja mencapai 14 juta jiwa, Singapura 5,4 juta jiwa, Myanmar 62 juta jiwa, Malaysia 30 juta jiwa, Filipina 98 juta jiwa, Thailand 67 juta jiwa dan Vietnam sebanyak 89 juta jiwa.
Sementara itu, Direktur Industri Keuangan Non Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochammad Muchlasin menambahkan, hampir 205 juta penduduk Indonesia merupakan masyarakat muslim. Dari jumlah itu, hampir setengah jumlah penduduk yang mencapai 205 juta memiliki penghasilan rendah.
"Sektor UMKM sangat tinggi di Indonesia. Maka dari itu UMKM harus ditingkatkan, karena tantangan menghadapi MEA 2015 sangatlah besar dan sulit," jelasnya. (Dis/Shd)
Ketua Harian Dewan Syariah Nasioanl (DSN) Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin mengaku khawatir pelaksanaan MEA 2015 justru menempatkan Indonesia sebagai pihak yang dikalahkan.
"Malaysia sudah tidak memiliki pasar lagi, karena jumlah penduduk disana sedikit jika dibanding disini. Karena itu kita banyak rugi daripada keuntungan yang didapatkan. Meskipun kita bisa menjalani MEA 2015," ujar Ma'ruf ketika ditemui dalam acara gialog keuangan syariah di Menara Anugrah, Jakarta, Kamis (19/9/2013).
Dengan kenyataan pahit yang sudah diprediksikan tersebut, DSN berharap agar Indonesia bisa lebih kuat dalam menghadapi MEA 2015. Tak hanya dari industri skala besar, kekuatan juga harus ditanamkan pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Indonesia pasar yang paling potensial. Maka dari itu perlu ada dorongan yang kuat bagi Industri dan UMKM," tegasnya.
Sebagai informasi, jumlah penduduk Indonesia memang jauh lebih banyak dibandingkan negara tetangga di kawasan ASEAN. Brunei Darussalam saat ini tercatat hanya memiliki penduduk 407 ribu jiwa, Laos mencapai 6,6 juta jiwa, Kamboja mencapai 14 juta jiwa, Singapura 5,4 juta jiwa, Myanmar 62 juta jiwa, Malaysia 30 juta jiwa, Filipina 98 juta jiwa, Thailand 67 juta jiwa dan Vietnam sebanyak 89 juta jiwa.
Sementara itu, Direktur Industri Keuangan Non Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochammad Muchlasin menambahkan, hampir 205 juta penduduk Indonesia merupakan masyarakat muslim. Dari jumlah itu, hampir setengah jumlah penduduk yang mencapai 205 juta memiliki penghasilan rendah.
"Sektor UMKM sangat tinggi di Indonesia. Maka dari itu UMKM harus ditingkatkan, karena tantangan menghadapi MEA 2015 sangatlah besar dan sulit," jelasnya. (Dis/Shd)