Saat orang lain berduyun-duyun mengejar mimpi di Ibukota, Eko Mulyadi justru sibuk membangun desa tercintanya di Desa Karang Patiang, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Kini, Pria muda tersebut telah memberdayakan masyarakat sekitar menjadi peternak lele, kambing dan perajin keset.
Sambil bercerita, Eko menggambarkan kondisi perekonomian warga di desanya dengan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Sayangnya, keadaan lahan yang kering kerap mempersulit warga setempat untuk bercocok tanam karena harus mengandalkan musim hujan.
"Kalau musim kemarau tidak ada aktifitas alias menganggur sehingga ini yang menyebabkan kemiskinan. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga miskin dengan beberapa anggota keluarga," ungkap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Kamis (31/10/2013).
Jiwa mulia sepertinya sudah tertanam dalam diri Kepala Desa Karang Patiang ini. Pasalnya, dia memfokuskan program pemberdayaan beternak lele kepada warganya yang mengalami keterbelakangan mental.
Saat ini, Eko menyebut, basis penduduk di desanya mencapai 5.800 jiwa terdiri dari 1.845 kepala keluarga (KK), yakni kalangan sangat miskin sebanyak 290 KK, sebanyak 560 KK merupakan warga miskin dan 48 KK mengalami keterbelakangan mental atau 98 jiwa.
"Mulanya, kami kirim-kirim proposal mengenai program beternak lele lalu bertemu dengan Bank Indonesia (BI) cabang Kediri yang akhirnya membantu kami membuat kolam-kolam lele pada tahun 2004. Mengajari masyarakat cara beternak lele yang menghasilkan uang," tambah lulusan SMK Negeri 1 Ponorogo itu.
Kala itu, dia memaparkan, BI memberikan bantuan untuk membuat satu kolam lele besar berukuran 6x24 meter, lalu kembali mendirikan 12 kolam kecil bagi masyarakat seluas 1x2 meter.
"Sekarang sudah ada 57 kolam kecil dan 87 kolam besar. Investasi yang dibutuhkan untuk membuat kolam beserta bibit dan pakan lele mencapai Rp 1,5 juta dan diberikan secara gratis. Mereka tidak perlu mengeluarkan apa-apa lagi, yang penting kemauan untuk belajar," sambung Eko.
Hasilnya, mahasiswa semester akhir jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini mengatakan, satu kolam lele kecil tersebut bisa menampung hingga 1.000 ekor lele.
"Setiap 90 hari sekali, lele biasanya panen. Dan dalam setahun bisa sampai empat kali memanen hasil ternak ikan lele. Namun omzet dari beternak lele sebesar Rp 100 ribu-Rp 250 ribu per bulan dalam satu kali panen dan diambil bersama Papua," paparnya.
Sambil menunggu hasil panen, kata Eko warga setempat bisa menyambinya dengan usaha beternak kambing dengan hasil baru terlihat selama satu tahun. Sedangkan untuk menambal penghasilan sehari-hari, warga bisa memproduksi keset berbahan baku kain bekas.
"Ambisi saya ke depan adalah bisa meng-cover seluruh warga baik yang sangat miskin, miskin dan keterbelakangan mental supaya bisa memiliki kemampuan dan keahlian dalam beternak lele," ujar Suami dari Yuliana itu.(Fik/Nur)
Kini, Pria muda tersebut telah memberdayakan masyarakat sekitar menjadi peternak lele, kambing dan perajin keset.
Sambil bercerita, Eko menggambarkan kondisi perekonomian warga di desanya dengan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Sayangnya, keadaan lahan yang kering kerap mempersulit warga setempat untuk bercocok tanam karena harus mengandalkan musim hujan.
"Kalau musim kemarau tidak ada aktifitas alias menganggur sehingga ini yang menyebabkan kemiskinan. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga miskin dengan beberapa anggota keluarga," ungkap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Kamis (31/10/2013).
Jiwa mulia sepertinya sudah tertanam dalam diri Kepala Desa Karang Patiang ini. Pasalnya, dia memfokuskan program pemberdayaan beternak lele kepada warganya yang mengalami keterbelakangan mental.
Saat ini, Eko menyebut, basis penduduk di desanya mencapai 5.800 jiwa terdiri dari 1.845 kepala keluarga (KK), yakni kalangan sangat miskin sebanyak 290 KK, sebanyak 560 KK merupakan warga miskin dan 48 KK mengalami keterbelakangan mental atau 98 jiwa.
"Mulanya, kami kirim-kirim proposal mengenai program beternak lele lalu bertemu dengan Bank Indonesia (BI) cabang Kediri yang akhirnya membantu kami membuat kolam-kolam lele pada tahun 2004. Mengajari masyarakat cara beternak lele yang menghasilkan uang," tambah lulusan SMK Negeri 1 Ponorogo itu.
Kala itu, dia memaparkan, BI memberikan bantuan untuk membuat satu kolam lele besar berukuran 6x24 meter, lalu kembali mendirikan 12 kolam kecil bagi masyarakat seluas 1x2 meter.
"Sekarang sudah ada 57 kolam kecil dan 87 kolam besar. Investasi yang dibutuhkan untuk membuat kolam beserta bibit dan pakan lele mencapai Rp 1,5 juta dan diberikan secara gratis. Mereka tidak perlu mengeluarkan apa-apa lagi, yang penting kemauan untuk belajar," sambung Eko.
Hasilnya, mahasiswa semester akhir jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini mengatakan, satu kolam lele kecil tersebut bisa menampung hingga 1.000 ekor lele.
"Setiap 90 hari sekali, lele biasanya panen. Dan dalam setahun bisa sampai empat kali memanen hasil ternak ikan lele. Namun omzet dari beternak lele sebesar Rp 100 ribu-Rp 250 ribu per bulan dalam satu kali panen dan diambil bersama Papua," paparnya.
Sambil menunggu hasil panen, kata Eko warga setempat bisa menyambinya dengan usaha beternak kambing dengan hasil baru terlihat selama satu tahun. Sedangkan untuk menambal penghasilan sehari-hari, warga bisa memproduksi keset berbahan baku kain bekas.
"Ambisi saya ke depan adalah bisa meng-cover seluruh warga baik yang sangat miskin, miskin dan keterbelakangan mental supaya bisa memiliki kemampuan dan keahlian dalam beternak lele," ujar Suami dari Yuliana itu.(Fik/Nur)