Diversifikasi Energi Atasi Defisit Neraca Migas

Langkah fundamental dinilai perlu dilakukan untuk mengurangi impor minyak dan gas.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Nov 2013, 16:33 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2013, 16:33 WIB
sumur-migas-1-130925b.jpg
Pemerintah menilai perlu ada langkah fundamental untuk mengurangi impor minyak dan gas (migas). Hal itu mengingat neraca transaksi perdagangan Indonesia masih mengalami defisit US$ 657,2 juta akibat neraca migas yang defisit hingga September 2013.

"Sampai saat ini yang tepat adalah diversifikasi energi, kalau kami lihat sisi perdagangan," tutur Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamukti, di Gedung Kementerian Perdagangan, Rabu (6/11/2013).

Untuk mengurangi impor sektor migas, Bayu menambahkan, tahun depan akan ada setidaknya 6,5 juta ton konversi energi dengan menggunakan biofuel yang saat ini sudah ada pembahasan dengan investor.

"Yang menggembirakan ada pembahasan kontrak pembelian dari sawit sekitar 6,5 juta ton yang akan dibeli dari produsen biofuel maupun CPO kita tahun 2014,"  ujar Bayu.

Hingga kurun waktu 10 bulan terakhir pada 2013 ini, penggunaan biofuel sebagai sumber energi masih belum memenuhi target pemerintah. Saat ini penggunaan biofuel hanya 2/3 dari target pemerintah.

"Ini merupakan indikasi sebagai bentuk diversifikasi energi. Kita berharap lebih banyak lagi diversifikasi yang lain, seperti air, matahari, angin dan yang lain," kata Bayu.

Sebagai informasi, pada  September tercatat neraca transaksi perdagangan Indonesia masih mengalami defisit sebesar US$657, 2 juta yang terdiri dari defisit neraca migas sebesar US$1,2 miliar dan non migas mengalami surplus US$496,8 juta.

Defisit neraca transaksi perdagangan ini disebabkan masih tingginya importasi migas yang selama Januari-September sebesar US$33,6 miliar atau naik 8,5% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya