Pelaku Bursa Komoditas Didorong Bentuk Referensi Harga CPO

Pemerintah mendorong pelaku bursa komoditas untuk dapat membuat referensi harga komoditas khususnya crude palm oil (CPO).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Nov 2013, 14:40 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2013, 14:40 WIB
cpo-ekspor130527c.jpg
Pelaku bursa komoditas diharapkan dapat membuat referensi harga komoditas ke depan. Salah satu komoditas yang diperlukan referensi harganya yaitu minyak kelapa sawit/Crude Palm Oil (CPO).

Referensi harga ini diperlukan karena komoditas akan berkembang lebih besar ke depan termasuk CPO. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku bursa komoditas.

"Salah satunya komoditi besar bisa memiliki porsi besar sekarang 5% ke depan 30%, kalau kita lihat masing-masing komoditi yang diperdagangkan CPO," kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, dalam Market Review & Outlook 2014 Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia, di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (20/11/2013).

Bayu menambahkan, kebutuhan CPO akan semakin tumbuh karena didorong oleh mandatori peningkatan campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) 10% untuk jenis solar.

"Sangat prospektif kebijakan penyerapan CPO domestik untuk biofuel, itu tantangan bursa," ungkap Bayu.

Namun, menurut bayu, meski menjadi produsen CPO besar saat ini Indonesia sulit menentukan harga sehingga masih berpatok pada composit. Oleh karena itu, dirinya meminta kepada pelaku bursa berjangka untuk membentuk referensi harga CPO, sehingga Indonesia bisa menentukan harga CPO yang diproduksinya.

"Saat ini price reference sulit ditentukan mohon dipertimbangkan betul CPO Olein maka mungkin biofuel mulai, ini belum ada kalau kita mulai biofuel betul-betul reference, sekarang composit," tuturnya.

Jika Indonesia sudah memiliki referensi harga, maka bisa memudahkan pemerintah untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan harga CPO.

"Sehingga karena kita masuk sistem energi yang sebagian mengandung subsidi price reference menjadi penting. Kita mau pakai harga apa baik keekonomian dan APBN," ujarnya.

Selain itu, Bayu menilai, saat ini dampak dari bursa komoditi masih terbilang sempit. Hal itu karena yang merasakan hanya pelaku usahanya saja.

"Ditegaskan sekali lagi bursa komoditi harus memberikan dampak besar kepada perekonomian, saat ini masing-masing  terbatas, dampak pelaku sudah jelas perusahaan-perusahaan tetapi dampak ekonomi secara keseluruhan kita tingkatkan," kata Bayu. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya