Sempat `Deadlock`, WTO Akhirnya Hasilkan Kesepakatan Dagang

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) akhirnya menyetujui kesepakatan pertamanya yang ditujukan untuk meningkatkan perdagangan global.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 07 Des 2013, 15:14 WIB
Diterbitkan 07 Des 2013, 15:14 WIB
wto-sepakat-131207a.jpg

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) akhirnya menyetujui kesepakatan pertamanya yang ditujukan untuk meningkatkan perdagangan global. Kesepakatan yang berhasil dicapai di Bali itu menyederhanakan prosedur perdagangan dan memberikan kemudahan bagi negara-negara miskin untuk menjual produknya.

Para analis mengatakan, kesepakatan tersebut dapat menambah sekitar US$ 1 triliun pada ekonomi global.

Seperti dikutip dari bbc.co.uk, Sabtu (7/12/2013), kesepakatan tersebut merupakan langkah penting bagi WTO yang telah lama berjuang mewujudkan perjanjian dagang baru. Meski telah disetujui, sebelumnya kesepakatan tersebut sempat menerima kritik dari para politisi yang mengatakan pernjanjian WTO belum berpengaruh besar.

"Ini (kesepakatan WTO) telah disepakati," ungkap Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan setelah melakukan negosiasi panjang bersama 158 menteri perdagangan lainnya yang berakhir pada Sabtu dini hari.

Cuba telah mengancam untuk memveto kesepakatan yang tertuang dalam Paket Bali tersebut. Pihaknya mengatakan kesepakatan tersebut tak cukup kuat untuk menekan Amerika Serikat (AS) agar mau mengangkat embargo perdagangannya di negara tersebut. Namun akhirnya Cuba bersama tiga negara Amerika Latin lainnya sepakat untuk menerima seluruh ketentuan dalam kesepakatan tersebut.

"Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, WTO berhasil menunaikan tugas yang sebenarnya," ungkap Kepala WTO Robert Azevedo mengingat organisasi dunia tersebut akhirnya berhasil mencapai kesepakatan yang komprehensif sejak berdiri pada 1995.

Dia mengatakan, kali ini seluruh anggota negara berkumpul bersama dan berhasil mengembalikan dunia kembali pada WTO. Kesepakatan tersebut mengurangi hambatan sejumlah ekspor dari negara-negara miskin.

Selain itu, kesepakatan WTO juga memberikan ruang lebih bagi negara-negara maju untuk menggunakan subsidinya guna mengamankan pasokan pangan. Selama ini, ketahanan pangan telah menjadi salah satu isu yang paling hangat diperdebatkan sebelum akhirnya kesepakatan tersebut berhasil dicapai.

Wakil Perdagangan AS, Michael Froman telah mendorong seluruh negara anggota WTO untuk bekerjasama melewati berbagai perbedaan yang dihadapi.

"Meninggalkan Bali pekan ini tanpa ada kesepakatan apapun akan mengancam citra WTO sebagai forum negosiasi multilateral. Jika itu terjadi, sejumlah negara dapat menderita kerugian yang besar karenanya, " pungkas Froman. (Sis/Ndw)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya