Â
Penduduk Jepang sempat berada di bawah pemerintahan diktator militer atau pemerintah ke-shogunan selama berpuluh-puluh tahun. Akibatnya, meski kaya raya, Jepang tidak memiliki sistem perbankan yang dapat mengelola semua hartanya.
Demi meningkatkan kegiatan ekonomi dalam dan luar negeri, Jepang kemudian mendirikan bank nasional pertamanya pada 1872. Berbekal panduan sistem perbankan AS, bank tersebut sempat beroperasi selama tiga tahun.
Advertisement
Namun sayang, sistem tersebut akhirnya tak bertahan lama. Jepang pun mencoba mendirikan bank nasional lainnya dengan mengadopsi sistem perbankan Eropa.
Lantas bagaimana kelanjutan kisah Jepang membangun bank sentralnya?
Berikut sejarah berdirinya Bank Sentral Jepang (BoJ) seperti dikutip dari The Diplomat, The Japan Guide, Asia Times dan berbagai sumber lainnya, Selasa (17/12/2013):
Jepang, negara kaya di zaman Shogun tanpa sistem perbankan
Jepang merupakan negara yang sangat kaya bahkan sejak masa pemerintahan shogun atau militer di abad pertengahan. Kekayaannya mampu bersaing dengan negara-negara barat tapi sayangnya, Jepang tak memiliki sistem perbankan pusat.
Padahal sistem tersebut dapat berguna untuk memperluas dan menginvestasikan banyak kekayaan negara di beberapa negara lain. Maka, pemerintahan baru Meiji mendirikan sistem perbankan nasional pertama pada 1872.
Pendirian dan pembangunannya meniru model Bank Sentral Amerika Serikat. Sebanyak empat bank berhasil dibangun. Tetapi karena manajemen yang kurang baik dan rendahnya kerjasama, sistem perbankan tersebut runtuh.
Advertisement
Faktor-faktor yang memicu berdirinya bank sentral Jepang
Meski telah memiliki Yokohama Specie Bank yang banyak membantu sistem perekonomian dan perdagangan Jepang, tetapi kegiatan bisnis saat itu masih rendah. Tak hanya itu, perdagangan asing juga terus mengalami tekanan dan menghasilkan sedikit keuntungan.
Setelah restorasi Meiji, suku bunga memang masih terhitung sangat tinggi. Kondisi tersebut memicu tingginya semangat eksklusifitas diantara para bankir. Kebutuhan kerjasama dan asimilasi itu yang kemudian melahirkan gagasan pembentukan Bank Sentral Jepang.
Gagal mengikuti model sistem perbankan tak membuat Jepang berhenti mencoba membangun bank sentral.
Gagal tiru sistem perbankan AS, Jepang bangun bank sentral
Sebelum berbagai fasilitas umum dibangun, Jepang berada di bawah pemerintahan ke-shogunan Tokugawa yang merupakan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang. Setelah masa diktator tersebut habis dibabat gerakan restorasi Meiji, berbagai fasilitas umum dan moderen mulai dibangun.
Pada 1882, sistem perbankan Eropa terbaru menggantikan model AS yang sebelumnya telah gagal. Di tahun yang sama Bank Sentral Jepang dibangun. Bank nasional itu mengendalikan sistem perbankan negara.
Selain itu, Bank Sentral Jepang juga bermain aktif untuk mendorong investasi dan berbagai perdagangan asing. Meski bank sentral baru berdiri, sejumlah bank lainnya telah beroperasi lebih dulu. Yokohama Specie Bank yang berdiri pada 1880 merupakan salah satu yang paling penting.
Advertisement
Apa tujuan utama didirikannya Bank Sentral Jepang?
Setelah beroperasi selama 60 tahun bank tersebut diatur dan disesuaikan kembali dengan undang-udang pembentukan Bank Sentral (Bank of Japan Act). Ketentuan yang baru disahkan pada Februari 1942 dan dikenal dengan sebutan The Act of 1942.
Dalam undang-undang tersebut disebutkan bank bertugas mengatur regulasi mata uang, kendali dan fasilitas pinjaman dan keuangan. Selin itu, bank juga bertugas mengelola dan mendorong sistem kredit, kebijakan nasional guna meningkatkan kegiatan ekonomi negara.
Setelah Perang Dunia II, The Act of 1942, telah berulang kali diubah. Undang-undang yang mengatur Bank Sentral Jepang kemudian direvisi dengan lengkap pada Juni 1997 di bawah dua prinsip utama yaitu independensi dan transparansi. Undang-undangnya kemudian mulai diterapkan pada 1 April 1998.
Meski tak menggunakan model perbankan AS, tetapi sama seperti The Fed, sebagian besar kepemilikan Bank Sentral Jepang ada di tangan pihak swasta. (Sis/Igw)
Â
Â