Pertumbuhan ekonomi China sepanjang kuartal akhir 2013 tumbuh diatas prediksi sejumlah analis. Data BPS China, National Bureau of Statistics, melaporkan ekonomi China sepanjang September-Desember 2013 tumbuh 7,7%, atau melebihi prediksi sejumlah analis.
Hasil survei Reuters terhadap sejumlah analis memperkirakan perekonomian China hanya akan tumbuh sekitar 7,6%.
Mengutip CNBC, Senin (20/1/2014), China mengalami pertumbuhan sebesar 1,8% setiap kuartalnya. Dengan pertumbuhan tersebut, China tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 7,7% sepanjang 2013. Padahal pemerintah menargetkan ekonomi China hanya akan tumbuh 7,5%.
Head of Strategy Research Asia di Mazquarie, Viktor Shvets, mengatakan, pertumbuhan itu tidak begitu penting dibandingkan proses penyeimbangan tingkat perekonomian yang perlu segera dicapai.
Kepemimpinan di bawah revolusi baru yang dipimpin Presiden Xi Jinping mulai memperlihatkan toleransinya dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sementara saat ini Xi masih berupaya untuk terus mengubah perekonomian China dalam jangka panjang.
"China dapat mencapai jumlah pertumbuhan berapapun yang diinginkannya, yang paling penting, China tengah berupaya untuk berubah. Dapatkah pemerintahnya melakukan restrukturisasi kebijakan sambil terus mempertahankan tingkat pertumbuhannya di tingkat tertentu? itu akan menjadi dilema pada 2014," jelas Shvets.
Dia menjelaskan, satu-satunya cara agar pemerintah China mampu merestrukturisasi ekonominya adalah dengan mengurangi jumlah cadangan dananya. Caranya dengan menghancurkan profitabilitas di sejumlah sektor. "Mereka (pemerintah China) hanya perlu merelokasi uang yang dimilikinya," kata dia.
Dari rilis data lain, hasil industri untuk Desember meningkat sebesar 9,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan para analis sebesar 9,8%
Sementara itu, penjualan ritel naik menjadi 13,6% pada Desenber 2013, setara dengan prediksi para analis. Selain itu, saham China mengalami sedikit pergerakan dengan indeks saham Shanghai merosot dibawah level 2.000. Saat ini, nilai tukar yuan terhadap dolar AS berada di level 6,0535.(Sis/Shd)
Baca Juga
Hasil survei Reuters terhadap sejumlah analis memperkirakan perekonomian China hanya akan tumbuh sekitar 7,6%.
Mengutip CNBC, Senin (20/1/2014), China mengalami pertumbuhan sebesar 1,8% setiap kuartalnya. Dengan pertumbuhan tersebut, China tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 7,7% sepanjang 2013. Padahal pemerintah menargetkan ekonomi China hanya akan tumbuh 7,5%.
Head of Strategy Research Asia di Mazquarie, Viktor Shvets, mengatakan, pertumbuhan itu tidak begitu penting dibandingkan proses penyeimbangan tingkat perekonomian yang perlu segera dicapai.
Kepemimpinan di bawah revolusi baru yang dipimpin Presiden Xi Jinping mulai memperlihatkan toleransinya dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sementara saat ini Xi masih berupaya untuk terus mengubah perekonomian China dalam jangka panjang.
"China dapat mencapai jumlah pertumbuhan berapapun yang diinginkannya, yang paling penting, China tengah berupaya untuk berubah. Dapatkah pemerintahnya melakukan restrukturisasi kebijakan sambil terus mempertahankan tingkat pertumbuhannya di tingkat tertentu? itu akan menjadi dilema pada 2014," jelas Shvets.
Dia menjelaskan, satu-satunya cara agar pemerintah China mampu merestrukturisasi ekonominya adalah dengan mengurangi jumlah cadangan dananya. Caranya dengan menghancurkan profitabilitas di sejumlah sektor. "Mereka (pemerintah China) hanya perlu merelokasi uang yang dimilikinya," kata dia.
Dari rilis data lain, hasil industri untuk Desember meningkat sebesar 9,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan para analis sebesar 9,8%
Sementara itu, penjualan ritel naik menjadi 13,6% pada Desenber 2013, setara dengan prediksi para analis. Selain itu, saham China mengalami sedikit pergerakan dengan indeks saham Shanghai merosot dibawah level 2.000. Saat ini, nilai tukar yuan terhadap dolar AS berada di level 6,0535.(Sis/Shd)
Baca Juga
Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 9%, OJK: China Kiamat
Hak Suara Negara Berkembang Terancam, China Sebut AS Lamban
China Kelimpungan Urus Kekayaannya
Advertisement