Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meyakinkan pada 15 tahun ke depan, ekonomi Indonesia makin berkembang. Buktinya, saat ini Indonesia sudah berada di 15 negara dengan ekonomi terbesar, dan pertumbuhannya nomor 2 setelah China.
Sejak 1945 - 1965, lanjut Presiden, pendapatan per kapita negara ini mencapai US$ 1.100 dan naik dalam waktu 9 tahun terakhir hingga 3-4 kali lipat.
Kemudian, Presiden juga menyampaikan jika pada 2030 Indonesia akan menjadi negara yang memiliki produk domestik bruto (GDP) yang tinggi. Resesi ekonomi tahun 1998 telah membuat Indonesia makin kuat pada 10 tahun berikutnya dan hingga sekarang ini.
"Kiprah dalam G-20 merupakan pengakuan dari negara lain untuk Indonesia," Presiden SBY saat memberikan sambutan pada Musyawarah Nasional ke-13 Gabungan Pelaksana Jasa Konstruksi Indonesia (Gapensi) di Bali, Senin (20/1/2014).
Selain itu, Indonesia saat ini dianggap sebagai salah satu negara emerging countries baru dengan julukan MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki). "Hal ini berarti Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang akan menyaingi BRICS," lanjut SBY.
Perekonomian BRICS saat ini sedang mengalami penurunan. Hanya Cina yang memiliki stabilitas dalam krisis ekonomi dunia saat ini.
Dengan kesiapan itulah, Presiden melihat dari sisi ekonomi Indonesia memiliki kesiapan dalam menghadapi ASEAN Economic Community, WTO, maupun APEC.
Namun Presiden juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama serta pembagian peran antara pemerintah dan pengusaha.
Pemerintah baik pemerintah pusat dan daerah bertugas untuk menyelesaikan dari sisi aturan. Sedangkan, pengusaha bertugas untuk meningkatkan daya saing dengan pengusaha dari negara lain.
Dalam kesempatan itu, Presiden SBYÂ menyampaikan bahwa sudah saatnya pengusaha bukan lagi berorientasi pada APBN dan APBD. Namun, orientasi sekarang ini haruslah berubah menjadi orientasi GDP. "APBN hanya merupakan 20% dari seluruh GDP yang dimiliki Indonesia," ujar dia.
Dengan kondisi ini dia meminta dunia jasa konstruksi tidak perlu mencemaskan masa depan, karena selain telah menunjukkan kemampuan dalam berkarya, jasa kontruksi nasional juga memiliki peluang makin berkembang yang seiring dengan baiknya prospek ekonomi Indonesia.
"Kalau dunia usaha makin kompetitif, adanya masyarakat ekonomi ASEAN atau WTO tidak perlu dikhawatirkan," kata Presiden SBY.
Presiden berharap dengan makin dibukanya kesempatan bagi pengusaha nasional, kemampuan dan daya saing para pengusaha makin meningkat. Dengan demikian, Indonesia makin mampu menghadapi perekonomian yang makin terbuka di masa akan datang. (Nrm)
Sejak 1945 - 1965, lanjut Presiden, pendapatan per kapita negara ini mencapai US$ 1.100 dan naik dalam waktu 9 tahun terakhir hingga 3-4 kali lipat.
Kemudian, Presiden juga menyampaikan jika pada 2030 Indonesia akan menjadi negara yang memiliki produk domestik bruto (GDP) yang tinggi. Resesi ekonomi tahun 1998 telah membuat Indonesia makin kuat pada 10 tahun berikutnya dan hingga sekarang ini.
"Kiprah dalam G-20 merupakan pengakuan dari negara lain untuk Indonesia," Presiden SBY saat memberikan sambutan pada Musyawarah Nasional ke-13 Gabungan Pelaksana Jasa Konstruksi Indonesia (Gapensi) di Bali, Senin (20/1/2014).
Selain itu, Indonesia saat ini dianggap sebagai salah satu negara emerging countries baru dengan julukan MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki). "Hal ini berarti Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang akan menyaingi BRICS," lanjut SBY.
Perekonomian BRICS saat ini sedang mengalami penurunan. Hanya Cina yang memiliki stabilitas dalam krisis ekonomi dunia saat ini.
Dengan kesiapan itulah, Presiden melihat dari sisi ekonomi Indonesia memiliki kesiapan dalam menghadapi ASEAN Economic Community, WTO, maupun APEC.
Namun Presiden juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama serta pembagian peran antara pemerintah dan pengusaha.
Pemerintah baik pemerintah pusat dan daerah bertugas untuk menyelesaikan dari sisi aturan. Sedangkan, pengusaha bertugas untuk meningkatkan daya saing dengan pengusaha dari negara lain.
Dalam kesempatan itu, Presiden SBYÂ menyampaikan bahwa sudah saatnya pengusaha bukan lagi berorientasi pada APBN dan APBD. Namun, orientasi sekarang ini haruslah berubah menjadi orientasi GDP. "APBN hanya merupakan 20% dari seluruh GDP yang dimiliki Indonesia," ujar dia.
Dengan kondisi ini dia meminta dunia jasa konstruksi tidak perlu mencemaskan masa depan, karena selain telah menunjukkan kemampuan dalam berkarya, jasa kontruksi nasional juga memiliki peluang makin berkembang yang seiring dengan baiknya prospek ekonomi Indonesia.
"Kalau dunia usaha makin kompetitif, adanya masyarakat ekonomi ASEAN atau WTO tidak perlu dikhawatirkan," kata Presiden SBY.
Presiden berharap dengan makin dibukanya kesempatan bagi pengusaha nasional, kemampuan dan daya saing para pengusaha makin meningkat. Dengan demikian, Indonesia makin mampu menghadapi perekonomian yang makin terbuka di masa akan datang. (Nrm)