Laju nilai tukar Rupiah berbalik melemah sepanjang pekan kemarin. Rupiah sempat mendapat sentimen positif imbas dari pemberitaan rupiah yang diprediksi menguat tahun ini oleh lembaga Llyods Banking Group Plc.
Di sisi lain, laju dolar Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan penguatan seiring dengan spekulasi The Federal Reserves masih mempertahankan kebijakan pengurangan stimulus.
Adanya pelemahan sejumlah indeks saham Asia membuat nilai tukar yen Jepang menguat. Begitupun dengan dolar Australia yang terapresiasi setelah merespon rilis data pertumbuhan China di atas estimasi. Lalu Poundsterling turut terapresiasi setelah rilis laporan kenaikan indeks harga perumahan.
Munculnya sejumlah sentimen positif tersebut mampu mengimbangi apresiasi dolar AS sehingga laju rupiah yang dimanfaatkannya untuk bergerak menguat.
"Tetapi, harapan kenaikan lanjutan atas rupiah kembali sirna setelah kembali berhembusnya pemberitaan akan pengurangan stimulus The Fed sebesar Rp 20 miliar atau lebih besar dari ekspektasi pelaku pasar," kata Kepal Riset PT Trust Securities, Reza Priyambada.
Dijelaskannya, pelemahan Rupiah sedikit terbatas karena diimbangi dengan kabar aksi Bank Sentral China (PboC) yang menyuntikan tambahan likuiditas pada sistem keuangan China. Pasar juga dipengaruhi kenaikan realisasi investasi dalam negeri 2013 sebesar 2,1% mencapai Rp 398,6 triliun.
Sayangnya, kurs rupiah kembali melemah seiring terdepresiasinya sejumlah mata uang regional setelah merespon sejumlah rumor dari luar negeri.
Beruntung laju pelemahan Rupiah dapat diimbangi dengan penguatan euro pasca merespon kenaikan indeks manufaktur dan service PMI Perancis.
Laju Rupiah tercatat berada di bawah support Rp 12134. Rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia berada di level Rp 12188-12105.
(Shd)
Di sisi lain, laju dolar Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan penguatan seiring dengan spekulasi The Federal Reserves masih mempertahankan kebijakan pengurangan stimulus.
Adanya pelemahan sejumlah indeks saham Asia membuat nilai tukar yen Jepang menguat. Begitupun dengan dolar Australia yang terapresiasi setelah merespon rilis data pertumbuhan China di atas estimasi. Lalu Poundsterling turut terapresiasi setelah rilis laporan kenaikan indeks harga perumahan.
Munculnya sejumlah sentimen positif tersebut mampu mengimbangi apresiasi dolar AS sehingga laju rupiah yang dimanfaatkannya untuk bergerak menguat.
"Tetapi, harapan kenaikan lanjutan atas rupiah kembali sirna setelah kembali berhembusnya pemberitaan akan pengurangan stimulus The Fed sebesar Rp 20 miliar atau lebih besar dari ekspektasi pelaku pasar," kata Kepal Riset PT Trust Securities, Reza Priyambada.
Dijelaskannya, pelemahan Rupiah sedikit terbatas karena diimbangi dengan kabar aksi Bank Sentral China (PboC) yang menyuntikan tambahan likuiditas pada sistem keuangan China. Pasar juga dipengaruhi kenaikan realisasi investasi dalam negeri 2013 sebesar 2,1% mencapai Rp 398,6 triliun.
Sayangnya, kurs rupiah kembali melemah seiring terdepresiasinya sejumlah mata uang regional setelah merespon sejumlah rumor dari luar negeri.
Beruntung laju pelemahan Rupiah dapat diimbangi dengan penguatan euro pasca merespon kenaikan indeks manufaktur dan service PMI Perancis.
Laju Rupiah tercatat berada di bawah support Rp 12134. Rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia berada di level Rp 12188-12105.
(Shd)