Rupiah Loyo Jadi Momen Emas Buat Produsen Genjot Ekspor

Permintaan cukup tinggi terhadap barang jadi ditambah rupiah melemah membuat ekspor melonjak pada akhir 2013.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 03 Feb 2014, 15:35 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2014, 15:35 WIB
rupiah-dollar-131204b.jpg
... Selengkapnya
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak melulu menjadi momok bagi bangsa ini. Momentum keterpurukan rupiah justru dimanfaatkan para eksportir untuk memasok barang-barang jadi (non migas) hingga akhirnya mendorong peningkatan surplus neraca perdagangan pada Desember 2013.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin, realisasi ekspor Indonesia pada akhir tahun lalu tercatat sebesar US$ 16,98 miliar atau naik 10,33% dibanding periode yang sama 2012 sebesar US$ 15,39 miliar.

Kontribusi terbesar berasal dari nilai ekspor non migas yang menembus US$ 13,58 miliar di Desember 2013, sedangkan migas sebesar US$ 3,41 miliar.

"Ekspor di akhir 2013 memang naik tajam terutama karena adanya permintaan cukup tinggi terhadap barang-barang jadi (non migas) dari luar negeri. Barang-barang ini masih sangat dibutuhkan," terang Suryamin saat Paparan Inflasi Desember 2013 di kantornya, Jakarta, Senin (3/2/2014).

Dia menyebut, ekspor non migas terjadi peningkatan cukup tajam karena adanya pasokan barang jadi ke negara lain mengalami pertumbuhan antara lain :

1. Mesin dan peralatan listrik dengan nilai ekspor US$ 825 juta atau naik 3,55% dari periode November 2013.
2. Bijih kerak dan logam naik 40% dengan nilai ekspor US$ 975,7 juta
3. Kendaraan bermotor tumbuh 13,38% atau senilai US$ 414,8 juta
4. Pakaian jadi bukan rajutan mencapai nilai ekspor US$ 353,3 juta, naik 29,93%
5. Alas kaki yang sangat potensial dengan pertumbuhan ekspor 17,5% senilai US$ 362,7 juta. Merupakan urutan kesembilan terbesar dalam barang ekspor Indonesia
6. Produk kimia meningkat 15% senilai US$ 387 juta
7. Kertas karton 15,74% senilai US$ 346,6 juta
8. Barang-barang kayu mempunyai nilai ekspor US$ 344,4 juta atau naik 6,94%
9. Barang-barang rajutan naik 8,85% dengan kontribusi ekspor US$ 284,3 juta
10. Ikan dan udang naik 4,24% senilai US$ 265,6 juta
11. Bahan kimia organik tumbuh signifikan 45,49% senilai US$ 325,3 juta
12. Perhiasan dan permata 31,49% dengan nilai ekspor US$ 268,2 juta
13. Stemper buatan dengan nilai US$ 206 juta

Kata Suryamin, peningkatan ekspor non migas ini juga merupakan imbas positif dari penurunan nilai tukar rupiah sehingga eksportir dapat menggenjot volume ekspor ke berbagai negara tujuan.

"Orang bisa beli barang dengan harga lebih murah karena rupiah merosot dan ini dapat menjadi output buat kita. Produsen pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menggenjot produksi dan ekspor yang banyak terhadap barang-barang yang dibutuhkan asing," pungkas dia. (Fik/Ahm)



Baca juga:

Rupiah Mulai Stabil, Saham Perusahaan Ekspor Kurang Diminati

Rupiah di Awal Tahun Kuda Kayu Loyo ke Level 12.251/US$

Impor Susut, Neraca Perdagangan Diprediksi Surplus US$ 850 Juta



Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya