Dirut Damri Beberkan Beda Bus China dan Buatan Lokal

Masih bergantungnya Indonesia dalam pengadaan kendaraan komersil seperti bus dari China membuat industri dalam negeri kurang bergairah.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Feb 2014, 18:43 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2014, 18:43 WIB
busway-transjakarta-140213c.jpg
Masih bergantungnya Indonesia dalam pengadaan kendaraan komersil seperti bus dari China, membuat industri dalam negeri kurang bergairah. Lalu apa kata pengusaha transportasi?.

Investor sekaligus operator bus seperti Perum Damri mengaku tidak anti terhadap produk dalam negeri. Minat membeli kendaraan dari China terkadang karena ada alasan yang jelas.

Direktur Utama Perum Damri Agus Suherman Subrata mengatakan, bila kualitas bus dalam negeri baik dengan harganya lebih murah, pasti banyak operator yang lebih memilih produksi dalam negeri.

"Kita kan juga sebagai pengusaha. Pengusaha pemikirannya bagaimana?. Pasti memilih yang berkualitas baik dengan harga yang paling murah kan," ujarnya di Kantor Pusat Damri, Jakarta, Rabu (13/2/2014).

Agus mencontohkan kualitas bus buatan PT INKA yang menurutnya masih di bawah bus buatan China. Damri sebagai operator bus TransJakarta koridor 11 memiliki pengalaman yang kurang baik dengan Inobus buatan PT INKA.

"Waktu launching koridor 11, hari pertama berjalan lancar. Tetapi begitu hari ke dua, manajemen Damri dibikin shock, power steering bus nggak jalan, pemantiknya semua mati," lanjut dia.

Dengan posisi Damri yang hanya bertindak sebagai operator pada koridor 11, dirinya mengaku tidak dapat berbuat banyak.

Berbeda dengan posisi Damri yang bertindak sebagai operator sekaligus investor dalam pengadaan bus pada koridor 1 dan koridor 8.

"Sebagai operator kita hanya terima bus apa adanya. Tapi kalau sebagai investor, kualitas busnya dari awal bisa kita jaga," kata dia.

Meski demikian, Agus juga tidak membantah bahwa bus buatan China juga tidak selamanya bagus. Bus Zhong Tong asal China yang dioperasikan dan pengadaannya dilakukan Damri juga pernah diderek, namun dikatakan hal tersebut akibat kondisi jalan buruk.

"Yang Zhong Tong juga pernah diderek, karena air suspensionnya jelek. Tapi itu karena jalannya yang tidak bagus, sambungan antara aspal dan beton kadang ada yang tinggi. Tapi sebenarnya bus itu masih bisa jalan, cuma dengan pertimbangan kenyamanan penumpang makanya kita stop," jelasnya.

Agus juga menyarankan, jika produk bus komersial lokal banyak digunakan di dalam negeri, maka produsen harus meningkatkan standar kualitas bus tersebut.

"Saya dorong teman-teman INKA, kalau buat bus yang bagus. Anda, harus punya ISO Sekian, itu prasyarat dari Damri," tandas dia. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya