Sukses Eko Yuli, Bukti Konsistensi Angkat Besi Indonesia

Setelah medali perak yang diraih Eko Yuli, total sudah 10 medali yang disumbang angkat besi Indonesia dari ajang Olimpiade.

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 09 Agu 2016, 08:23 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2016, 08:23 WIB
Eko Yuli Irawan
Lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan berpose dengan medali perak di atas podium cabang olahraga angkat besi 62 KG selama Olimpiade 2016 di Rio De Janeiro, Senin (8/8). Atlet Eko Yuli mempersembahkan medali perak bagi kontingen Indonesia. (GOH Chai Hin/AFP)

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Eko Yuli Irawan baru saja menyumbangkan medali perak buat Indonesia dari Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Pencapaian yang diukir Eko Yuli menjadi bukti kuat konsistensi angkat besi Indonesia dalam setiap ajang multicabang.

Angkat besi menjadi salah satu cabang yang rajin menyumbang medali bagi Indonesia di Olimpiade. Sejauh ini, atlet angkat besi Indonesia sudah menyumbangkan 10 medali, yakni lima perak dan lima perunggu.

Pertama kali Indonesia mengirim lifter di ajang Olimpiade dimulai pada 1952. Saat itu, lifter Thio Ging Hwie hanya menempati peringkat delapan. Catatan impresif angkat besi Indonesia baru dimulai sejak Olimpiade 2000 Sydney.

Adalah Lisa Rumbewas yang membuka keran medali angkat besi Indonesia setelah merebut perak di kelas 48 kg putri. Lalu, Sri Indriyani dan Winarni juga sukses menyumbang perunggu di kelas 48 kg dan 53 kg putri.

Tak puas, Lisa Rumbewas kembali mengulang prestasinya pada Olimpiade 2004 dengan menyumbang perak di kelas 53 kg. Tradisi medali dilanjutkan empat tahun kemudian oleh Triyatno dan Eko Yuli di Olimpiade 2012 London. Triyatno menyumbang perak dan Eko Yuli meraih perunggu.

Diwakili 7 Atlet

Tahun ini Indonesia mengirimkan tujuh atlet, yaitu lima putra dan dua putri. Hebatnya, sudah dua medali yang sukses dikantongi Indonesia dari cabang angkat besi Olimpiade. Pertama, disumbang Sri Wahyuni yang unjuk gigi saat turun di kelas 48 kg.

Terkini, giliran Eko Yuli yang memamerkan kehebatannya dengan merebut perak Olimpiade 2016 di kelas 62 kg. Saat berlaga di babak utama, dua lifter yang menjadi pesaing terberatnya adalah Oscar Figuero (Kolombia) dan Farkhad Kharki (Kazakhstan).

Sayang, Eko Yuli dua kali gagal di angkatan snatch dan dua kali gagal di angkatan clean and jerk. Di angkatan snatch, hanya kesempatan pertama yang bisa dimaksimalkan lifter berusia 27 tahun itu. Kala itu ia mencoba mengangkat beban 142 kg.

Ketika menaikkannya menjadi 146 kg pada kesempatan kedua dan ketiga, Eko Yuli gagal menuntaskannya. Begitu pula saat Eko Yuli beraksi di angkatan clean and jerk. Pada kesempatan pertama, ia sukses mengangkat beban 170 kg.

Sayang, ketika meningkatkan beban menjadi 176 kg, Eko Yuli gagal menahannya. Pada kesempatan ketiga, Eko Yuli kembali meningkatkan beban jadi 179 kg. Namun, lagi-lagi Eko Yuli gagal. Dalam perhitungan akhir, total angkatan Eko Yuli terpaut 6 kg dari Figueroa dan unggul 7 kg atas Kharki.

Menanti Aksi Triyatno

Indonesia masih berpeluang menambah pundi-pundi medalinya dari cabang angkat besi. Pasalnya, masih ada tiga lifter Indonesia yang belum berlaga. Mereka adalah Deni dan I Ketut Ariana di kelas 69 kg plus Triyatno di kelas 77 kg.

Besar kemungkinan Triyanto mampu menambah koleksi medali Indonesia di Olimpiade 2016. Selain faktor pengalaman dan kemampuan, Triyatno juga termotivasi untuk mengulang suksesnya kala mengantongi perak Olimpiade 2012.

Triyatno baru akan bertanding pada Rabu (10/8/2016). Ia akan mendapat persaingan berat dari para lifter Tiongkok, khususnya Lu Xiaojun yang memegang rekor dunia dan Olimpiade angkatan snatch ditambah rekor total angkatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya