Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa pekan belakangan, jadwal Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo terbilang padat. Tidak sedikit klub yang harus bermain dua kali dalam rentang waktu tiga hari, lalu bagaimana mereka menyiasatinya?
Maklum saja, operator turnamen jangka panjang TSC, PT Gelora Trisula Semesta (GTS) menetapkan jadwal pertandingan yang dianggap terlalu padat atau mepet. Terbaru adalah jarak antara pekan ke-22 dan ke-23.
Baca Juga
Jadwal pekan ke-22 dimulai pada jumat (7/10) dan terakhir adalah Senin (10/10) yakni laga antara PSM Makassar vs PS TNI. Setelah itu, pada Rabu (12/10) sudah dimulai pertandingan pekan ke-23 dan diakhiri pada Jumat (14/10).
Tak lama kemudian, mereka harus mulai bertanding pada pekan ke-24 yakni mulai Minggu (16/10) dan pekan ini diakhiri pada Selasa (18/10). Kemudian mulai Jumat (21/10) sudah dimulai bergulirnya TSC 2016 pekan ke-25.
Mereka kesulitan dalam menata kebugaran dan fisik pemain melemah. Imbasnya, permainan menjadi tidak maksimal dan berujung pada hasil yang kurang optimal pula.
Beberapa klub memang berteriak terkait jadwal padat tersebut. Salah satunya adalah PSM Makassar. Manajemen Juku Eja merasa tak sanggup melakoni jadwal padat tersebut dan meminta kepada PT GTS untuk ditinjau ulang. PT GTS sendiri mengabulkannya.
Advertisement
Risiko Jadwal Padat
"Jadwal padat pada bulan ini (Oktober) memang memiliki tingkat risiko cukup besar. Bukan hanya soal pemain yang rentan cedera, tetapi juga bagamana potensi akumulasi akibat kartu kuning. Kami haris bisa cermat dalam mengatasinya. Pemain pun harus lebih hati-hati dalam bermain," sebut pelatih PSM Makassar, Robert Alberts.
Ada beberapa klub yang jadwalnya tak bisa diubah sehingga klub bersangkutan tetap harus melaksanakannya. Untuk menyiasatinya, mereka biasanya tak terlalu memforsir saat sesi latihan agar tak mengalami kelelahan yang berlebih.
Salah satunya adalah Mitra Kukar. Pelatih Jafri Sastra menyiasati agar pemain tetap prima dengan fokus pemulihan kondisi kebugaran. Dia tak menjejali latihan fisik maupun taktik.
"Kami hanya punya waktu Selasa, karena Rabu sudah main. Kami harus membuat kemajuan yang betul-betul tepat," kata Jafri. Â
Selain itu, beberapa klub juga memasukkan pemain-pemain yang lebih segar dari tim U-21. Itu untuk mengantisipasi adanya pemain utama yang mengalami keletihan berlebihan.
Sementara itu, klub-klub yang para pemainnya dipanggil timnas, itu sudah menjadi konsekuensi. Mereka memang cukup dirugikan karena saat timnas main, TSC juga bergulir. Meski begitu, demi negara, setiap klub semestinya dengan rela melepasnya.
(Penulis: I. Eka Setiawan)
Advertisement