4 Momen Paling Memalukan dalam Sejarah Madrid

Pada laga El Clasico 21 Oktober 2000, Figo dilempari kepala babi saat hendak mengeksekusi sepak pojok.

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 21 Nov 2016, 19:17 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2016, 19:17 WIB

Liputan6.com, Madrid - Real Madrid termasuk di antara klub sepak bola terkaya di dunia. Klub, yang didirikan pada tahun 1902 ini, memiliki sejarah yang mencengangkan baik di dalam maupun luar lapangan.

Di lapangan, Madrid adalah tim paling banyak meraih gelar Liga Champions. Mereka sudah meraih 11 kali atau kemudian dikenal dengan istilah La Undecima.

Di sisi lain, Madrid bahkan berhasil mempertahankan status sebagai klub terkaya di dunia 2015 versi majalah Forbes. Predikat tersebut disandang Los Blancos untuk kali keempat secara beruntun.

Klub yang diperkuat megabintang Cristiano Ronaldo dkk itu memiliki kekayaan sebesar 3.645 miliar dollar AS atau setara dengan sekitar Rp 48,4 triliun. Los Blancos mengungguli rival abadinya, FC Barcelona, yang hanya menempati posisi kedua dalam daftar klub terkaya 2015.

Meskipun telah meraih sukses tak tertandingi di panggung dunia dan menempatkan dirinya sebagai  tim terbesar, Madrid juga pernah mengalami insiden kontroversial dan kekalahan yang dianggap memalukan dalam sejarahnya.

Berikut 4 kejadian yang tak akan dilupakan dalam sejarah Madrid:

Skandal Luis Figo

Florentino Perez adalah salah satu presiden paling terkenal dalam sejarah Real Madrid. Dan, untuk alasan yang baik. Perez kemudian membawa pemain terbaik di planet ini sebagai bagian dari program Galacticos.

Namun, ada satu tindakan Perez yang mengundang banyak kritik dari penggemar sepak bola selama bertahun-tahun. Bahkan, kejadian ini mungkin yang paling kontroversial selama masa jabatannya.

Ini terkait dengan kepindahan Luis Figo dari Barcelona ke Madrid pada tahun 2001. Saat itu, Perez tengah mengikuti pencalonan presiden klub.

Layaknya kampanye-kampanye, para kandidat sudah pasti mengeluarkan janji-janji manis atas nama kemajuan kesebelasan. Dia mengiming-imingi para pemegang hak pilih dengan janji mendatangkan pemain bintang jika ia berhasil memenangkan pemilihan.

Salah satu strategi awal pergerakan "bawah tanah" Perez adalah dengan meminta sang agen, Jose Veiga untuk menyusun pra-perjanjian dengannya secara rahasia agar tak terendus media manapun.

Perjanjian terselubung antara Jose Veiga dan pihak Perez, jika memang terbukti, tentu telah melanggar peraturan FIFA saat itu. FIFA secara tegas dan jelas melarang negosiasi antara klub peminat dalam hal ini Madrid dengan pemain (Figo) dan agennya jika si pemain masih terikat kontrak.

Figo akhirnya membuat keputusan kontroversial dengan hijrah ke Madrid dengan nilai transfer 60 juta euro. Sejak itu Figo pun langsung dianggap sebagai musuh besar publik Camp Nou. Bahkan, ia sempat mendapat perlakuan tak menyenangkan.

Pada laga El Clasico 21 Oktober 2000, Figo dilempari kepala babi saat hendak mengeksekusi sepak pojok. Bahkan, fans Barca juga membakar poster Figo sambil membentangkan spanduk bertuliskan: spanduk bertuliskan: Judas, Scum, dan Mercenary.

Transfer Di Stefano

Alfredo Di Stefano adalah salah satu pemain terbesar dalam sepak bola. Di Stefano menjadi bagian dari sejarah Madrid sejak dia memenangkan semua piala mereka pada 1950-an dan awal 1960.

Namun, dibalik kesuksesannya tersebut, terselip kejadian yang sampai sekarang disebut-sebut sebagai transfer paling kontroversial.

Di Stefano mulai dilirik Madrid saat dia memperkuat tim Kolombia, Millonarios, yang mengalahkan Los Blancos 4-2 dalam pertandingan persahabatan di Santiago Bernabeu.

Presiden Madrid ketika itu, Santiago Bernabeu Yeste, sangat berambisi membawa Di Stefano. Namun, proses transfer Di Stefano sangat rumit, mulai dari situasi politik di Spanyol sampai status kepemilikan sang pemain sebelum melabuhkan diri di negara tujuan.

Ternyata musuh bebuyutan Madrid, Barcelona, rupanya juga menaruh hati kepada pemain yang sepanjang karier profesionalnya membela tiga timnas: Argentina, Kolombia dan Spanyol.

Pada tahun 1950 kedua tim bertarung untuk memperebutkan Di Stefano. Dan, perebutan itu sendiri dimenangkan Madrid dengan bantuan sang penguasa Jenderal Franco dan hal itu tentu membuat publik Catalan semakin meradang.

Kemenangan Terbesar Barcelona

El Clasico di Santiago Bernabeu tidak pernah sesuram ini buat pendukung Real Madrid. Di kandangnya sendiri El Real dibuat malu setelah dipecundangi Ronaldinho dkk dengan skor 2-6.

Setelah kalah 0-2 di Camp Nou, Madrid punya ambisi besar untuk membalas di kandang sendiri. Upaya tersebut pada awalnya terlihat meyakinkan karena Gonzalo Higuain mencetak gol di menit sembilan. Namun setelah itu seluruh pemain dan fans Madrid dipaska menyaksikan Barcelona menunjukkan salah satu performa terbaiknya di musim itu.

Thierry Henry, Carlos Puyol dan Lionel Messi membungkam pendukung tuan rumah dengan gol-gol sebelum turun minum. Tandukan Sergio Ramos di awal babak kedua sempat menghidupkan lagi harapan El Real, namun Barca kembali mengamuk dengan menambah tiga gol lagi lewat Henry, Messi dan Gerard Pique.

Madrid kalah 2-6 oleh Barcelona yang tengah dalam performa terbaiknya, pada musim di mana Josep Guardiola mengantar anak didiknya menyapu bersih enam gelar juara di musim tersebut.

Dan, ini menjadi kemenangan terbesar Barcelona sepanjang sejarah atas Real Madrid di semua ajang kompetisi.


Pertandingan Paling Menyedihkan

Pertandingan ini adalah salah satu kejadian paling menyedihkan dalam sejarah sepakbola dunia. Kali ini Barcelona kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Madrid.

Laga ini sebenarnya lebih terkait dengan aspek politik. Para pemain Barcelona diinstruksikan (dibawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid.

Bermula dari kekuasaan Jenderal Francisco Franco, yang menguasai Spanyol pada tahun 1939. Kekuasaannya hampir menyentuh semua aspek kehidupan di negara ini, termasuk sepak bola.

Franco kemudian mengadopsi Madrid sebagai klub yang mewakili pemerintah dan ia menggunakan kekuasaannya untuk membuat tim ini menjadi superior. Sementara Barcelona diproyeksikan dirinya sebagai perjuangan kemerdekaan Catalunyan.

Titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941. Barcelona kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Real Madrid.

Sebagai bentuk protes, Barcelona bermain serius dalam 1 serangan dan mencetak 1 gol. Skor akhir 11-1, dan 1 gol itu membuat Franco kesal. Kiper Barcelona kemudian dijatuhi tuduhan apengaturan pertandingan dan dilarang untuk bermain sepakbola lagi seumur hidupnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya