5 Alasan Australia Terbuka 2017 Grand Slam Paling Berkesan

Australia Terbuka tahun ini menghadirkan banyak kejutan.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 30 Jan 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2017, 10:00 WIB

Liputan6.com, Melbourne - Kejutan demi kejutan terjadi selama 14 hari penyelenggaraan Australia Terbuka 2017. Tidak heran jika World Tennis Magazine menganggap turnamen kali ini akan tercatat sebagai Grand Slam paling bersejarah sepanjang masa.

Torehan rekor pada ajang paling bergengsi pembuka tahun itu hadir sejak hari pertama hingga hari terakhir. Mulai kemenangan bersejarah Ivo Karlovic sampai kesuksesan Roger Federer.

Apa yang terjadi pada Grand Slam tahun ini akan membuat panitia senang. Sebab, Australia Terbuka biasanya mendapat publikasi buruk. Turnamen ini lebih banyak dikenang sebagai ajang tumbangnya peserta karena faktor nonteknis. 

Pada beberapa tahun terakhir, petenis mengeluhkan panasnya cuaca Negeri Kangguru. Namun, tahun ini Grand Slam diingat karena nilai positif.

Apa saja alasannya? Berikut penjabaran mengapa Australia Terbuka 2017 lebih menonjol ketimbang turnamen lainnya.

Roger Federer

Memenangkan Grand Slam ke-18 sepanjang kariernya setelah menaklukkan Rafael Nadal 6-4, 3-6, 6-1, 3-6, 6-3 di final, Minggu (29/1/2017). Bermain sebagai unggulan ke-17, tidak banyak yang menyangka Federer mampu melakukannya.

Roger Federer. (AP Photo/Aaron Favila)

Apalagi sosok berusia 35 tahun tersebut sempat tertinggal 1-3 pada set kelima. Namun, Federer sukses membalikkan keadaan demi mempertegas posisi sebagai pengoleksi Grand Slam terbanyak. Dia menjauh dari Nadal dan Pete Sampras yang sama-sama merebut 14 titel.

Dengan hasil ini, Federer juga menjadi petenis tertua yang menjuarai Grand Slam sejak Ken Rosewall (37) memenangkan Australia Terbuka 1972. 

Serena Williams

Serena Williams. (AP Photo/Aaron Favila)

Satu hari sebelum Federer berjaya, Serena menumbangkan kakak Venus 6-4, 6-4 untuk meraih gelar Grand Slam ke-23. Dia menyalip Steffi Graf (22) sebagai pengoleksi trofi terbanyak di era terbuka dan hanya tertinggal dari Margaret Court (24) yang bermain di era amatir.

Di usia 35 tahun 124 hari, Serena menjadi petenis putri tertua yang menjuarai Grand Slam pada era terbuka. Pertandingannya melawan Venus juga menandai final tertua berdasar akumulasi usia finalis.

"Saya memenangkan Grand Slam pertama di sini. Mencapai angka 23 di lokasi sama dan melawan Venus di final adalah hal fantastis," katanya.

Nestapa Unggulan Pertama

Bertengger di peringkat 50, Mischa Zverev menyingkirkan unggulan pertama dan lima kali finalis Australia Terbuka Andy Murray 7-5, 5-7, 6-2, 6-4 pada babak keempat, Minggu (22/1/2017).

Pada hari sama, Coco Vandeweghe mengalahkan juara bertahan sekaligus favorit utama Angelique Kerber 6-2, 6-3 pada tunggal putri putaran sama.

Andy Murray. (AP Photo/Mark Baker)

Inilah kali pertama unggulan teratas takluk di hari sama sejak Amerika Terbuka 2003. Ketika itu, Andre Agassi dikalahkan Juan Carlos Ferrero (semifinal) dengan Kim Clijsters dibungkam Justine Henin (final).

Denis Istomin

Istomin membukukan salah satu kejutan terbesar tidak hanya di Australia Terbuka, melainkan tenis secara keseluruhan, dengan menumbangkan enam kali juara dan unggulan kedua Novak Djokovic 7-6(8), 5-7, 2-6, 7-6(5), 6-4 di babak kedua.

Denis Istomin. (AP Photo/Aaron Favila)

Petenis asal Uzbekistan itu menduduki peringkat 117 dunia dan mengikuti turnamen sebagai wildcard. Namun, dia mampu menyingkirkan Djokovic dalam empat jam 48 menit.

"Aura tidak terkalahkan Djokovic mulai memudar. Dia merupakan juara bertahan di empat Grand Slam seusai menjuarai Prancis terbuka 2016. Kini Djokovic hanya berstatus juara bertahan di Prancis Terbuka setelah gagal mempertahankan gelar di Wimbledon, AS, dan Australia," tulis New York Times.

Laga Tersengit

Ivo Karlovic. (AP Photo/Aaron Favila)

Ivo Karlovic memperbaharui sejarah Australia Terbuka ketika mengalahkan Horacio Zeballos di babak pertama, Selasa (17/1/2017). Penyebabnya, petenis asal Kroasia itu bangkit dari ketertinggalan dua set untuk berjaya 6-7(6), 3-6, 7-5, 6-2, 22-20.

Karlovic, 37, melepas 75 ace pada pertandingan yang berlangsung lima jam 14 menit, melewati torehan Joachim Johansson yang membukukan 51 ace tahun 2005. Game laga ini (84) juga memecahkan rekor jumlah terbanyak sejak tie-break diperkenalkan pada 1972, melewati game duel Andy Roddick-Younes El Aynaoui (83) yang terjadi tahun 2003.

"Pertandingan ini akan paling saya kenang begitu pensiun nanti. Saya pasti bakal selalu ingat," ujar Karlovic.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya