Liputan6.com, Jakarta Claudio Ranieri masih betah melatih di Liga Inggris. Ahli strategi asal Italia ini tidak kapok meski sudah dua kali mengalami nasib buruk dipecat klub Liga Inggris.
Ranieri pekan lalu menelan pil pahit dipecat oleh Leicester. The Foxes terpaksa mendepak Ranieri akibat rentetan hasil buruk dimana Jamie Vardy dan kawan-kawan terancam masuk zona degradasi.Â
Baca Juga
Advertisement
Saat memecat Ranieri, Leicester terpuruk di posisi 17 klasemen dengan 21 poin alias cuma terpaut satu angka saja dari zona merah. Prestasi Leicester musim ini benar-benar menurun drastis.
Pemecatan ini mengakhiri dongeng Ranieri bersama Leicester. Musim lalu Ranieri disanjung-sanjung setelah secara mengejutkan mampu membawa The Foxes menjuarai Liga Inggris untuk pertama kali.
Meski sudah sangat berjasa besar musim lalu, pengurus Leicester terpaksa mengambil jalan berpisah dengan Ranieri. Keputusan memecat Ranieri terbukti tepat. Pada laga pertama pasca pemecatan Ranieri, Leicester yang ditangani Craig Shakespeare sukses mengalahkan Liverpool 3-1.Â
Dengan dipecat Leicester, Ranieri total sudah dua kali merasakan pahitnya didepak klub Liga Inggris.
Ranieri pernah dipecat oleh Chelsea tahun 2004. Walau dua kali dipecat klub Inggris, Ranieri masih penasaran berpetualang di Liga Inggris.Â
Agen Ranieri, Steve Kutner mengaku kliennya ingin kembali melatih di Inggris meski diincar oleh klub Tiongkok. Ranieri merasa lebih nyaman melatih di Inggris.
"Permintaan dari Italia dan Tiongkok sudah tiba untuk Claudio. Tapi keinginannya adalah kembali melatih di Liga Inggris secepatnya," ujar Kutner.
Walau sudah dua kali dipecat, Ranieri nampaknya tidak akan kesulitan menemukan pekerjaan baru di Liga Inggris. Sentuhan emasnya musim lalu bersama Leicester bakal membuat banyak klub tertarik memakai jasanya.
Sewaktu menangani Chelsea pun Ranieri terbilang cukup sukses. Eks arsitek Juventus itu yang membangun fondasi Chelsea menyusul kedatangan pemilik baru Roman Abramovich.
Ranieri pula yang menyarankan Chelsea merekrut pemain seperti Didier Drogba dan Arjen Robben di akhir-akhir masa baktinya di Stamford Bridge.
Meski di Chelsea tak juara Liga Inggris, fondasi yang telah dibangun Ranieri kemudian sukses diteruskan oleh Jose Mourinho.