Legenda Pesimistis AC Milan Gampang Menang Tanpa Superstar

AC Milan menghabiskan 150,3 juta euro untuk membeli 11 peman baru pada bursa transfer musim panas lalu.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 19 Sep 2017, 21:20 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2017, 21:20 WIB
Ac Milan, Serie A, Udinese, Nikola Kalinic
Striker AC Milan, Nikola Kalinic, bersama Leonardo Bonucci melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Udinese pada laga Serie A di Stadion San Siro, Milan, Minggu (17/9/2017). AC Milan Menang 2-1 atas Udinese. (AP/Luca Bruno)

Liputan6.com, Milan - AC Milan menghabiskan 150,3 juta euro untuk membeli 11 pemain baru pada bursa transfer musim panas lalu. Pemilik AC Milan, Yonghong Li berharap, uang yang dikeluarkannya bisa membangkitkan kejayaan I Rossoneri.

Yonghong Li ingin mengembalikan 'roh' AC Milan, maka dia berinvestasi lagi seperti di era kejayaan mereka sejak 1980-an sampai 1990-an. Saat itu, Milan berani pecahkan rekor transfer untuk membeli pemain seperti Ronaldo Luis Da Lima atau Cristian Vieri.

AC Milan juga tidak ragu mendatangkan pemain mahal yang sedang naik daun seperti Andre Shevchenko atau Kaka.

Namun, pemain legendaris AC Milan, Zvonimir Boban pesimistis Yonghong Li bisa membangkitkan kejayaan Rossoneri. Sebab, dari 11 pemain yang dibelinya pada bursa transfer musim lalu, disebut Boban hanya pemain level dua.

"AC Milan memang membeli banyak pemain bagus, tapi tidak ada seorang superstar. Mudah-mudahan saya salah, tapi tidak mudah bisa meraih kemenangan dengan banyak pemain baru," ujar Boban, dikutip dari Football Italia.

Perkataan Boban sedikit masuk akal. AC Milan sempat menelan kekalahan 1-4 dari Lazio di Olimpico Stadium, 10 September lalu, dalam lanjutan Serie A.

Bagi Boban, skuat AC Milan terbaik ada di awal tahun 1990-an. Ketika itu, Rossoneri mendominasi Eropa dengan trio Belanda Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Marco van Basten dengan menjuarai Liga Champions 1993/94.

"AC Milan terbaik yang pernah saya rasakan ada tiga pemain Belanda, Gullit, Rijkaard, dan Van Basten. Kemudian ada Boban, (Jean-Pierre) Papin, dan Dejan Savicevic. Tapi, jangan lupakan dua orang terbaik Italia era itu, Franco Baresi dan Paolo Maldini," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya